Mohon tunggu...
Syaiful  W HARAHAP
Syaiful W HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger

Pemerthati berita HIV/AIDS sbg media watch

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pergaulan Bebas pada Remaja Tidak Otomatis Jadi Penyebab Penularan HIV/AIDS

26 Mei 2025   09:57 Diperbarui: 26 Mei 2025   09:57 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: vawnet.org)

Disebutkan: Namun, masih ada pemahaman yang kurang tepat, seperti menganggap penyakit HIV adalah "penyakit menular seksual yang booming di kalangan remaja," Ini terjadi karena sumber berita HIV/AIDS di dinas-dinas kesehatan, aktivis dan institusi terkait selalu mem-blow up remaja terkait dengan HIV/AIDS.

Padahal, secara empiris HIV/AIDS pada remaja ada di terminal akhir epidemi karena mereka tidak mempunyai istri sehingga virus tidak disebarkan.

Dalam "Laporan Eksekutif Perkembangan HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual (PIMS) Semester I tahun 2024" dari tahun 1987 -- Juni 2024 dilaporkan kasus HIV berdasarkan kelompok umur (dalam persen):

  • < 4 tahun: 2
  • 5-14 tahun: 1
  • 15-19 tahun: 4
  • 20-24 tahun: 16
  • 25-49 tahun: 69

Maka, yang jadi masalah besar adalah kelompok umur 25-49 tahun karena mereka mempunyai istri yang berisiko jadi korban tertular HIV/AIDS. Jika istrinya tertular, maka ada pula risiko penularan vertikal dari-ibu-ke-bayi yang dikandungnya terutama pada saat persalinan dan menyusui dengan air susu ibu (ASI).

Sebagai gambaran jika seorang bayi lahir dengan HIV/AIDS, maka sudah ada 3 (tiga) kasus HIV/AIDS, yaitu : 1 bayi + ibu yang melahirkan + 1 ayah atau suami yang menularkan HIV/AIDS ke istri. Tapi, realitas sosial ini jarang disampaikan jajaran Kemenkes di dinas-dinas kesehatan kabupaten dan kota.

Disebutkan: Semua responden menyebut media sosial dan internet sebagai sumber utama informasi mereka. Ini bisa jadi sumber bencana yang sampai pada disinformasi [KBBI: penyampaian informasi yang salah (dengan sengaja) untuk membingungkan orang lain)] karena postingan di media sosial hanya dengan satu atau dua jari tidak melalui penyaringan seperti di media massa: dari wartawan/reporter ke asisten redaksi lanjut ke penanggung jawab rubrik/halaman sehingga ada kontrol.

Di media massa dan media online yang resmi sekalipun tidak jaminan berita HIV/AIDS berpijak pada fakta medis karena ada yang menjadikan berita HIV/AIDS untuk sensasi yang bombastis (omong kosong).

Baca juga: Hari Pers Nasional: Menagih Peran Aktif Media dalam Penanggulangan AIDS (Kompasiana, 9 Februari 2019)

Ada lagi pernyataan: Semua narasumber sepakat bahwa HIV/AIDS adalah masalah serius, terutama karena meningkatnya pergaulan bebas. Mereka melihat remaja sebagai kelompok rentan.

Juga ini: "Remaja sekarang itu pergaulannya sangat bebas, dan itu faktor utama penularan HIV/AIDS," ujar mahasiswa perempuan.

Dua pernyataan di atas ngawur karena tidak ada kaitan antara pergaulan bebas dengan penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual penetrasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun