Mohon tunggu...
HMJ Tadris Matematika UINMLG
HMJ Tadris Matematika UINMLG Mohon Tunggu... Guru - HMJ Tadris Matematika UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

https://tadrismatematika-uinmalang.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

TM-NEC | Seperempat Jam Penuh Makna

1 November 2020   15:48 Diperbarui: 1 November 2020   15:57 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh : Lailatur Rosida

"Satu... dua... tiga "  aku menghitung detik jam dinding kamarku sambil terbaring lemah di tempat tidurku. Semenjak ku melihat merah di atas putih beberapa jam yang lalu, entah mengapa membuat semua yang  berada disekitarku terasa kosong. Berkali- kali ku mencoba tegar menerima kenyataan, berkali -kali pula ku jatuhkan air mata karenanya. 

Meskipun aku bukan satu-satunya, tapi aku bisa dikatakan ceroboh saat melakukannya. Entah karena terlalu senang dan puas. Sampai -sampai ku melakukannya tanpa berfikir ke depan. Semenjak kepulanganku tadi aku menjadi terdiam seribu bahasa, dan sekedar berbicara seperlunya. Mungkin kekecewaanku begitu kurasakan mengingat bahwa aku menaruh harapan besar saat itu tentang kelajutan pendidikanku.

            " sa, kok beda kayak biasanya sih ?" tanya penasaran temanku

            " oh enggak kok gak papa " ucapku mencoba terlihat baik-baik saja

            " beneran ? biasanya banyak omong kok ini jawab pertanyaanku aja singkat " sangkalnya

            " hehehe enggak kok din, Cuma kecewa aja ekspetasiku tak sesui realita " jawabku sambal tersenyum kecut

            " loh emangnya kenapa? Ndak masuk ta kamu? " tanyanya penasaran

            " iya, sudah berapa kali ku ditolak dengan tujuan yang sama pula" ucapku sendu

            " sabar sa, aku tau kok perasaanmu. Mungkin tuhan sedang menguji kesabaranmu, tuhan tau yang kamu butuhkan buakn yang kamu inginkan " ucapnya menenangkanku

            " iya sih din, aku sudah mencoba melupakannya tapi rasa kecewa masih aja ada " jawabku

            " iya aku tau, tapi jangan sampai rasa kecewamu membuatmu menyerah dan melupakan bahwa masa depan yang cerah sedang menantimu" ucapnya menasihatiku

            "tapi din aku ingin sekali masuk ke kampus itu, tapi kenapa tuhan tak berpihak kepadaku" ( sambal menunduk)

            " hei ingat pa yang kamu anggap baik belum tentu baik di mata tuhan, begitupun sebaliknya, dan tuhan tak pernah menguji hambanya melewati batas kemampuannya. Jadi kalau menurutku tuhan menakdirkan semua ini padamu, itu berarti tuhan percaya jika kamu bisa melewatinya " ( sambal memelukku)

Ku coba mencerna semua nasihat dari sahabatku aldina, sekarang aku sedikit merasa tenang. Dan aku pun mencari jalan lain untuk menggapai impianku. Satu demi satu langkah ku lewati, tidak semulus di bayanganku memang . tapi kuyakin ada sesuatu di balik semua kejadian itu. Jadi setiap keberhasilan yang tertundaku ku  jadikan sebuah acuan serta penyemangatku untuk meneruskan langkahku. 

Senja menampakkan keindahannya, menandakan akan dimulainya hari baru. Ku  lewati semua proses dengan senang hati. Hingga akhirnya notifikasi dari teman, sahabat terdekatku membuatku mengangkat setiap sudut bibirku. Beribu -- ribu terimakasih ku ucapkan untuk semua yang membantuku bangkit dari keterpurukanku. "selamat" entah sudah kali ke berapa ku menerima ucapan itu. Bahagia memang kuakui, tetapi dibalik ucapan itu tersimpan kepercayaan besar terhadapku.

( Dua Minggu Kemudian )

            " Diumumkan kepada penumpang kereta api bahwa setelah ini akan sampai di stasiun kota pelajar, diharapkan penumpang dengan tujuan tersebut untuk bersiap-siap" ucap sang pegawai kereta api

Kira-kira lima menit setalahnya kereta berhenti di stasiun kota pelajar. Dan disaat ku menunggu kereta berjalan menuju tujuan terakhir, ku melihat sosok yang mencuri perhatianku. Dimana ada seorang anak kecil kira- kira seusia sd sedang menjajakan jajanannya di sekitar satsiun tersebut. Dan satu hal lagi yang membuat ku terharu adalah dimana ia mencoba menwarkan jajanannya dengan menggandeng seorang gadis kecil yang tengah membawa boneka. 

Entah mungkin perasaan ku yang lemah atau bagaimana, bulir air mata menetes secara tiba-tiba. Kuperhatikan setiap gerak-geriknya, sampai kulihat dimana sang gadis tengah mengamati sebuah mainan barbie yang dijual oleh pedagang asongan yang tengah berdiri disebelahnya. Ku yakin gadis kecil itu mneginginkannya.

            " pak kira- kira berapa menit lagi kereta berangkat? " tanyaku pada pegawai kereta

            " mungkin sekitar setengah jam mbak, soalnya ini nunggu kepala kereta dari arah seberang" jawabnya

Tanpa berpikir Panjang ku dekatkan diri pada sang penjual mainan tersebut. Tanpa basa-basi kubeli mainan itu, dan terlihat mimik kecewa di wajah sang gadis kecil itu. Setelah itu ku duduk di kursi seberang sambil berpura-pura tak melihat gadis itu. Hingga ku mempunyai rencana yang entah darimana datangnya.

            " hai dek, berapa harga makanan ini ?" tanya ku

            " 5000 aja kak perbijinya" jawabnya sambal tersenyum

            " kalau misal semua berapa harganya dek?"

            "50.000 aja kak, kakak yakin mau membeli semuanya?" jawabnya dengan memasang mimik bahagianya

            " ya udah aku beli semua dek buat temenku di kereta" bohongku padanya

            " makasih banyak kak, dari tadi pagi tidak ada yang melirik jajananku kak, sampai akhirnya kakak yang baik hati mau membelinya" ( sambal menyerahkan sekantong plasyik jajanan nya padaku)

            " ini dek makasih ya, dan kakak punya hadiah buat gadis cantik ini " ucapku sambil tersenyum pada gadis kecil di sampingnya

            " maaf kak ini kebanyakan, dan tidak perlu repot-repot memberi hadiah buat adik saya, karena apa yang dia ingin beli sudah  dibeli orang" ujarnya

            " gapapa dek itu buat kamu disimpen kalo bisa ditabung buat beli buku, dan ini untuk gadis kecil yang cantik" (sambil memberikan mainan kepada sang gadis kecil)

            "wahhhh makacih kak, ini mainan yang aku pengen banget dan aku sempet gak suka saat kakak beyi mainan itu tadi dali pedagang keyiying tadi" ucapnya khas anak kecil

senyumku mengembang melihat perubahan mimik gadis kecil itu dan pengungkapan perasaannya yang terkesan lucu khas anak kecil.

            "iya sayang sama-sama, jadi anak yang pinter ya, dan maafin kakak udah ngebeli mainan yang udah pengen kamu beli" ucapku

            "ndak papa kok kak, adel udah ceneng cekarang" jawabnya sambal memelukku

            "iya kak makasih ya udah baik banget sama kita, padahal kita baru pertama ketemu. Dan uang ini akan aku tabung buat menyekolahkan adel tahun depan kak" jelas sang kakak

            " lah kamu sendiri tidak beli buku ?" tanyaku penasaran

            " aku udah gak sekolah kak, semenjak nenekku meninggal aku berhenti sekolah karena aku yakin tidak akan bisa membiayainya sendiri, lagipula kasian adel juga pasti gak aka nada yang jaga kak" jawabnya terlihat tegar

            " lantas dimana kedu orang tuamu ?" tanyaku sekali lagi

            " ibuku meninggal sewaktu melahirkan adel, dan ayahku entah aku tak tau " ucapnya sendu

            " jadi terimakasih kak, setidaknya suatu saat nanti adel harus bisa bersekolah bagaimanapun caranya" tuturnya semangat

Entah mengapa miris rasanya ku mendengar tutur katanya, rasanya hatiku teriris karena masih banyak yang tidak lebih beruntung dari ku. Dan anak sesusia tersebut dituntut mencari uang demi menghidupi kehidupan nya dengan adiknya, dan mau tidak mau ia dituntut berfikir lebih dewasa dari umurnys.  

Dan sebab seperempat jam tadi aku tersadar dan menyesal sempat berfikir untuk tidak melanjutkan pendidikanku. Jika minat belajar dari pemuda -- pemudi yang ditakdirkan mampu mengenyam bangku Pendidikan rendah, lantas siapa yang akan diharapkan di masa mendatang kelak.

Tak terasa kuhampir sampai di kampus yang akan membantuku menggapai mimpiku. selama ku mengenyam pendidikan sarjana strata satu, disitu pula ku menemui hal-hal baru, pengalaman baru, bahkan lingkungan baru yang dapat kuambil pelajarannya. Dan membuatku bertekad untuk mendirikan sebuah forum belajar gratis yang diperuntukkan untuk anak- anak yang berhak mendapatkan haknya untuk belajar, tapi terhalang suatu kondisi atau alasan tertentu.  

Sebab ku yakin mereka memiliki potensi yang bahkan lebih besar dari pada yang berkebutuhan lebih dari cukup.  Karena biasanya semangat belajar yang dimiliki mereka jauh lebih besar daripada anak yang mampu duduk dibangku sekolah, dan anak yang tergolong mampu memiliki semangat belajar rendah karena mereka terbiasa dengan kecukupan dan belum merasakan apa yang anak kurang mampu rasakan. 

Selain untuk membantu anak-anak merasakan penddikan, hal itu juga bertujuan melatih kemampuan seseorang sebagai tenaga kependidikan, serta mengamalkan ilmu yang telah didapatkan. Karena sebaik-baik ilmu adalah ilmu yang bermanfaat dan mau mengamalkannya.

Jadi sebagai orang berpendidikan jangan jadikan pendidikan sebagai pencarian gelar semata. Jadikanlah pendidikan sebagai upaya pengembangan potensi yang bisa membuatmu berkontribusi langsung ke masyarakat. Dan bahkan bisa mengubahnya menjadi lebih baik dengan pendidikan. Agar pendidikan tidak hanya sebagai teori semata, dan bisa merasakan perubahan dunia melalui pendidikan.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun