Manis,
Kisah yang kuramu masih tentang kamu
Meski lusuh kertas dan jemari kelu
Imaji tetap liar melaju
Rerintik gerimis menjelma aksara
Kupuisikan di binar mata rajawali
Kemudian, geletar petir menjalari mayapada
Sekelebat harap gugur meratap sunyi
Sebentar lagi hujan
Flamboyan rebah luruh ke tanah
Menandai tiap jengkal Desember yang basah
Angin mengajak musim berubah
Namun langit masih memeluk awan gelisah
Mungkinkah rajawali lupa singgah?
Hai malam yang terlunta tanpa rembulan
Dimana kekupu bersayap kuning kau sembunyikan
Sedari siang kutimang ragu sebelum petang
Namun penari liar itu terlanjur pergi menghilang
Melesat bak kerlip‬ kunang di sudut remang
Pergi di musim tak pasti
Lalu bumi hening seketika
Tatkala angin lambatkan putarannya
Masih adakah kisah yang perlu dituliskan
Sebelum jemari kaku selamanya?
Cangkir Kopi kedua
Memaksa mata siaga
Ada yang harus kukemas sebelum pukul tiga:
Imaji tentangmu serta sekumpulan metafora
Dan di lain rimba kamu terlelap
Dalam dekap sajak-sajak
Yang masih acak
Kala aku sibuk mengemas akhir cerita
Agar tak melumatmu pada ujungnya
Manis,
Inilah aku sekarang
Merayapi dini hari pada sebaris puisi
Bersama nyeri disanding wangi kembang kopi
Berteman petikan kecapi
Merapalmu dalam belantara kata
Sampai pagi tiba