Suasana kembali sunyi. Kulihat irma kembali asik dengan langit kota ini, seakan sudah berapa tahun tak ia lihat, padahal ia juga lahir di kota ini. Masih juga dengan senyum manisnya yang menawan hatiku. Cuek tampaknya dia dengan keadaan sekitarnya yang sedikit agak bising suara motor sliweran.
‘emang dilangit ada apa tho nok? Ada yang membahagiakanmu kah?, tanyaku perlahan
“ternyata memandangi langit juga bias bikin tenang ton. Dan ternyata aku baru lihat dengan kepala sndiri ini tho yang namanya rasi bintang waluku, rasi bintah scorpio’, masih dengan senyum irma menjawab.
Yaaahh… kemarin kemarin kemana aja neng?, semedi?’, candaku.
‘Eh ton, yang tadi dilanjutin, knapa yang muncul bulan sabit?’ , Tanya irma.
‘Waduuuh, knapa ya? Lupa aku ma…, abissnya kepotong ma tio tadi’, balasku
Hyaa..’, irma mengeluh.
Irma kembali membisu, namun tetap dengan senyum yang menawan, dan masih saja tak bosan memandangi langit. Aku Cuma bisa menebaknebak kira2 apa yang sedang dipikirkan irma. Apa ia sedang teringat kejadian tadi ya’, ucap batinku. Ahh sepertinya tidak mungkin, terlalu berharap aku ini, hufttt..
‘Kamu pernah liat bintang tujuh gak nok?’, tanyaku coba memecah kesunyian.
‘Pernah, di apotek seberang jalan ada tuh’, jawab irma polos.
‘Hyaaaah..dikasih komisi berapa buat ngiklanin tu obat nok?, bukan itu, ini bintang tujuh beneran, yang ada dilangit’, balasku dengan sedikit senyum canda.