Mohon tunggu...
Syifa Amalia
Syifa Amalia Mohon Tunggu... Penulis - Pencerita

Kadang nulis, kadang nonton film || Find me on Instagram @syifaamaliac.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pertemuan

20 April 2020   12:54 Diperbarui: 20 April 2020   13:11 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Sudah pukul 12 lewat tapi tas punggung Sigi belum nampak menjulang di antara kerumuman orang-orang. Mungkinkah Sigi sudah pergi tanpa menunggu aku? Aku berusaha menepis pikiran itu jauh-jauh. Aku tidak ingin terlalu cepat berpisah dengan orang itu. Aku masih ingin mendengarkan cerita Sigi lebih banyak lagi.

            Biasanya kami terus saja bercerita sampai kereta yang kami tunggu datang. Tentang apa saja, tetapi aku lebih menyukai jika Sigi lebih banyak bercerita tentang dunianya. Dunia yang bebas dan dunia yang hanya dimiliki Sigi. Dunia yang bisa memilih, memilih menjadi apa yang ia mau.

             "Aku ingin menjadi sepertimu," kataku pada Sigi saat lelaki itu mulai mengemasi barang-barang bawaannya. Dia berhenti, lalu beralih menatap aku.

            "Menjadi apa?"

            "Petualang."

            Dia hanya tertawa. "Aku bukan petualang. Lagi pula, apa enaknya jadi aku? Yang harus berpindah-pindah dari tempat satu ke tempat yang lain. Kamu pernah tidak? Merasa nyaman dengan suatu tempat tetapi kamu harus secepatnya pergi meninggalkan itu? Dan itu yang selalu aku benci dari sebuah perjalanan."

            Sigi kembali mengemasi barang-barangnya. Ada banyak kamera dan lensa yang beraneka jenisnya. Sebenarnya Sigi ini apa? Dia selalu akrab dengan tempat-tempat asing bahkan yang tak terjamah oleh manusia sekalipun. Membawa bekal seadanya dan seperangkat kamera di tasnya, bahkan ada satu untuk dikalungkan di lehernya.

            "Kamu ini sebenarnya apa?" puncak rasa penasaranku tepat ada di ubun-ubun.

            Lelaki itu tidak benar-benar serius menjawab pertanyaanku. Tapi aku bisa menyimpulkannya bahwa dia adalah seorang fotografer di sebuah majalah ternama. Jadi tidak mengherankan kalau ia selalu pergi kemana-mana dengan kamera-kamera itu.

            "Pasti melelahkan ya, Gi?"

            "Tidak juga, bukankah kamu juga pernah merasakan ketika diminta melakukan apa yang kamu cintai apakah rasa lelah apalagi bosan itu akan datang? Ya kecuali kamu sedang berpura-pura."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun