Kehidupan Sehari-Hari: Dapur vs Warung
Sepulang kuliah, anak kos biasanya mampir ke warung makan langganan. Dari nasi padang, warteg, hingga ayam geprek paket hemat. Setiap warung punya pelanggan setia dari kalangan mahasiswa, dan anak kos hafal betul di mana letak warung terenak sekaligus termurah. Ada semacam "peta kuliner survival" yang hanya diketahui komunitas anak kos.
Sebaliknya, anak rumahan langsung pulang ke rumah. Begitu masuk dapur, nasi sudah siap, lauk tinggal pilih, dan makan bisa dilakukan dengan nyaman di meja makan. Tapi ada konsekuensinya: selesai makan harus cuci piring.
"Kos atau rumahan, tetap satu: berjuang demi cita-cita."
Jangan heran bila anak rumahan sering bingung ditanya, "Warung enak dan murah di sekitar kampus di mana ya?" Mereka sering tidak tahu, sementara anak kos bisa menyebut lima nama sekaligus, lengkap dengan rating ala lidah mahasiswa.
Tugas Kuliah: Lembur vs Sungkan
Tugas kuliah jelas berbeda dengan zaman SMA. Mahasiswa dituntut mengerjakan makalah, presentasi, laporan, hingga penelitian kecil-kecilan.
Bagi anak kos, lembur mengerjakan tugas sampai larut malam di kamar teman sudah hal biasa. Mereka duduk melingkar, laptop terbuka, kertas berserakan, sambil ditemani gorengan dan kopi sachet. Rasa kantuk dikalahkan oleh semangat kebersamaan.
Namun, bagi anak rumahan, situasinya berbeda. Pulang larut malam kerap membuat perasaan tidak enak. Mengetuk pintu rumah ketika semua orang sudah tidur, atau harus menjelaskan mengapa pulang jam 11 malam hanya untuk "ngerjain tugas kelompok", seringkali bikin sungkan. Apalagi bagi mahasiswa perempuan, tekanan sosial dan norma keluarga membuat mereka harus ekstra hati-hati.
Liburan: Pulang Kampung vs Tinggal di Rumah
Bagi anak kos, libur semester adalah surga. Saat kereta penuh sesak oleh mahasiswa yang pulang kampung, suasana stasiun dan terminal mendadak penuh warna. Pulang berarti kembali ke pelukan keluarga, melepas rindu, dan tentu saja menyantap makanan rumah yang sudah lama dirindukan.