Mohon tunggu...
Syifa Fauziyah Putri
Syifa Fauziyah Putri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi UIN Jakarta

Mahasiswi Pendidikan Islam Anak Usia Dini UIN Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Storytelling dan Anak Usia Dini

31 Oktober 2020   18:58 Diperbarui: 3 Juni 2021   12:17 1585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Storytelling dan Anak Usia Dini. | pexels

Apa itu storytelling?

Kita semua pasti pernah atau bahkan sering mendengar kata ini. Tapi apa yang dimaksud dengan storytelling? Simak penjelasan berikut ini.

Storytelling yakni terdiri dari dua kata,  story yang berarti cerita dan telling yang berarti penceritaan.  Dari dua kata tersebut secara singkat dapat dikatakan storytelling adalah kegiatan bercerita atau mendongeng yang dilakukan oleh storyteller atau orang yang bercerita. 

Storytelling adalah kegiatan bercerita atau mendongeng. Kegiatan storytelling adalah dimana orang yang bercerita (storyteller) menyampaikan informasi maupun pesan dengan cara yang menarik melalui bercerita. Ketika mendengar kata storytelling atau bercerita pasti dikaitkan dengan anak-anak. Karena kegiatan ataupun metode storytelling ini sangat diminati oleh banyak orang terutama anak usia dini.

Baca juga: Storytelling; Bercerita untuk Menyebar Nilai Kebaikan

Semua orang, dari mulai anak-anak sampai orang dewasa, pasti pernah mendengarkan dongeng atau cerita. Cerita tersebut didapat dari berbagai cara, contohnya seperti cerita dalam novel, cerpen, buku cerita, film, komik dan sebagainya. 

Storytelling juga bukan hanya digunakan untuk menyampaikan informasi terkait pendidikan ataupun pesan moral saja tapi juga dapat digunakan untuk mempromosikan sebuah produk, bisnis, pelestarian budaya, hiburan, dan lain-lain.

Pada umumnya, storytelling dilakukan dalam bentuk lisan. Tetapi, storytelling juga dapat dilakukan melalui beberapa cara misalnya seorang musisi bercerita melalui lagu atau penulis yang bercerita melalui buku atau novel. 

Dalam menyampaikan informasi atau pesan melalui storytelling dapat disampaikan ke dalam bentuk kata, suara atau syair, gambar dan sebagainya dengan improvisasi tertentu. Informasi atau pesan yang disampaikan melalui kegiatan storytelling biasanya berasal dari cerita naratif yang ada sebagai sarana untuk pendidikan, penanaman nilai moral, promosi, atau pelestarian budaya.

Storytelling secara umum contohnya antara lain dongeng, cerita rakyat, cerita fabel, mitologi, legenda dan lain-lain. Storytelling di zaman modern memiliki ruang lingkup yang lebih luas yakni untuk menggambarkan narasi pribadi, sejarah, politik dan pelestarian budaya-budaya. Namun, storytelling lebih banyak digunakan sebagai sarana pendidikan, terutama pendidikan untuk anak usia dini.

Penggunaan kegiatan storytelling pada anak usia dini dalam rangka mendidik dapat dikatakan sangat efektif. Karena pada masa ini, anak usia dini memiliki imajinasi, rasa ingin tahu, serta daya tangkap yang besar. 

Bukan hanya orang dewasa saja, anak-anak juga termasuk makhluk yang senang akan hal-hal menarik. Tentunya, agar kegiatan storytelling dapat menarik perhatian dan minat pendengarnya, biasanya storytelling dapat dilakukan dengan berbagai media atau alat peraga contohnya menggunakan media boneka tangan atau wayang. 

Baca juga: Tambah Skill Storytelling dengan Belajar dari Pesulap

Maka dari itu, kegiatan storytelling bagi anak usia dini dapat dikatakan efektif sebagai metode pendidikan, penanaman nilai-nilai moral atau stimulasi perkembangan anak. 

Dalam kegiatan storytelling dengan anak usia dini tentunya sebagai orang tua, guru maupun seorang storyteller harus memperhatikan beberapa hal-hal yang harus dilakukan dalam bercerita, pesan moral apa saja yang disampaikan, tahapan dalam melakukan kegiatan storytelling serta proses pelaksanaan storytelling agar dapat berjalan dengan baik sesuai tujuan yang ingin dicapai.

Di dalam storytelling terdapat elemen-elemen penting diantaranya yaitu, cerita, alur cerita, pesan moral, gaya, intonasi atau suara, kontak mata, gerak tubuh (gesture), mimik wajah dan alat peraga. Elemen-elemen inilah yang dapat mempengaruhi proses kegiatan storytelling dapat dilakukan secara maksimal atau tidak.

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, storytelling memiliki beberapa jenis diantaranya sbeagai berikut:

1.Cerita Fabel

Fabel yaitu cerita  yang berisi tentang kehidupan para binatang yang digambarkan dapat berbicara seperti manusia. Biasanya cerita jenis ini yang paling disenangi oleh anak-anak karena daya tarik anak-anak terhadap hewan atau binatang masih sangat tinggi. Contoh cerita fabel yaitu kelinci dan kura-kura, Si kancil.

2.Cerita Dongeng

Dongeng adalah sebuah cerita khayalan atau imajinasi yang tidak nyata. Cerita ini berasal dari pemikiran fantasi seseorang saja dan diceritakan secara turun-temurun. Contoh cerita dongeng yaitu Cinderella, Rapunzel dan lain-lain.

3.Cerita rakyat atau legenda

Cerita rakyat atau legenda adalah cerita yang berasal dari masyarakat pada masa lalu yang dijadikan ciri khas suatu daerah dan berkaitan dengan budaya maupun sejarah dari daerah tersebut.  Contoh cerita rakyat atau legenda adalah timun mas, Malin Kundang, danau Toba dan sebagainya.

Baca juga: Multimedia Storytelling; Cara Baru Menarik Atensi Pembaca

Selain jenis-jenis storytelling, banyak juga manfaat yang didapat dari kegiatan ini. Mengutip dari Dewi (2011) ada sembilan manfaat dari storytelling diantaranya yaitu merangsang kemampuan berpikir anak, memberikan kesenangan dan kegembiraan serta membangkitkan imajinasi pada anak, memberikan pengalaman dan wawasan baru yang lebih luas pada anak, mengembangkan kemampuan berbahasa pada anak, menghubungkan kata-kata dengan imajinasi anak, membangun visualisasi, mempelajari sifat dan karakter, memberikan inspirasi dari berbagai kepribadian dan dapat mengembangkan kemampuan menganalisis.

Demikian penjelasan singkat tentang storytelling, sebuah kegiatan yang sangat menarik, menyenangkan, serta banyak manfaat yang didapat bagi pendengarnya terutama  anak usia dini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun