Mohon tunggu...
Tatiek R. Anwar
Tatiek R. Anwar Mohon Tunggu... Penulis - Perajut aksara

Penulis novel Bukan Pelaminan Rasa dan Sebiru Rindu serta belasan antologi, 2 antologi cernak, 3 antologi puisi. Menulis adalah salah satu cara efektif dalam mengajak pada kebaikan tanpa harus menggurui.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ransel di Tepi Jurang

18 Mei 2022   16:29 Diperbarui: 15 Oktober 2022   22:22 646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gunung Lawu, sumber illustrasi: celebrities.id


Pos 1 dilewati Hardi dan teman-temannya tanpa halangan yang berarti. Mereka berhenti sejenak, kemudian melanjutkan pendakian kembali.  


Dalam perjalanan menuju pos 2 Hardi dan teman-temannya melihat jalak gading. Hardi mengeluarkan remahan roti untuk jalak itu. Ia sebelumnya pernah melakukan hal itu dan disambut oleh jalak dengan memakan roti itu. Namun, entah mengapa kali ini burung tersebut justru menjauh.

Hardi tidak ambil pusing, ia pun segera melanjutkan perjalanan.  
Pos 2 masih sekitar 100 meter lagi. Namun, Hardi merasakan beban ranselnya bertambah. Semula beratnya hanya 4 kilogram, kini dirasakan Hardi dua kali lipat beratnya. Tiba-tiba ia mendengar auman hewan buas. Seketika kuduk pemuda tinggi itu meremang.  


"Guys , kalian dengar suara macan, enggak?" tanya Hardi penasaran.  


"Enggak, itu perasaan lo doang, kali," sahut Cipta berusaha menenangkan, padahal, ia sendiri merasa ada sesuatu yang janggal. Cipta merasa hawa dingin menyergap tengkuknya, tetapi semua prasangka buruk yang melintas berusaha ia tepis. 

 
Mereka tiba di pos 2 dengan suasana yang makin gelap. Setelah beristirahat sejenak dan minum, rombongan memutuskan untuk melanjutkan pendakian.  

Jalur pendakian mulai terasa ekstrim. Mereka sangat berhati-hati melalui jalan yang terjal dan berbatu. Baru berjalan 200 meter dari pos 3, mereka memutuskan untuk mendirikan tenda di padang rumput. Saat tiba, jam tangan di pergelangan kiri Hardi menunjukkan pukul 19. 30 WIB. Jalur pendakian yang mereka lewati sudah separuh perjalanan.

Dengan beristirahat mereka berharap ketika bangun badan terasa lebih segar. Namun, mengingat untuk sampai puncak butuh waktu sekitar empat jam lagi, mereka tidak bisa beristirahat hingga pagi. Pukul 01.00 dini hari mereka harus bangun untuk membereskan tenda dan segera melanjutkan pendakian.  


Mereka mendirikan dua buah tenda tanpa kesulitan. Satu tenda untuk para gadis, satu tenda lainnya untuk para pemuda. Setelah tenda terpasang, mereka salat Maghrib dan Isya yang dijamak secara berjemaah. Mereka kemudian membuka bekal masing-masing dan menikmati makan malam dengan penerangan seadanya.  


Setelah itu, mereka bersantai sambil berbincang ringan. Mereka harus tidur cepat untuk mengumpulkan energi karena menuju pos selanjutnya jalur pendakian makin berat bahkan harus melewati jalanan yang curam.  


Ketika beranjak menuju tenda, tiba-tiba mereka mendengar suara panggilan. Seorang gadis dengan rambut sebahu mendekati mereka. Ia menyandang ranselnya yang terlihat penuh.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun