Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cinta yang Bertajalli

5 Februari 2019   18:34 Diperbarui: 5 Februari 2019   19:02 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah Perjalanan di saat raga meringik minta untuk direbahkan. Setelah agenda kesibukan yang secara sengaja mesti merampas waktu memejamkan mata. Saya hanya berkata dalam hati,"Hei kamu adalah monster. Kendaraanku. Apakah hanya ini batasmu?" Tak pernah usai ia melantangkan keresahan, akan jarak, hujan, lelah, dan sakit yang mungkin bakal mendera. Namun, hati bergejolak membisikkan keresahan yang lain, akan sebuah kerinduan.

 Benar saja, suara akan keluh kesah atau kekhawatiran akan terdengar lebih keras. Sedang suara kesejatian akan terdengar lebih lirih. Saya yakin semua mengalaminya. Dengan akalnya, manusia menganalisa berbagai macam efek dari hasil perbuatan tingkah lakunya. Yang pada akhirnya, menghasilkan sebuah data justru mengarahkan ke ketergantungan, bahkan lebih ke sikap terlalu memanjakan diri sendiri. "Yang enak-enak saja lah." Hingga potensi-potensi yang bisa tergerak oleh khoirun-nafs hanya terpendam dan melapuk oleh kepintaran akalnya sendiri.

Itu hanya jika engkau mau menemukan potensi quwwah pada diri kita. Mengenali diri sendiri antara mana yang dhohir atau yang batin. Mengenali cinta yang selalu ber-tajalli menaungi kehidupan kita. Lihatlah, tumbuhan saja selalu bergerak meunju arah cahaya datang. bergurulah pada mereka. Di setiap perjalanan, sejauh apapaun kamu pergi pasti akan melihatnya. Sapalah! Semesta saja selalu bedzikir dengan caranya sendiri. Kenapa engkau hanya sibuk mencari harta atau khawatir kepada masa depan yang masih ghaib. Bukankah Tuhan penjaminmu.

Perjalanan panjang dan sunyi pasti akan menyapa. Namun, jika diperhatikan, di relung sunyi tersebut selalu mengandung gemuruh yang berdendang. Terutama jika kamu mendengarkan bisikan cinta dan kerinduan yang entah sangat sulit terobati. Yang menggerakkanmu, menyandarkanmu, menghidupkanmu, menggairahkanmu, me-nina bobokkan-mu, bahkan cinta itu pun mencebokimu.

Tidak ada yang bisa mengendalikan cinta yang selalu datang tanpa pernah bisa kau pilih cinta itu kepada siapa. Kalaupun itu karena kebiasaan, siapa yang mempertemukan kebiasaan itu? Jika kamu yakin, kamu hanya akan dipertemukan dengan para Mutahabbina Fillah yang lain. Jangan salahkan rindu yang terus menghujam. Dekaplah!

Senin, 4 Februari 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun