Mohon tunggu...
tamara istiana
tamara istiana Mohon Tunggu... Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Mahasiswa Ilmu Komunikasi yang tertarik dengan bidang media sosial dan musik

Selanjutnya

Tutup

Trip

Menilik Warisan Musik Indonesia di Lokananta

30 Juni 2025   21:10 Diperbarui: 30 Juni 2025   21:06 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruangan Linimasa di Museum Lokananta (Sumber: Arya Dwi Atmaja)

Apakah kalian suka mendengarkan musik dan penasaran bagaimana sejarah  perkembangan musik di Indonesia? Museum Lokananta adalah destinasi yang tepat untuk  menjawab rasa penasaranmu. 

Museum Lokananta, yang berlokasi di Jalan Ahmad Yani No. 379 A, Kerten,  Kecamatan Laweyan, Kabupaten Surakarta, Jawa Tengah adalah destinasi yang wajib untuk  dikunjungi. Museum ini berdiri berbarengan dengan diresmikannya revitalisasi Lokananta  pada 3 Juni 2023. Untuk masuk ke museum ini, pengunjung hanya perlu membayar tiket  sebesar Rp 25.000. Ada banyak hal yang disajikan dalam museum ini, mulai dari sejarah  Lokananta itu sendiri hingga perkembangan musik di Indonesia. 

 Lokananta menawarkan berbagai ruangan galeri yang kaya akan cerita. Salah satu  ruangan yang menarik adalah Ruang Linimasa. Ruangan ini menampilkan berbagai bukti  sejarah perkembangan Lokananta sebagai studio rekaman pertama milik Indonesia. Beberapa  benda bersejarah, seperti foto pendiri Lokananta, R. Maladi, dokumen resmi perusahaan Lokananta dalam perjalanannya di industri musik tempo dulu, hingga kebaya Waljinah, sang  diva dari Lokananta. 

 Selanjutnya, terdapat Ruangan Gamelan, dimana ruangan tersebut berisikan gamelan  pemberian dari Keraton Surakarta yang masih digunakan hingga saat ini. Di ruangan ini pula tour guide Lokananta menjelaskan asal-usul dari nama museum Lokananta, “Mengapa  dinamakan museum Lokananta? Karena dahulu katanya ada gamelan yang bunyinya sangat  indah, tetapi nggak ada yang menabuh. Nah, gamelan itu disebut dengan ‘Lokananta,’” ujar  Taufiq, salah satu tour guide Lokananta.  

Selain itu, ada pula Ruangan Diskografi yang di dalamnya terdapat arsip-arsip  bersejarah, seperti lagu-lagu yang diproduksi oleh Lokananta, audio rekaman penampilan  Srimulat, dan rekaman suara asli Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Semua arsip lagu dan  audio tersebut disajikan dalam bentuk CD hingga kaset.  

Beranjak dari ruangan diskografi terdapat ruangan berikutnya, yaitu Ruangan  Bengawan Solo. Di ruangan ini dijelaskan secara detail bagaimana proses pembuatan piringan  hitam (vinyl), mulai dari proses pencetakan hingga pencucian piringan hitam. 

Menyusuri ruangan selanjutnya, terdapat satu ruangan yang langsung menarik  pandangan siapa saja yang melewatinya. Di dalam ruangan ini terdapat berbagai vinyl album  yang diproduksi di bawah label rekaman Lokananta. Cover vinyl yang memiliki beragam  desain serta warna yang menarik, ditata secara rapi pada kolom-kolom rak berwarna putih yang  membuat ruangan ini menjadi spot foto yang sangat instagramable bagi para pengunjung.

Ruangan Ngak Ngik Ngok ke Dheg Dheg Plas di Museum Lokananta (Sumber: Arya Dwi Atmaja)
Ruangan Ngak Ngik Ngok ke Dheg Dheg Plas di Museum Lokananta (Sumber: Arya Dwi Atmaja)

Ada satu ruangan yang wajib untuk dijelajahi para music enthusiast karena ruangan ini memamerkan sejarah perkembangan musik populer Indonesia di era 60-an, yaitu Ruangan  Ngak Ngik Ngok ke Dheg Dheg Plas. Dalam ruangan ini ditampilkan kisah gejolak musik  Indonesia di masa Orde Lama. Beberapa kejadian sejarah dunia musik Indonesia, seperti  penggantian nama musisi yang kebarat-baratan dan juga pencekalan musik yang mengandung  unsur kebarat-baratan oleh pemerintahan Orde Lama tergambar jelas dalam berbagai bentuk  visual. Selain itu, di ruangan ini terdapat pidato dari Soekarno, dimana beliau melarang musik  kebarat-baratan yang dianggap berisik yang disimbolkan dengan istilah “Ngak Ngik Ngok”  (bunyi-bunyian biola). Pernyataan ini dibalas oleh salah satu band yang sempat dicekal  pemerintahan Orde Lama, yaitu Koes Plus, dimana album pertamanya diberi nama “Dheg  Dheg Plas” sebagai bentuk sindiran dari kebijakan di era Soekarno. 

Jika berkunjung kesini tidak lengkap rasanya apabila tidak membawa cenderamata dari  Lokananta. Di toko official Lokananta, yang posisinya dekat dengan lobi galeri, Lokananta  menjual berbagai macam pernak-pernik, mulai dari pin, stiker, tumbler, topi, hingga kaos  dengan design lokananta. Tak jarang juga toko ini menawarkan merchandise hasil kolaborasi  dengan brand lain. 

Jadi, jika sedang berlibur di Surakarta, jangan lupa untuk mengunjungi museum  Lokananta, untuk berwisata sekaligus mendapatkan ilmu baru mengenai sejarah musik di  Indonesia. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun