Mohon tunggu...
Syahtila Rajabi
Syahtila Rajabi Mohon Tunggu... Lainnya - Manusia Biasa.

Tak Akan Ada Rasa Cukup Dalam Menulis. Terus Berusaha Membuat Tulisan Yang Bagus Dan Enak Dibaca.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Cerpen | SOCA: Masa Depan Anastasia (Part 5)

19 Juli 2020   09:34 Diperbarui: 1 November 2023   16:53 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

25/7/2007 03:00

Di Toko Souvenir no.64 Jl. Serikat

Ketika semua sudah selesai dan segalanya sudah kembali seperti semula, tak ada yang lebih nikmat selain segelas teh dan sekaleng biskuit untuk menghilangkan kelelahan setelah menangani sebuah kasus. Namun misteri tentang keberadaan rumah sakit itu masih menjadi misteri dan alasan kenapa rumah sakit itu ditutup juga masih belum diketahui.

Pagi itu setelah sampai kembali ke Toko, Arya mengajak Soca untuk berbincang terlebih dahulu, "Soca, sekarang kau tidurlah, ada hal yang ingin kubicarakan nanti." Ucap Arya kepada Soca. Soca yang menanggapi ucapan Arya dan segera berbalik badan, "Hal apa? Kenapa kau tidak bicarakan sekarang saja? Aku tidak suka dibuat penasaran."

Arya sedikit terkejut dengan ucapan Soca barusan, "Ada satu hal yang ingin kubicarakan, dan mungkin hal ini sedikit berat dan agak serius, jadi aku ingin kau istirahat dulu sebentar." Ucap Arya sambil sedikit tersenyum dan menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Soca mengangkat sebelah alisnya, "Aku tidak mengerti, kalau ada hal penting bicarakanlah sekarang, aku tidak mau kau terlambat menyampaikan hal penting."

"Huh? Yaa oke baiklah, tapi sebelumnya aku ingin mengantarkan Grise kedalam kamarnya. Kau duduklah terlebih dahulu." Ucap Arya sembari berjalan meninggalkan Soca di ruang tengah. Soca menjatuhkan tubuhnya yang lemas pada sofa yang empuk, membaringkan tubuhnya yang masih dibalut perban karena perkelahian tadi. Sebentar Soca melamun, dalam lamunannya terbesit tentang gadis itu, Grise Anastasia, seorang gadis polos yang memiliki kekuatan Mata Takdir.

Lamunan Soca berakhir ketika ia melihat Arya berjalan menuju kursi diseberangnya, wajah Arya terlihat serius berbeda dari yang sebelumnya dan sepertinya ini adalah hal yang benar benar serius dan penting. Soca segera bangkit dari posisi tidurnya dan segera duduk dengan keadaan tegak. "Baiklah Soca, aku akan memberitahu sesuatu, ini tentang Grise dan Mata Takdir." Ucap Arya dengan nada yang rendah.

Soca menyipitkan matanya dan menyimak dengan baik. "Gadis itu, kita harus memberikan gadis itu kepada Asosiasi Penyihir," Soca yang mendengar itu terbelalak. "Asosiasi Penyihir? Bukankah kau sudah tidak bergabung dengan perkumpulan itu? Lalu kenapa kita harus memberikan gadis itu kesana?" Tanya Soca dengan nada yang sedikit tinggi.  

"Karena yang memberikan tugas ini adalah Asosiasi Penyihir dan maafkan aku karena tidak memberi tahu mu sebelumnya. Sebenarnya waktu aku bilang bahwa aku ingin bermeditasi waktu itu, sebenarnya aku sedang melakukan laporan pada Asosiasi Penyihir dan mereka mengajakku untuk bergabung kembali." Ucap Arya dengan tegar.

"Agh sial. Lalu, apa kau menyetujui ajakan itu?" Tanya Soca menahan amarahnya. "Tentu saja tidak, aku tidak akan pernah lagi pergi kesana," Jawab Arya, "Namun Soca, kita masih memiliki satu lagi pilihan, namun aku tidak yakin kamu akan melakukannya." Ucap Arya samar samar.
"Pilihan?" Tanya Soca.

"Kita harus membunuhnya." Ucap Arya memecah sepi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun