Api menulis surat cinta dalam abjad hangus---
kita jawab dengan alfabet air:
jet, fog, spray
dan doa-doa yang dikepal jadi hydrant.
Di sini, waktu bernafas dengan respirator:
hitungan detik bukan angka, tapi
jerat napas di balik flashover---
"Evakuasi!"Â teriak peta suhu
sementara tubuh-tubuh berjaket kuning
menyusup ke rahim asap
untuk menyelamatkan detak jantung
yang tertinggal dalam lemari es
atau foto pernikahan di dinding yang melengkung.
Thermal imaging camera merekam
bayang-bayang malaikat tanpa sayap:
mereka menimbang risiko dengan nozzle,
menukar keringat dengan oksigen tabung,
lalu menabur garam di luka bakar
sebagai ritual anti-keputusasaan.
Kami tak pernah hafal nama kalian---
hanya nomor regu di helm,
atau jejak sepatu boots di lumpur
yang mengering jadi patung
saat sirene meraung lagi.
Tapi di pangkalan,
kopi di termos selalu tersisa
untuk cerita-cerita yang hangus:
"Aku melihat mata anak itu..."
"Kita kalah di lantai tiga..."
"Bendera itu masih utuh..."
---kata-kata yang tak tercatat
dalam laporan resmi.
Hari ini,
kita ukir monumen dari apa yang tak terbakar:
jejak tangan di selang yang lecet,
kawat gigi di mulut petugas muda,
dan sepotong kue ulang tahun
yang tersimpan di truk---
bekal untuk pesta yang tertunda
karena panggilan tugas
lebih dahulu menyala.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI