Mohon tunggu...
Hasiati Kimia
Hasiati Kimia Mohon Tunggu... Penulis - Bukan seorang penulis profesional, tetapi menulis dapat membuka wawasanku

Banyak bermimpi dan mencoba langkah baru kadang selangkah mendekatkanmu dengan mimpumu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Rose RTC] Senyum September

15 September 2016   07:29 Diperbarui: 15 September 2016   16:34 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Pukul empat dini hari, aku beserta keluarga menuju rumah duka. Perjalanan yang memakan waktu tujuh jam kuhabiskan hanya mengenang wajahmu, mengenang saat-saat kebersamaan kita, tawamu dan semua hal tentangmu.

Ketika kakiku berada tepat didepan rumahmu, kekuatan yang kukumpulkan hilang saat kulihat teman-teman kuliahku dulu yang sering kupamerkan tentang kekasih terbaik yang kupunya. Dengan dipapah mereka, aku memasuki rumah duka dan disambut sosok jenazah yang tertutup kain serta ibu yang duduk disampingnya.

Jatuh tersungkur aku di pangkuan ibumu, dua hal yang bisa kulakukan saat itu adalah menangis sejadi-jadinya dan,

“maafkan aku bu… maafkan aku” kalimat yang keluar dari bibirku hanya itu.

Dewi menyibak sedikit kain yang menutupi wajahmu, dan menyarankan agar ku melihar wajahmu tuk yang terakhir kali sebelum kau dimakamkan. Tak kuasa akumemandangmu, namun ibumu meyakinkanku agar setelah itu aku bisa ikhlas.

Wajahmu pucat, namun ciri khasmu masih tetap ada hingga akhir yakni senyummu yang penuh cahaya untuk menenangkan hati masih melekat.

“maafkan aku… maafkan aku…” kembali ku bersungkur di pangkuan ibumu.

Setelah pemakamanmu, hanya berandai yang bisa kupikirkan. Andai supir angkot itu tidak panik saat disalip mobil dinasnya pejabat, andai kau tidak naik angkot itu, andai kau tidak mengantarku ke palabuhan, andai dan andai yang menambah penyesalan dan rasa bersalahku padamu.

Selama tiga hari, hampir semua teman yang mengenalmu memajang fotomu dengan senyuman termanis di sosmed mereka. Kalimat belasungkawa tak terputus bahkan oleh saluran TV swasta yang sempat mewawancaraimu di hari sebelum kepergianmu.

Pada akhirnya, hanya senyumanmu yang dikenang oleh orang-orang disekitarmu kala mengingatmu. Senyum penuh cahaya keikhlasan yang membuat hati selalu tenang rasanya. September yang mempertemukan kita, September juga yang memisahkan kita.

karya ini diikutsertakan dalam rangka mengikuti event Romansa September RTC

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun