Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Plus-Minus Pandemi Covid-19 untuk Ekonomi Global

17 Mei 2024   06:51 Diperbarui: 17 Mei 2024   06:55 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: Unsplash

Selama pandemi COVID-19, elastisitas harga menjadi faktor penting dalam mengatasi penurunan permintaan pariwisata. Penurunan tajam dalam permintaan telah memaksa banyak bisnis pariwisata untuk menyesuaikan harga mereka agar tetap kompetitif dan menarik wisatawan. Namun, respons permintaan terhadap perubahan harga tidak selalu linier atau sama untuk semua jenis produk dan layanan pariwisata.

Misalnya, elastisitas harga untuk tiket pesawat mungkin lebih tinggi daripada elastisitas harga untuk akomodasi hotel. Ini karena tiket pesawat sering dianggap sebagai biaya yang lebih fleksibel dan dapat diubah oleh wisatawan, sementara biaya akomodasi hotel sering kali lebih kaku dan terikat pada kebutuhan tempat tinggal yang konkret.

Selain itu, elastisitas harga juga dapat bervariasi tergantung pada karakteristik pasar dan segmentasi pasar. Misalnya, wisatawan dengan anggaran terbatas mungkin lebih sensitif terhadap perubahan harga daripada wisatawan dengan anggaran yang lebih besar. Begitu pula, wisatawan yang melakukan perjalanan untuk tujuan bisnis mungkin kurang sensitif terhadap perubahan harga daripada wisatawan yang melakukan perjalanan untuk tujuan liburan.

Dalam konteks pemulihan pariwisata pasca-pandemi, pemahaman tentang elastisitas harga dapat membantu pelaku bisnis pariwisata untuk merancang strategi penetapan harga yang efektif. Penyesuaian harga yang tepat dapat membantu meningkatkan daya tarik produk dan layanan pariwisata, memperluas pangsa pasar, dan meningkatkan pendapatan secara keseluruhan.

Namun, penting untuk diingat bahwa kebijakan penetapan harga harus memperhitungkan tidak hanya elastisitas harga, tetapi juga faktor-faktor lain seperti posisi pasar, citra merek, dan tujuan strategis jangka panjang. Dengan memanfaatkan konsep elastisitas harga secara bijaksana, pelaku bisnis pariwisata dapat membantu mempercepat pemulihan sektor pariwisata pasca-pandemi dan memperkuat daya saing industri pariwisata secara keseluruhan.

Selain dampak langsung pada pendapatan, pandemi juga telah mengungkapkan kerentanan dalam rantai pasokan global. Industri pariwisata terutama terpengaruh oleh gangguan ini karena ketergantungan yang tinggi pada impor barang dan layanan, seperti peralatan hotel, makanan, dan transportasi. Ketergantungan ini dapat memperburuk dampak ekonomi negara-negara yang bergantung pada pariwisata sebagai sumber pendapatan utama.
Benar sekali, pandemi COVID-19 telah mengungkapkan kerentanan dalam rantai pasokan global, termasuk dalam konteks sektor pariwisata. Rantai pasokan pariwisata melibatkan berbagai komponen, mulai dari pemasok bahan baku untuk industri perhotelan dan restoran, hingga agen perjalanan, maskapai penerbangan, dan operator tur.

Berikut adalah beberapa cara di mana pandemi telah mengungkapkan kerentanan dalam rantai pasokan global sektor pariwisata:

  1. Ketergantungan pada Pasokan Internasional: Banyak bisnis pariwisata bergantung pada pasokan internasional untuk bahan baku, peralatan, dan produk lainnya. Penutupan perbatasan dan pembatasan perjalanan internasional selama pandemi telah mengganggu aliran pasokan ini, menyebabkan gangguan dalam operasi bisnis dan penundaan dalam pengiriman barang.
  2. Ketidakpastian Stok dan Ketersediaan: Ketidakpastian yang disebabkan oleh pandemi COVID-19 telah menyebabkan banyak bisnis pariwisata mengalami kesulitan dalam mengelola stok dan memperkirakan ketersediaan barang. Permintaan yang tidak stabil dan fluktuasi dalam kebijakan pembatasan perjalanan membuat prediksi permintaan menjadi lebih sulit, yang pada gilirannya dapat menyebabkan masalah dalam pengelolaan stok dan persediaan.
  3. Ketergantungan pada Industri Terkait: Rantai pasokan pariwisata juga terkait erat dengan industri terkait lainnya, seperti industri transportasi, makanan dan minuman, dan jasa kebersihan. Penurunan aktivitas pariwisata selama pandemi telah menyebabkan dampak yang luas pada bisnis-bisnis ini, yang pada gilirannya dapat memperburuk ketidakpastian dan ketidakstabilan dalam rantai pasokan secara keseluruhan.
  4. Ketergantungan pada Teknologi dan Infrastruktur: Pandemi COVID-19 telah mempercepat adopsi teknologi digital dalam sektor pariwisata, tetapi juga menyoroti kerentanan dalam infrastruktur teknologi. Peningkatan penggunaan teknologi digital untuk komunikasi, pemesanan, dan transaksi telah menyoroti risiko terkait dengan keamanan data dan gangguan teknis, yang dapat menyebabkan gangguan dalam operasi bisnis dan pelayanan kepada pelanggan.
  5. Resiko Terkait Kesehatan dan Keselamatan: Pandemi telah membuat pentingnya kepatuhan terhadap standar kesehatan dan keselamatan yang lebih ketat dalam operasi bisnis pariwisata. Pelanggaran terhadap protokol kesehatan dan keselamatan dapat mengakibatkan penutupan sementara bisnis, sanksi hukum, atau kerugian reputasi yang signifikan, yang semuanya dapat memengaruhi rantai pasokan secara keseluruhan.

Dengan demikian, pandemi COVID-19 telah memperjelas perlunya ketahanan dan fleksibilitas dalam rantai pasokan global sektor pariwisata. Pelaku bisnis pariwisata perlu mengambil langkah-langkah untuk mengidentifikasi dan mengurangi risiko dalam rantai pasokan mereka, seperti diversifikasi pemasok, pengembangan rencana kontinuitas bisnis, dan investasi dalam teknologi dan infrastruktur yang tangguh. Dengan demikian, mereka dapat lebih siap menghadapi tantangan dan perubahan yang mungkin terjadi di masa depan.

Namun, pandemi juga telah mendorong inovasi dan adaptasi dalam industri pariwisata. Banyak pelaku usaha pariwisata telah beralih ke model bisnis online dan mengintegrasikan teknologi untuk meningkatkan pengalaman wisatawan. Selain itu, pemerintah dan organisasi pariwisata telah memperkenalkan langkah-langkah stimulus ekonomi dan insentif untuk mendukung pemulihan industri ini.
Benar, pandemi COVID-19 telah mendorong inovasi dan adaptasi dalam industri pariwisata sebagai respons terhadap tantangan yang dihadapi oleh sektor ini. Meskipun pandemi telah mengungkapkan kerentanan dalam rantai pasokan global dan mengganggu operasi bisnis secara luas, hal tersebut juga telah mendorong industri pariwisata untuk menemukan solusi baru dan menyesuaikan diri dengan situasi yang berkembang.

Berikut adalah beberapa contoh inovasi dan adaptasi yang telah terjadi dalam industri pariwisata selama pandemi COVID-19:

  1. Peningkatan Penggunaan Teknologi: Pandemi telah mendorong peningkatan penggunaan teknologi dalam sektor pariwisata, termasuk dalam hal pemesanan online, check-in mandiri, pembayaran digital, dan penggunaan aplikasi untuk komunikasi dan manajemen perjalanan. Teknologi telah memungkinkan bisnis pariwisata untuk menawarkan pengalaman kontak yang lebih sedikit dan lebih aman bagi wisatawan.
  2. Pengembangan Layanan dan Produk Baru: Banyak bisnis pariwisata telah mengembangkan layanan dan produk baru sebagai respons terhadap perubahan kebutuhan dan preferensi wisatawan selama pandemi. Contohnya termasuk paket liburan yang lebih fleksibel, tur virtual, pengalaman wisata alam terbuka, dan pilihan akomodasi jangka panjang untuk pekerja jarak jauh.
  3. Penyesuaian Protokol Kesehatan dan Keselamatan: Industri pariwisata telah mengadopsi protokol kesehatan dan keselamatan yang lebih ketat untuk melindungi wisatawan dan karyawan dari penularan virus. Ini termasuk langkah-langkah seperti peningkatan kebersihan, penerapan jarak sosial, penggunaan masker wajib, dan pemeriksaan suhu tubuh.
  4. Promosi Pariwisata Dalam Negeri: Banyak negara telah meluncurkan kampanye promosi pariwisata dalam negeri sebagai respons terhadap pembatasan perjalanan internasional. Ini telah mendorong wisatawan lokal untuk menjelajahi destinasi pariwisata di negara mereka sendiri, yang membantu mendukung bisnis pariwisata lokal dan mempromosikan patriotisme wisata.
  5. Kemitraan dan Kolaborasi: Pandemi telah mendorong industri pariwisata untuk bekerja sama dalam mencari solusi untuk tantangan yang dihadapi. Kemitraan antara pemerintah, sektor swasta, dan organisasi non-pemerintah telah memainkan peran penting dalam memfasilitasi pemulihan pariwisata dan mendukung inovasi dalam sektor ini.
  6. Pengembangan Standar Industri dan Sertifikasi: Untuk meningkatkan kepercayaan wisatawan dan menjamin keselamatan perjalanan, industri pariwisata telah mengembangkan standar baru dan sertifikasi untuk memastikan kepatuhan terhadap protokol kesehatan dan keselamatan. Hal ini termasuk sertifikasi kebersihan hotel, label keamanan perjalanan, dan standar perlindungan lingkungan.

Secara keseluruhan, pandemi COVID-19, sementara menimbulkan banyak tantangan bagi industri pariwisata, juga telah menjadi pemicu inovasi dan adaptasi dalam sektor ini. Bisnis pariwisata yang mampu mengambil langkah-langkah untuk berinovasi dan menyesuaikan diri dengan perubahan yang sedang terjadi kemungkinan akan lebih berhasil dalam mengatasi tantangan yang dihadapi dan memposisikan diri untuk pemulihan yang kuat di masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun