Mohon tunggu...
Tata Marnarita Yarsi
Tata Marnarita Yarsi Mohon Tunggu... -

Mahasiswa MM_UNJ Prodi Sumber Daya Manusia\r\n\r\nSekretaris Bidang Pendidikan, IPTEK, Seni dan Budaya KOWANI (Kongres Wanita Indonesia)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sehangat Senyuman Matahari

15 Maret 2018   23:58 Diperbarui: 16 Maret 2018   00:06 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Waktu yang ditunggu itu telah datang, merayakan hari kasih sayang. Bagi kami, setiap kesempatan berkumpul bersama keluarga adalah hari kasih sayang. Terutama bila berkesempatan untuk menjelajah dan menikmati bentangan alam yang selalu membuat hati ini bergetar.

Hari telah gelap. Kami baru saja selesai menjelajah di beberapa titik keindahan di Pulau Lombok dan berakhir di Pelabuhan Lembar. Waktu telah menunjukkan jam delapan malam. Wajah ketiga anakku tampak letih, begitu juga dengan belahan jiwa yang rela dengan rencana perjalanan yang penuh petualangan dan tantangan ini. 

Perjalanan menyebrang ke Bali, harus tetap dilanjutkan karena di Padang Bay kami telah menyewa penginapan. Ferry yang kami tumpangi, membelah gelombang besar yang terasa mengombang ambing. AlhamduliLlah, akhirnya kami merapat di Pelabuhan Paday Bay sekitar jam 04 dini hari, wow! 

Kami disambut anjing - anjing yang menyalak di sepanjang jalan menuju penginapan yang memang berlokasi dekat dengan dermaga. Hatiku menciut. Begitu juga dengan anak perempuanku Dzikra yang takut - takut melangkah di belakang. Ammar si bungsu yang baru 10 tahun menjerit, menahan langkahku yang semakin ragu. Suami sudah terlalu heboh dengan sebuah koper dan beberapa bawaan bergelantungan, sehingga sudah berada agak terpisah di depan.  

Namun Fikri si sulung muncul sebagai pembela. Sedikitpun pemuda kelas 2 SMA itu tidak tampak gentar. Malam yang diam mendadak riuh. Sekawanan anjing mengepung kedatangan kami yang telah membiarkan malam terbangun sebelum waktunya. Untunglah, benar kata Fikri, anjing itu akan menyalak galak hanya di daerah kekuasaannya. Setelah itu mereka tidak akan mengikuti.

Setelah beristirahat hanya sekitar 3 jam, kami harus melanjutkan penyebrangan menuju Nusa Penida. Tempat yang begitu menawan yang selama ini hanya bisa kunikmati melalui instagram. Kapal Roro membawa kami menuju dermaga Toya Pakeh selama kurang lebih 45 menit. Ya Allah, akhirnya tiba juga kami di sini disambut panas yang terik, terasa menusuk wajah.

np-5aaaa6775e1373594e44b346.jpg
np-5aaaa6775e1373594e44b346.jpg
Setelah sholat dan makan siang, tanpa diduga mendung menyelimuti cakrawala. Ada sudut hati yang merasa kecewa karena selanjutnya agenda kami adalah snorkeling. Namun apa daya, rencana perjalanan sudah tidak bisa ditoleransi karena kapal yang sebelumnya sudah disewa, telah menunggu di dermaga. 

Dengan mengumpulkan segenap keberanian, kami tetap membelah laut di bawah sinar matahari yang timbul tenggelam di balik kepungan rintik hujan yang siap menghujam bumi. Panas yang lembut terasa di kulit tidak menyengat seperti tadi kami datang. Ibarat panasnya brightgas yang panasnya menyebar namun tidak membakar. 

manta-point-5aaaa410ab12ae17bb2eb1a2.jpg
manta-point-5aaaa410ab12ae17bb2eb1a2.jpg
Setelah menyaksikan pari manta dari dekat di Manta Point, hujanpun turun dengan malu - malu. Namun pesona alam mengalahkan wajah langit yang sendu. Gerimis yang biasanya sangat kami takuti bila sedang berwisata di laut, kali ini sedikitpun tidak mengurangi kehatangan keluarga,

hujan tak sempat mengganggu keceriaan dan kebahagiaan kami untuk melanjutkan beberapa spot snorkling lagi.

Menjelang senja, harapan untuk dapat menyaksikan lukisan langit yang memukau ketika sunset,membuncah. Dan inil ah anugerah dari Allah ketika mendung dengan pasti berarak pergi, memberi ruang bagi matahari yang hendak pamit pulang. Inilah sebuah kejutan dari Sang Maha Penyayang ketika langit begitu cerah dan menampakkan wajahnya yang luar biasa menawan. Hati kami berseri melepas keindahan hari yang penuh kehatangan. Sehangat senyuman matahari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun