Saat hal itu terjadi, kita akan mengalami keterasingan karena membutuhkan suatu adaptasi baru yang tidak mudah di zaman seperti ini. Hal ini akan berdampak pada kebiasaan yang mungkin dinilai aneh oleh orang-orang pada umumnya karena sangat tidak wajar.
Ibarat sebuah android yang memerlukan upgrade perangkat secara berkala, manusia pun mesti mengalami hal sama. Mengapa? Karena kita selalu dihadapkan dengan masalah-masalah yang baru.Â
Masalah itu tidak akan pernah berhenti, bahkan semakin bertambah kompleks. Disini, algoritma dibutuhkan sebagai sebuah shortcut untuk mengatasi masalah-masalah yang kemungkinan terulang atau akan dialami.
Tentu saja, algoritma baru ini tak lantas membuat diri menjadi manusia super. Kita hanya berupaya menyiapkan suatu kuda-kuda agar bisa bertahan di segala kondisi zaman yang mengaharuskan diri harus tahan di segala cuaca yang cepat silih berganti. Kita tidak hanya mengoptimalisasi, namun juga semestinya memaksimalkan diri menjadi man of all season.
Tapi, algoritma merupakan sesuatu yang rumit dan membutuhkan pola perhitungan yang sistematis. Dan juga membutuhkan kedisiplinan agar tetap berada di jalur yang sudah dipetakan di dalam jiwa.Â
Kita tidak bisa mengubah seenaknya algoritma yang sudah terbangun di dalam jiwa.Â
Karena pada akhirnya ini akan menjadi sebuah chip yang menjadi filter utama dalam berpikir dan berperilaku, agar menjadikan diri lebih empan papan atau pintar menempatkan diri dalam segala keadaan.
Karena algoritma baru ini bertempat di dalam jiwa yang memiliki wilayah yang berbeda dengan hati dan pikiran, maka algoritma ini juga memiliki peranan yang sangat dibutuhkan sebagai alat kontrol keselarasan hati , pikiran, dan perilaku.Â
Tanpa fungsi kontrol, kita mungkin akan terlena, tenggelam, atau bahkan hanyut dalam kepalsuan di fase kehidupan yang dibangun penuh tipu daya ini. Wallahu a'lam. Â