Mohon tunggu...
Katarina Widhi Arneta Sari
Katarina Widhi Arneta Sari Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

sedang belajar dan terus belajar

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Multimedia Storytelling; Cara Baru Menarik Atensi Pembaca

4 Maret 2021   11:56 Diperbarui: 4 Maret 2021   15:04 1291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Suzy Hazelwood dari Pexels

Pada praktiknya, jurnalisme multimedia telah berubah dari bentuknya yang terdahulu. Terdapat bentuk cerita yang memberi banyak warna dalam jurnalistik.

Berbicara tentang definisi multimedia, di antara jurnalis tidak ada kesepakatan tentang makna multimedia, ataupun jika ada (definisi multimedia), jurnalis tidak tahu apakah akan tetap menggunakannya atau tidak.

Dalam artikel yang ditulis oleh McAdams (2014), definisi dari multimedia yang biasa ditemukan dalam iklan-iklan pekerjaan mengandung arti yang melibatkan audio, video, foto, grafik informasi, hingga motion graphic untuk menjadi konten.

Namun, setelah melakukan survei ke lebih dari 29.000 jurnalis di seluruh dunia mengatakan bahwa mereka butuh keterampilan media baru. Maksudnya, apa yang dikerjakan oleh jurnalis bukanlah hanya berkutat dengan konten yang memiliki isi audio, video, foto, grafik informasi, hingga motion graphic.

"Kombinasi gambar, suara, grafis, dan teks yang nantinya dapat menciptakan sebuah cerita baru" Campbell, 2013.

Jurnalis ataupun pelaku media memanfaatkan kata produksi, distribusi, inovasi, hingga adanya interaksi dan pelatihan konten digital. Interaksi yang dimaksud adalah pelaporan data, aplikasi database, hingga aplikasi berita yang membantu pembaca memahami bacaan mereka.

Memproduksi konten multimedia harus mengutamakan pola pikir dan juga skills. Jurnalis dalam menceritakan konten produksi mereka lebih banyak bereksperimen atau mencoba menggali lebih dalam mengenai alat ataupun teknik digital yang baru.

Multimedia Storytelling

Perbedaan multimedia dapat terlihat dari bagaimana jurnalis atau pelaku media menggunakan cara "multimedia storytelling". "Multimedia Storytelling" atau dapat disebut juga sebagai "Digital Storytelling" merupakan cara atau teknik menyampaikan informasi dalam bentuk bercerita.

Tipe Multimedia Storytelling (Stevens, 2014)

  • Pemberitaan yang dilakukan langsung oleh reporter

Hal ini dilakukan secara individu oleh jurnalis dengan mengumpulkan informasi berbentuk feature ataupun investigasi. Selanjutnya jurnalis akan turun ke lapangan untuk mengambil foto, video, audio, dan menambahkan unsur teks ataupun grafis.

  • Pemberitaan yang dikendalikan oleh produser ataupun editor

Sebagai produser ataupun editor dapat memberikan arahan atau tugas kepada jurnalis untuk turun lapangan membuat peta dan ilustrasi.


Membuat Cerita atau Storytelling yang Berbeda (McAdams, 2014)

1. Don't Repeat

Berbagai jenis media yang digunakan merupakan media yang saling berhubungan dan masing-masingnya digunakan dengan cara memaksimalkan kekuatannya. Komponen cerita dibuat untuk saling melengkapi.

2. Redundansi 

Artinya akan mengurangi pengalaman artinya, jika aspek cerita diceritakan dalam video dan juga dalam teks, pengguna mungkin akan segera kehilangan minat.

3. Integrates Media Types

Banyaknya jenis media (foto, video, audio, teks, dan grafis) digunakan untuk saling melengkapi dan berhubungan sehingga cerita yang disampaikan sampai tepat ke pada pembaca.

4. Simplify

Jurnalis harus memutuskan apa yang benar-benar perlu dan penting untuk dimasukkan ke dalam cerita. Pembaca tidak perlu ribuan kata dalam cerita, karena dapat membuat bosan dan rumit untuk dibaca.

5. Grab the Audience's Attention Visually

Cerita yang menyenangkan menyajikan pengait, ajakan yang menarik dan kreatif.

6. Nonlinear Doesn't Need to be Complicated

Menceritakan suatu informasi atau berita dapat ditunjukkan dari berbagai aspek secara paralel dan berlapis tanpa perlu dilebih-lebihkan.

7. Low Interactivity is Okay

Beberapa cerita multimedia mengundang interaksi dengan pengguna (pemirsa, pembaca), tetapi banyak yang menawarkan pengalaman pasif. Dalam banyak kasus, menyebut cerita ini interaktif tidak akurat --- terlebih jika pengguna tidak memiliki pilihan selain mengeklik putar, jeda, atau hentikan, cerita itu tidak interaktif.

8. Immersive Experiences Rule

Dengan bercerita, pembaca seakan diajak untuk berada dalam tempat yang sedang dibahas dari artikel.

9. Good Journalistic Judgment is Still Needed

Jurnalis memiliki aturan dalam lembaga atau media mereka, tetapi terlalu banyak yang memaksakan pandangan jurnalis tentang realitas. Cara jurnalis menceritakan informasi dapat membuat banyak intepretasi yang berbeda dari pembacanya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun