Disebutkan: Namun, masih ada pemahaman yang kurang tepat, seperti menganggap penyakit HIV adalah "penyakit menular seksual yang booming di kalangan remaja," Ini terjadi karena sumber berita HIV/AIDS di dinas-dinas kesehatan, aktivis dan institusi terkait selalu mem-blow up remaja terkait dengan HIV/AIDS.
Padahal, secara empiris HIV/AIDS pada remaja ada di terminal akhir epidemi karena mereka tidak mempunyai istri sehingga virus tidak disebarkan.
Dalam "Laporan Eksekutif Perkembangan HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual (PIMS) Semester I tahun 2024" dari tahun 1987 -- Juni 2024 dilaporkan kasus HIV berdasarkan kelompok umur (dalam persen):
- < 4 tahun: 2
- 5-14 tahun: 1
- 15-19 tahun: 4
- 20-24 tahun: 16
- 25-49 tahun: 69
Maka, yang jadi masalah besar adalah kelompok umur 25-49 tahun karena mereka mempunyai istri yang berisiko jadi korban tertular HIV/AIDS. Jika istrinya tertular, maka ada pula risiko penularan vertikal dari-ibu-ke-bayi yang dikandungnya terutama pada saat persalinan dan menyusui dengan air susu ibu (ASI).
Sebagai gambaran jika seorang bayi lahir dengan HIV/AIDS, maka sudah ada 3 (tiga) kasus HIV/AIDS, yaitu : 1 bayi + ibu yang melahirkan + 1 ayah atau suami yang menularkan HIV/AIDS ke istri. Tapi, realitas sosial ini jarang disampaikan jajaran Kemenkes di dinas-dinas kesehatan kabupaten dan kota.
Disebutkan: Semua responden menyebut media sosial dan internet sebagai sumber utama informasi mereka. Ini bisa jadi sumber bencana yang sampai pada disinformasi [KBBI: penyampaian informasi yang salah (dengan sengaja) untuk membingungkan orang lain)] karena postingan di media sosial hanya dengan satu atau dua jari tidak melalui penyaringan seperti di media massa: dari wartawan/reporter ke asisten redaksi lanjut ke penanggung jawab rubrik/halaman sehingga ada kontrol.
Di media massa dan media online yang resmi sekalipun tidak jaminan berita HIV/AIDS berpijak pada fakta medis karena ada yang menjadikan berita HIV/AIDS untuk sensasi yang bombastis (omong kosong).
Baca juga: Hari Pers Nasional: Menagih Peran Aktif Media dalam Penanggulangan AIDS (Kompasiana, 9 Februari 2019)
Ada lagi pernyataan: Semua narasumber sepakat bahwa HIV/AIDS adalah masalah serius, terutama karena meningkatnya pergaulan bebas. Mereka melihat remaja sebagai kelompok rentan.
Juga ini: "Remaja sekarang itu pergaulannya sangat bebas, dan itu faktor utama penularan HIV/AIDS," ujar mahasiswa perempuan.
Dua pernyataan di atas ngawur karena tidak ada kaitan antara pergaulan bebas dengan penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual penetrasi.