Studi lapangan mengenai cara beternak kelinci di Desa Bajangrejo, Kecamatan Banyuurip, Kabupaten Purworejo.
Abstrak
Budidaya kelinci telah menjadi salah satu kegiatan peternakan yang sangat diminati di Desa Bajangrejo, Kecamatan Banyuurip, Kabupaten Purworejo. Penelitian ini bertujuan untuk memahami lebih dalam praktik budidaya kelinci, mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan, mengeksplorasi kendala-kendala yang mungkin timbul, dan mencari solusi guna meningkatkan produktivitas peternakan kelinci. Dalam percakapan dengan Bapak Muhammad Syafi'i, seorang peternak kelinci di Desa Bajangrejo, terungkap beberapa faktor krusial yang berpengaruh terhadap kesuksesan dalam beternak kelinci. Hal tersebut meliputi pemilihan induk yang tepat, pemberian pakan yang baik, dan manajemen kandang yang efektif. Masalah utama yang dihadapi adalah kesehatan dan kondisi cuaca. Penelitian ini telah melukiskan tantangan yang dihadapi serta solusi yang diterapkan dalam kegiatan budidaya kelinci di Desa Bajangrejo.
Kata Kunci
Budidaya kelinci, produktivitas, faktor pertumbuhan, penyakit kelinci, kandang kelinci.
Pendahuluan
Mengembangkan peternakan kelinci adalah hal yang menguntungkan, karena kelinci memiliki siklus hidup yang singkat dan tidak memerlukan lahan yang besar. Di Indonesia, bisnis ternak kelinci semakin berkembang sejalan dengan meningkatnya permintaan akan daging kelinci, baik digunakan untuk konsumsi maupun keperluan bisnis pembibitan. Desa Bajangrejo yang terletak di Kecamatan Banyuurip, Kabupaten Purworejo, merupakan salah satu desa yang digunakan untuk budidaya kelinci. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendalami lebih jauh mengenai praktik budidaya kelinci yang dilakukan oleh peternak setempat, terutama oleh Bapak Muhammad Syafi'i, yang memiliki pengalaman yang luas di bidang tersebut. Fokus utama dari penelitian ini adalah tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan kelinci, kendala yang dihadapi oleh para peternak, serta langkah-langkah untuk meningkatkan produktivitas.
Metode penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan dengan menerapkan metode kualitatif melalui wawancara yang mendalam bersama narasumber, yaitu Bapak Muhammad Syafi'i, seorang peternak kelinci yang berdomisili di Desa Bajangrejo. Data yang terkumpul mencakup informasi seputar cara beternak kelinci, faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan hewan tersebut, hambatan-hambatan yang biasa dihadapi dalam bisnis peternakan, serta tindakan yang diambil oleh para peternak. Wawancara dilaksanakan secara langsung di peternakan kelinci yang dikelola oleh narasumber. Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis secara deskriptif guna memberikan gambaran tentang praktik beternak kelinci di wilayah tersebut.Silakan untuk mendeskripsikan ulang teks di atas dengan gaya penulisan yang lebih halus.
Hasil dan Analisis
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Muhammad Syafi'i, terdapat beberapa faktor yang berperan penting dalam kesuksesan budidaya kelinci di Desa Bajangrejo.
Bapak Syafi'i memutuskan untuk menambah jumlah indukan demi meningkatkan produksi anak kelinci yang lebih banyak. Selain itu, dalam budidaya kelinci, pemilihan induk dengan genetika unggul, terutama yang memiliki tubuh besar dan pertumbuhan cepat, menjadi prioritas utama.
Pakan juga memegang peranan krusial dalam perkembangan kelinci. Kelinci diberi makanan gabungan dari pelet dan hijauan agar pertumbuhannya mencapai kondisi yang optimal. Memberikan hanya hijauan sebagai pakan dianggap kurang efisien dalam memfasilitasi pertumbuhan kelinci yang cepat.
Peternak kelinci sering menghadapi tantangan berupa penyakit, terutama scabies dan penyakit kembung. Penyakit scabies bisa diobati dengan suntikan obat anti scabies, sementara kembung sering muncul karena perubahan cuaca yang ekstrim. Selain dari itu, masalah yang dihadapi adalah terkait dengan pemasokan pakan dan juga penjualan. Menggunakan pakan pelet yang dibeli bisa menjadi tantangan bagi peternak untuk memperoleh keuntungan yang diinginkan, mengingat biaya pakan yang cenderung tinggi.
Peningkatan produktivitas merupakan hal yang perlu diperhatikan. Demi meningkatkan hasil kerja, Bapak Syafi'i berkomitmen dalam memperhatikan keamanan dan kenyamanan kandang. Kandang yang terbuat dari bambu atau kayu rentan terhadap serangan hama seperti tikus, yang seringkali mengganggu anakan kelinci. Karenanya, untuk meningkatkan produktivitas, solusi yang diterapkan adalah menggunakan kandang yang lebih aman dan memilih pakan dengan baik.
Peternak biasanya menjual kelinci saat sudah mencapai usia sapih, sekitar 1 bulan. Bapak Syafi'i memutuskan untuk tidak melakukan pemeliharaan kelinci sampai besar karena ia merasa lebih menguntungkan jika menjual kelinci saat usia sapih.
Kesimpulan dan Saran
Budidaya kelinci di Desa Bajangrejo dilaksanakan dengan memperhitungkan aspek-aspek seperti seleksi induk terbaik, pemberian makanan berkualitas, serta pengelolaan kandang yang terjamin keamanannya. Walaupun dihadapkan dengan berbagai kendala seperti penyakit dan cuaca yang tidak menentu, peternak mampu mengelola usaha ini dengan baik. Agar produktivitas meningkat, sebaiknya peternak memberi perhatian lebih pada kualitas pakan dan kandang serta merawat kesehatan kelinci secara optimal. Demikian pula, sosialisasi tentang cara mengelola usaha peternakan dan pemasaran produk kelinci dapat memberikan kontribusi positif bagi peningkatan pendapatan para peternak di wilayah tersebut.
Link Video Wawancara
https://youtu.be/JAR1vbtbSwM?si=zQm7f9fHsfjpwvDZ
Daftar Pustaka :
1. Syaifuddin, H. (2018). Budidaya Kelinci: Teknik dan Pengelolaan yang Tepat. Yogyakarta: Andi Offset. Â
2. Susanto, A. (2020). Penyakit pada Kelinci dan Cara Pengobatannya. Jakarta: Agro Media. Â
3. Siti, R. (2019). Manajemen Pemeliharaan Kelinci di Indonesia. Surabaya: Penerbit Ilmu Peternakan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI