Mohon tunggu...
Syukra (kaka) Alhamda
Syukra (kaka) Alhamda Mohon Tunggu... Freelancer - Photographer

Penikmat Ketetapan Tuhan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sejenis Cerita Cinta

3 Januari 2021   03:33 Diperbarui: 3 Januari 2021   06:28 738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Smatawayang_ (kaka)

"Cita-citaku saat ini adalah bersamamu hingga mati."

"Anak-anak kita nanti yang akan merasakan pendidikan lebih tinggi."

"Mungkin saat ini tidak, tapi aku yakin suatu hari nanti mereka akan mengerti."

            Jawaban yang aku lontarkan membungkam semua kegelisahan yang kau rasakan, hingga pada akhirnya kau tenang, dan tawamu kembali terdengar dari dalam ponsel yang hanya aku gunakan untuk bertemu denganmu, walau hanya berupa frequensi suara.

            Sore itu burung besi yang aku tumpangi mendarat dengan mulus di kotamu. Sebentar lagi kita akan saling berbicara tanpa perantara.

Smatawayang_ (kaka)
Smatawayang_ (kaka)

            Saat ini hanya kau miliku satu-satunya, aku sudah menghapus mimpi sebagai musisi yang aku bangun bertahun-tahun lamanya, meninggalkan para sahabat yang sangat kecewa atas apa yang sudah aku putuskan, dan mengubur keinginan orang tua agar aku bisa menempuh pendidikan yang lebih tinggi, kemudian hidup bersama mereka. Semua demimu, untukmu dan karenamu.

Dekapanmu saat pertama bertemu seperti tidak bisa dilepaskan, kau tidak malu walau semua orang memperhatikan.

Perlahan kita mulai atur rencana untuk masa depan, tanggal dan tempat pernikahan, warna baju pengantin, posisi saat malam pertama, nama anak pertama dan bahkan, letak sofa di rumah yang akan kita bangun bersama, tidak luput dari rancangan angan-angan.

Namun siapa sangka, rencana semesta tidak seperti apa yang kita harapkan, dia selalu saja memberikan kejutan yang tidak pernah terbayangankan, seakan sudah terencana, semesta memberiku izin melihat secara langsung kau dalam pelukan orang lain, kau memeluknya erat dan dia membalas pelukanmu lebih erat, kemudian kalian baru sadar setelah aku melihat pemandangan itu beberapa saat.

Dulu kau pernah membuat semestaku berhenti, namun kali ini kau jadikan semestaku hancur berantakan bersama denganku yang terdiam didalamnya, seluruh tulang terasa melunak, rasa sakit di dada aku rasakan dengan nyata, dan dengan sisa tenaga aku melangkah pergi, namun kau tidak memanggil, apalagi mengejar seperti yang aku harapkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun