Satu lagi cubitan mendarat dilengan kiriku. Kali ini kutahan sakitnya, kalah dengan rasa senangku. Gurauanku berhasil meruntuhkan tembok pertahanan diri irma untuk kesekian kalinya.
'Dah hampir jam sbelas ni ton, udahan yok’, ajak irma
'Wokehhh’, balasku sekenanya.
Selesai transaksi dengan bang jo, kami berdua melangkah pulang. Tentu saja aku nganter irma sampe depan rumah dulu. Sepanjang perjalanan pulang, tidak ada waktu yang terlewat dengan keheningan. Canda dan gurauan kami mengiringi langkah pulang hingga sampai di depan gerbang rumah irma.
Spontan aku membukakan pintu gerbang dan…
‘silahkan masuk ibu negara’, ucapku mempersiahkan, dengan semyum canda tentunya.
‘terima kasih bang’ balas irma dengan senyum pula..
Aku menunggu hingga irma masuk rumah dlu. Belum sampai pintu rumah irma berhenti, tak brapa lama dia berbalik.
Ton, makasih ya, untuk malam yang indah’,
@#$#$%%#.....#$%$^%.....’, batinku girang.
Aku hanya menganggukkan kepala, ditambah senyum tentunya. Irma kembali melangkah masuk. Sebelum menutup pintu rumahnya, irma kembali bilang,’ hati hati ya ton’. Dan ak hanya bisa mengangguk kembali.kegirangan.