Mohon tunggu...
Tabita Larasati
Tabita Larasati Mohon Tunggu... Desainer - disainer

suka jalan-jalan dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hindari Informasi Pemecah di Media Sosial

27 Agustus 2019   22:13 Diperbarui: 27 Agustus 2019   22:18 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anda punya whatsapp grup (wag) ? Sebagian besar orang yang punya gawai pasti punya wag. Mulai dari grup masak, grup ortu anak sekolah, ibu-ibu pkk, grup dharmawanita dll. Lebih jauh lagi mungkin suami kita punya grup pendalaman agama, grup pengajian, atau grup kantor.

Awalnya wag adalah salah satu cara untuk berkomunikasi dengan orang lain dalam jumlah lebih dari satu untuk satu topic. Jadi grup kantor pastilah pembicaraan nya adalah soal-soal managemen kantor dan topic serius lainnya. Grup ibu-ibu pkk adalah soal jadwal arisan, dan cicilan yang harus ditebus bulan ini. Grup ortu anak sekolah seringkali membicarakan jawadl sekolah yang mungkin berubah dan kegiatan lain yang berhubungan dengan anak kita.

Tapi topic-topik di wag seringkali melebar. Bapak-bapak di grup kantor jika tidak ada nama bos mereka di grup itu, mungkin saja tidak selalu membahas hal serius, tapi mungkin tempat pijat yang enak di sudut kota. Wag ibu-ibu PKK tidak saja soal jadwal arisan tapi soal resep masakan atau rumpian tetangga baru yang belum masuk wag. Atau tentang tetangga lama yang sudah pindah tapi masih punya masalah di tempat lama.

Bisa saja semua grup yang awalnya bermaksud baik. Karena seringkali wag juga memposting hal-hal yang bersifat negative atau tidak terkonfirmasi. Semisal kekacauan di Pontianak di beberapa sudut kotanya usai pengumuman Pilpres lalu. Beberapa orang klaim bahwa kekacauan itu terjadi di Manado, dan Singkawan dan beberapa data lain yang tidak tepat. Atau bisa saja kekacauan di Jakarta, diklaim juga di beberapa daerah lain Atau bisa juga isu kekacauan, memakai foto dan rekaman beberapa tahun lalu dimana situasinya lebih mencekam.

Di sisi lain, masyarakat Indonesia adalah masyakat yang kurang suka dengan konfirmasi atau cek and recheck. Sehingga sebagian besar informasi mereka terima kemudian sedetik kemudian infomasi itu disebarkan dengan sekali ketukan jempol di tuts. Begitu seterusnya sehingga seringkali sebuah info yang tidak pas atau salah menyebar dengan cepat tanpa bisa dibendung.

Hal inilah yang yang sering menyulut ujaran kebencian bahkan kemudian berkembang menjadi unjuk rasa atau demo besar-besaran. Umumnya menyoal Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan (SARA). Unjuk rasa yang ditampakkan seringkali menjadi penyulut komentar orang atau masyarakat yang jauh dan tidak kenal masalah dengan baik, dengan komentar yang negatif. Itulah membuat kebencian makin menjadi-jadi.

Kita tahu kejadian ini sering sekali terjadi di Indonesia dan punya dampak negative bagi generasi kini dan nanti. Kebencian menjadi residu yang sulit dihilangkan. Padahal residu menjadi penghambat yang mengganggu persatuan dan kesatuan serta kemajuan bangsa.

Karena itu kita harus selalu cek recek semua informasi yang kita terima di dunia maya. Bisa jadi sebuah informasi adalah benar tetapi bisa juga informasi itu tidak benar bahkan menyesatkan. Dengan selalu mengecek informasi kita bisa terlepas dari perpecahan bangsa dan saling memusuhi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun