Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membangun Algoritma bagi Jiwa

28 Juni 2021   16:30 Diperbarui: 28 Juni 2021   16:49 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
unsplash/markus-spiske

Saya begitu tertarik ketika mendengar suatu kalimat "algoritma baru bagi jiwa manusia". Jika didengar secara sekilas tentu nampak tidak logis jika algoritma yang notabene merupakan istilah dalam bidang IT, disandingkan dengan jiwa manusia yang bahkan oleh diri sendiri pun sangat sulit untuk dikenali.

Padahal algoritma sendiri menurut KBBI adalah prosedur sistematis untuk memecahkan masalah matematis dalam langkah-langkah terbatas/logis. 

Jika algoritma merupakan suatu prosedur otomatis, lantas bagaimana kita bisa menerapkan algoritma tersebut dalam jiwa manusia? 

Bagaimana cara pengaplikasiannya? Bagaimana langkah awalnya?

Algoritma sendiri merupakan buah pemikiran hasil olah ilmu dan pengetahuan dari suatu proses pembelajaran. Algoritma ini sendiri tentu bergantung bagaimana,apa, kapan, kemana ataupun mengapa kita membutuhkannya? 

Kita mesti banyak-banyak melakukan riset terlebih dahulu untuk setidaknya mengetahui peta diri semaksimal mungkin. Langkah awal ini bisa dilakukan dengan banyak-banyak melakukan istighfar dan bermuhasabah.

Selain itu, kita mesti mengidentifikasi hal-hal kecil yang sering terlewatkan agar bisa mengetahui pola dan kecenderungan apa yang memungkinkan diri untuk menjadi seorang ahli dalam bidangnya. 

Tentu saja, ini bukan hal mudah dan membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Diri ini pun tak akan mampu menemukan kunci-kunci algoritma apabila kita sudah termasuk dalam golongan orang-orang yang "ditutup pintu hatinya".

Sebanyak apapun ilmu yang telah dimiliki, harus berbanding lurus dengan tingkat kewaspadaan kepada diri. Kita mesti mengkaitkan segala ilmu yang dititipkan apakah kompatibel dengan interaksi ke dalam ataupun ke luar diri.

 Algoritma menjadi sangat dibutuhkan karena tidak ada yang tidak terhubung dalam kehidupan. Semuanya memiliki pola, dan kita membutuhkan langkah-langkah logis dan sistematis untuk dapat mengkolrelasikannya menjadi satu kesatuan.

Apabila kita membutuhkan sebuah algoritma baru untuk jiwa, tentunya hal itu akan sangat mempengaruhi banyak hal di dalam diri. Kita akan mengalami dekonstruksi cara pandang ataupun cara berpikir yang sangat berbeda dari biasanya. 

Saat hal itu terjadi, kita akan mengalami keterasingan karena membutuhkan suatu adaptasi baru yang tidak mudah di zaman seperti ini. Hal ini akan berdampak pada kebiasaan yang mungkin dinilai aneh oleh orang-orang pada umumnya karena sangat tidak wajar.

Ibarat sebuah android yang memerlukan upgrade perangkat secara berkala, manusia pun mesti mengalami hal sama. Mengapa? Karena kita selalu dihadapkan dengan masalah-masalah yang baru. 

Masalah itu tidak akan pernah berhenti, bahkan semakin bertambah kompleks. Disini, algoritma dibutuhkan sebagai sebuah shortcut untuk mengatasi masalah-masalah yang kemungkinan terulang atau akan dialami.

Tentu saja, algoritma baru ini tak lantas membuat diri menjadi manusia super. Kita hanya berupaya menyiapkan suatu kuda-kuda agar bisa bertahan di segala kondisi zaman yang mengaharuskan diri harus tahan di segala cuaca yang cepat silih berganti. Kita tidak hanya mengoptimalisasi, namun juga semestinya memaksimalkan diri menjadi man of all season.

Tapi, algoritma merupakan sesuatu yang rumit dan membutuhkan pola perhitungan yang sistematis. Dan juga membutuhkan kedisiplinan agar tetap berada di jalur yang sudah dipetakan di dalam jiwa. 

Kita tidak bisa mengubah seenaknya algoritma yang sudah terbangun di dalam jiwa. 

Karena pada akhirnya ini akan menjadi sebuah chip yang menjadi filter utama dalam berpikir dan berperilaku, agar menjadikan diri lebih empan papan atau pintar menempatkan diri dalam segala keadaan.

Karena algoritma baru ini bertempat di dalam jiwa yang memiliki wilayah yang berbeda dengan hati dan pikiran, maka algoritma ini juga memiliki peranan yang sangat dibutuhkan sebagai alat kontrol keselarasan hati , pikiran, dan perilaku. 

Tanpa fungsi kontrol, kita mungkin akan terlena, tenggelam, atau bahkan hanyut dalam kepalsuan di fase kehidupan yang dibangun penuh tipu daya ini. Wallahu a'lam.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun