Mohon tunggu...
Syifa Ann
Syifa Ann Mohon Tunggu... Penulis - Write read sleep

Alumni Sosiologi, Penyuka Puisi | Pecinta Buku Nonfiksi & Kisah Inspirasi. | Pengagum B.J Habibie. | Pengguna K'- Mobilian. | Addicted With Joe Sacco's Books. | Risk Taker. ¦ A Warrior Princess on Your Ground. | Feel The Fear, and Do It Anyway :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mereka yang Bertahan: Ragam Cerita Kompasianer Bangkit dari Masa Sulit

5 Juni 2016   14:03 Diperbarui: 19 Juni 2017   05:39 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 [caption caption="Sumber: Akun Twitter @GreatQuates"][/caption]

Setap orang pasti pernah mengalami masa sulit dalam hidup. Masa-masa seperti hidup dan kehidupan yang dimiliki seolah terperosok ke lubang dan terasa berjalan di tempat. Banyak pernah dan yang sudah mengalaminya dan berhasil bangkit melewatinya dengan susah payah namun selamat.

Masa-masa sulit dalam hidup setiap orang merupakan preode yang menantang saat dijalani namun memberi pelajaran dan pengalaman berharga saat dikenang dan diceritakan.

Sejumlah warga biasa dalam wadah Kompasiana berbagi cerita tentang masa-masa sulit yang pernah mereka alami dan pengalaman mereka bangkit dan melaluinya sebagai bagian dari hidup. Ragam Kisah tentang pergumulan, harapan dan keberanian yang terekam dalam tulisan, diantaranya, inilah intisarinya:

1.Dari Titik Minus, Aku ‘Terbang’ ke Angkasa

Terbiasa dengan kesibukan pekerjaan sebagai arsitek di sebuah perusahaan properti ternama, tentulah berat bagi Christie Damayanti ketika di tahun 2010, awal Christie berada di titik minus dalam hidup seorang manusia, ia terserang stroke dengan pecah pembuluh darah di otak dan membuat otak kirinya terendam darah 20%, dengan kelumpuhan ½ tubuh seblah kanan, sampai sekarang dan vonis dokter berkata ia hanya bisa berbaring saja sampai akhir hayatnya.


Namun keajaiban Tuhan bekerja untuk Christie, vonis dokter itu meleset, ia bisa bekerja lagi, Juni 2010. Christie semakin melebarkan sayapnya pada tahun-tahun berikutnya.

Semua itu diawali pada tahun 2011 yang merupakan tahun titik balik bagi Christie.

Tahun 2011, ia mulai gerah dengan keadaannya Lalu berfikir , Apa yang bisa ia lakukan selain bekerja? Bagaimana cara melakukannya dengan keterbatasannya?

Di tahun tersebut, Christie mulai dikenal sebagai penulis amatir di Kompasiana, serta mendapat apresiasi sebagai Kompasianer of the Year 2011.

Tahun 2011 Christie juga mulai di minta bersaksi dan berbicara di banyak komunitas, media cetak dan radio untuk motivasi, Dan tahun itu juga, ia ikuti beberapa pameran Filateli Kreatif, bersama yang diselenggarakan oleh Pos Indonesia.

Tahun 2012, Wanita mungil dan enerjik itu semakin ingin berkarya selain bekerja, ia terus menulis dan menghasilkan 1 buku kesaksian dan menjadikan buku terlaris sampai sekarang, dari analisis percetakan tempatnya berlabuh, Leutikaprio, Christie terus berkreasi dengan prangko, dan tahun 2012 tesebut ia pertamakali berpameran tunggal di TMII.

Ibu dari Dennis dan Michaelle ini mulai melayani untuk anak-anak remaja, penyandang disabilitas dan perempuan lewat 'internet sehat dan aman'dan komunitas IDKita Community, Tahun ini pula Christie mulai diminta bersaksi dan berbicara di media televisi .

Seterusnya begitulah Christie, sampai sekarang ia masih terus berkarya dan melayani Tuhan, di tahun 2016 ini Christie kembali menuliskan satu buku hadiahnya untuk ibukota: Meneropong Jakarta Dengan Hati Nurani.

Menulis ia jadikan sebagai terapi, menuju kesembuhan dengan izin Tuhan, kisah hidup Christie yang lainnya bisa dibaca disini.

[caption caption="Salah satu buku karya Christie Damayanti (Sumber Foto: Christie Damayanti)"]

[/caption]

[caption caption="Dalam keterbatasan Christie berbagi kekuatan lewat siaran (Foto: Christie Damayanti)"]

[/caption]

2. Menata Hidup yang Sudah Terlanjur Berantakan

Pernah merasakan menjadi penjual kelapa yang hidup prihatin di pasar Tanah Kongsi -- Padang merupakan pengalaman berharga yang mengajarkan banyak hal pada Tjiptadinata Effendi.

Melalui tulisannya Tjipta kerap membagikan pengalamannya menjalani, menikmati dan menata hidup kepada pembaca untuk bisa diambil manfaatnya.

Menurut Tjipta, hidupnya pernah berada di masa kelam yang kini mengajarkannya dan keluarga untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Semua diawali dengan percaya diri yang berlebihan inilah Tjipta melakukan kesalahan besar dalam hidup, sehingga harus dibayar mahal. Bukan hanya oleh diri pribadi, tapi ikut menanggung akibatnya adalah istri dan putra pertamanya (pada waktu itu).

Semangat menggebu-gebu untuk bisa sesegera mungkin menjadi seorang pengusaha sukses dan mampu membeli rumah, mobil dan hidup berkecukupan bersama rumah tangga yang baru ia bina saat itu,menyebabkan Tjipta nekat menggunakan seluruh tabungannya, plus istri, hasil kerjanya selama belum menikah.

Tjipta muda mulai mencoba berdagang antar kota, yakni Medan dan Padang. Namun akibat sama sekali belum berpengalaman, maka dalam hitungan tidak sampai satu tahun, semua modal ludes, berikut uang pinjaman.

Untuk menutupi lubang, maka Tjipta muda menggali lubang yang lebih besar lagi, yakni: menjual seluruh perhiasan yang ada dan memberanikan diri meminjam pada tante di Medan, dalam jumlah yang sangat besar untuk ukuran pada waktu itu.

" Ada istilah "Gali lubang, tutup lubang”. Namun lubang yang saya gali sudah terlalu dalam untuk ukuran saya, maka istilah gali lubang tutup lubang itu tidak dapat dipraktekkan, karena begitu dalamnya lubang yang telah digali, saya langsung terpersosok ke dalamnya. Dan baru bisa keluar setelah sengsara di dalam lubang selama tujuh tahun". Tutur Tjipta.

Bersyukur kepada Tuhan dan berterima kasih kepada istri, serta putra pertama, akhirnya badai kehidupan itu berlalu. Gelap sudah berganti dengan sinar mentari. Hidup Tjip dan keluarga sudah berubah.

Menata kembali hidupnya yang sempat berantakan, Tjipta melakukan hal-hal ini:

Pertama melunaskan semua hutang

Lalu membebaskan semua orang yang berutang padanya Mendirikan rumah sederhana di Jalan Kampung Nias I /14 A, Padang

Berlanjut kepada mulai meningkat ke bisnis ekspor: kopi, cassia dan rempah rempah,

Setelahnya membeli mobil bekas untuk transportasi, 
mempersiapkan rumah yang permanen di Wisma Indah 1 Kemudian menginvestasikan sebagian keuntungan perusaahan dengan membeli tanah.

Badai silih berganti datang dalam kehidupan Tjipta dan keluarga, tetapi mereka saling menguatkan.

Bersyukur mereka mampu melewati semuanya dengan selamat.

3. Menemukan Titik Balik dalam Hidupku

Semenjak ketiga putra- putri nya sudah berkeluarga,  RoselinaTjiptadinata berunding dengan suami agar saya diijinkan untuk bekerja. Karena duduk sepanjang hari dirumah akan menjadi hari hari yang membosankan baginya, suaminya sama sekali tidak keberatan.

Diterima bekerja di sebuah perusahaan bergengsi dan perlahan meniti puncak karir hingga berulangkali menjadi kariyawan terbaik merupakan suatu kesenangan yang luar biasa bagi Lina.

Namun pada suatu hari, suami yang sangat dicintai Lina memintanya berhenti bekerja dan ikut bersamanya berkeliling Indonesia sambil berkegiatan sosial. Keputusan yang saat itu belum bisa dijawab dan memakan waktu setengah tahun.

Setengah tahun kemudian, di suatu malam suaminya menanyakan keputusan Lina apakah Sang istri mau ikut bersama dia ataukah ingin tetap bekerja.

Lina kemudian minta waktu satu minggu saja.

Sejak saat itu ,setiap hari Lina berdoa secara khusus agar diberikan pencerahan mana yang terbaik. Tiga hari lamanya tidurnya gelisah.

Akhirnya setelah merenungkan secara mendalam, Lina mengambil keputusan. Meninggalkan pekerjaan dan ikut menggembara dengan suami.

Keesokan harinya, Lina menghadap pimpinan dan menyampaikan permohonan berhenti. Pimpinannya amat kaget, ia menyarankan wanita itu berpikir ulang, namun Lina mantap dengan keputusannya, baginya kebahagiaan terbesar dalam hidup adalah hidup didampingi suami tercinta melampaui segala kemewahan.

Selama belasan tahun Lina dan suami berkelana dari satu kota ke kota yang lainnya. Sehingga tanpa disadari sudah lebih dari 100 kota mereka singgahi.

" Sungguh suatu kebahagiaan tersendiri, memperoleh sahabat sahabat diseluruh nusantara". Tutur wanita lulusan IKIP padang ini.

4. Batu Sandungan Jadi Batu Lompatan

Krisis Ekonomi Indonesia di tahun 1998 membuat MajawatiOen dan suaminya terkena PHK berbarengan dalam rentang waktu beberapa bulan.

Saat itu Majawati benar-benar merasakan habis semuanya. Kebanggaannya terasa hilang, karena mereka berdua menjadi pengangguran. Yang paling dirasa sulit adalah Maja tidak punya kendaraan lagi. Kebiasaan ke mana-mana mudah menjadi tidak ada lagi.

"Kejadian ini benar-benar diluar dugaan saya. Beberapa saat saya sempat bingung harus berbuat apa. Pada saat itulah saya merasakan, seperti inilah rasanya menjadi orang tidak punya. Saya benar-benar membatasi pengeluaran dan benar-benar seleksi dalam membeli barang-barang kebutuhan."Papar Maja.

Sampai akhirnya ia memutuskan untuk memberi les kepada anak-anak di sekitar rumah. Maja membagikan brosur ke sekitar rumahnya. 

Pada bulan November 1998, lembaga bimbingan belajar Maja mulai dibuka di garasi rumah dengan murid 1 orang dan penghasilan dari mengajar saat itu Rp 100.000,00.

Beberapa bulan kemudian muridnya jadi 8 orang, Maja mulai mencari asisten karena ia bekerja sambil masih harus mengawasi anaknya yang masih kecil.

Setahun kemudian murid les makin banyak, guru asisten yang dimiliki Maja juga menjadi 3 orang.

"Hasil kerja yang saya terima berlipat-lipat dibandingkan saat saya menjadi pegawai. Saya menjadi makin semangat, apalagi pengalaman kerja saya yang bermacam-macam sangat mendukung pekerjaan ini" Tutur Maja.

Saat ini 18 tahun telah terlampaui, Maja bersyukur dapat hidup berkecukupan, menikmati kebebasan waktu. Semua fasilitas yang ia gunakan tidak lagi pinjaman.

Sekarang wanita yang njawani itu mensyukuri kejadian yang dulu merupakan batu sandungan dalam kehidupannya itu, karena peristiwa PHK itu ternyata menjadi batu lompatan bagi kehidupan Maja dan keluarga.

Sebuah petaka yang menjadi peluang dan kisah kaya pesan.

**
Semua orang pasti pernah mengalami masa sulit, namun keberanian untuk bangkit dari keterpurukan telah menorehkan kisah-kisah yang luar biasa kaya pesan dan pelajaran.

Itulah ragam cerita Kompasianer yang berhasil bangkit dari masa sulit, berusaha, berkarya dan kembali berdaya. Memandang masalah dari sudut pandang berbeda,

Karena ketika orang berada di titik terendah, sudah tak mungkin bisa jatuh lagi.
Maka hal terpenting untuk dilakukan adalah merangkak naik.

**

Seluruh esensi dari tulisan ini adalah potongan dari perjalanan hidup warga biasa yang dididik menjadi lebih baik berkat masa-masa sulit yang pernah dialami. Kisah-kisah mereka yang menolak menyerah pada masalah. 

Berbagi itu menguatkan, karena tidak ada seorang pun yang harus menanggung masa-masa sulit sendirian.

Semoga Bermanfaat!

 

Salam Kompasiana!
*Penulis masih belajar, mohon koreksinya. :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun