Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Beli Kopi Atau Beli Gengsi?

2 Juli 2017   11:01 Diperbarui: 3 Juli 2017   11:18 1154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Sekarang ini, banyak orang NGOPI tapi beli GENGSI.

Di mal-mal, di gedung mewah hingga rest area tol pun ada. Buat mereka, NGOPI gak lagi sederhana, Tapi kemewahan walau sebatas suasana doang.

Beruntung, saya cuma penggemar ngopi di warung kopi pinggir jalan. Asal diseduh pake air panas itu cukup. Dan gak peduli pelayannya, jutek atawa sopan. Gak masalah, ngopi saya di tempat yang gak bergengsi. Karena NGOPI bukan GENGSI.

Gengsi itu gak enak dimakan. Tapi banyak orang mati-matian memburunya. Agar terlihat lebih berkelas. Lagian, gengsi itu bukan harga diri.

Karea "harga diri" itu basisnya kesadaran akan apa yang kita miliki. Lain sama si "gengsi" yang basisnya gila kehormatan atau gila martabat. Ketika harga diri kita kokoh maka gengsi akan melekat dengan sendirinya. Tapi jangan di balik, menjual harga diri demi gengsi. Apalagi sampe berani mengorbankan harga diri hanya untuk hal-hal yang sepele.

Gengsi itu gak enak dimakan. Tapi banyak orang mati-matian memburu gengsi.

Berani melakukan apa saja, demi gengsi. Luar biasa ya. Wajar kalo sekarang, banyak orang bertikai demi kekuasaan, bertengkar untuk popularitas, bertindak melawan hukum, atau berperilaku amoral. Bahkan bertengkar, karena merasa paling benar. Semuanya terjadi karena mengejar GENGSI. Mereka, sudah terlalu lama "merasa" punya EGO BERKELAS.

 Kalo kata agama, urusan gengsi itu bukan urusan supaya dihargai orang. Bukan soal kasta sosial yang kamuflase. Tapi gengsi adalah tidak meminta-minta kepada selain Allah. Itu baru keren, gengsi hanya demi Allah.

Maka, tetaplah mawas diri terhadap penyakit gengsi. Karena gede gengsi itu membahayakan pemiliknya. Hiduplah apa adanya, gak usah banyak gengsi. Kita tidak hidup dari gengsi, tapi hidup kita dari Allah.

BELILAH KOPI JANGAN BELI GENGSI.

Karena memang, hidup setiap anak manusia itu seperti secangkir kopi. Kadang terasa manis, kadang terasa pahit. Janlani dan nikmati saja seperti secangkir kopi; teguklah perlahan dan nikmati yang kita punya hingga kita tahu apa yang sedang terjadi.

NGOPI,  mengajarkan kita untuk tidak terburu-buru, dalam hal apapun soal apapun. Agar kita tetap apa adanya. Agar kita tetap asli seperti diri sendiri.

Ketika NGOPI, kita tidak sedang membayar untuk GENGSI. Biar asli, biar apa adanya. Karena NGOPI, justru kita sedang menikmati kebesaran Allah SWT yang tak terhingga.

#GengsiBukanHargaDiri #AllahFirst #KaumPenikmatKopi #NgopiDuluNgopiTerus

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun