Mohon tunggu...
amien istiarto
amien istiarto Mohon Tunggu... -

aku adalah aku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Primitive Love 3 (Part 3, Habis)

5 Januari 2012   07:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:18 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku paling suka rasa teh bikinan mas jo, rasanya khas banget, tidak ada di tempat lain pokoknya. Dan temanteman yang lain pun setuju. Ntah apa resepnya. Kalau ditanya Cuma bilang: “rahasia perusahaan ini”. Trus pas mbuatnya itu juga khas, dengan gerakan gerakan tertentu yang tdak dilakukan oleh penjual lainnya, cepet pula. Two thumbs up vokoknya buat mas jo.

Satu lagi yang khas, radio tape jadul yang selalu memperdengarkan lagu lagu nostalgia, lagu jamannya bapak ibu kita. Kata mas jo, lagu sekarang gak ada isinya, hambar, monoton, gak ada bagusnya, bagus lagu lagu jadul yang kaya makna, bisa nyentuh hati.

Dengan selembar tikar yang memang selalu disediakan mas jo di belakang gerobak angringnya, Aku dan irma sengaja milih duduk di luar angkringan, cari suasana yang lebih nyaman dengan pandangan luas. Kalo si tio dan nano lebih suka di dalam tenda akngring, lebih dekat akses ke jajanan yang bermacammacam katanya.

Malam ini bulan malu malu menampakkan cahayanya, hanya sesabit. Tapi tetap saja indah. Karena malunya sang bulan, si bintang jadi tak malu untuk sering berkerlip manja. Langitpun tak seperti malam malam yang lalu yang tampak mendung. Langit malam ini sangat bersih, tanpa mendung sedikitpun, entah siapa yang sudah menyapunya tadi sore. Si langit sepertinya telah bersekongkol dangan bulan dan bintang untuk saling menampakkan keindahanya.

‘Asik juga malam ini ya ton’, ucap irma.

‘Hmmmm...’, Cuma itu yang terucap dari mulutku.


Sambil menikmati indahnya langit dan sesekali menikmati segarnya lomon tea, kucoba mencuri curi pandang ke arah irma. Kulihat dia menengadahkan mukanya ke langit, tersenyum tipis, entah apa yang sedang dipikirkannya.

‘Memang benar benar manis ni cewek, makin dewasa makin manis pula”, batinku.

‘kok aku ga pernah nyadar kalo ternyata kota ini juga bias menampilkan keindahan ya…?’, suara irma tiba tiba meruntuhkan konsentrasiku, dan langsung saja kupalingkan wajahku ke atas langit. Biar gak ketahuan kalo lagi curi curi pandang, he..

‘eh kamu tau gak knapa malam ini yang keluar bulan sabit?’, ucapku coba kembali membuka pembicaraan.

‘yaa kan ini awal bulan, makanya bulannya sabit.’, jawab irma

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun