Mohon tunggu...
Syahrul Chelsky
Syahrul Chelsky Mohon Tunggu... Lainnya - Roman Poetican

90's Sadthetic

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Tentang Pengarang dan Tulisannya yang Tidak Selesai

23 Agustus 2019   20:16 Diperbarui: 24 Agustus 2019   21:21 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi menulis (fiverr.com)

Setelah dia mengklik aplikasi tersebut, pengarang kita kembali harus diuji kesabarannya karena komputernya memakan waktu beberapa menit untuk berhasil memuat aplikasi tersebut.

Tiga menit berlalu, pengarang kita mulai kehabisan kesabaran hingga dia kembali  menyalak seperti anjing yang galak.

Sesaat setelah dia hampir putus asa dalam menunggu, aplikasi itu akhirnya terbuka. Pengarang kita sumringah. Wajah tololnya kembali dia arahkan penuh ke depan monitor komputer yang memancarkan radiasi untuk membuat rabun matanya. 

Tapi pengarang kita tidak ambil pusing. Karena menurut pengarang kita, meski pun matanya dapat melihat dengan sempurna untuk beberapa tahun ke depan, hal itu akan percuma. Sebab hatinya tetap akan tertinggal di masa lalu.

Pengarang kita mulai menyusun kata-kata di dalam kepalanya. Kalimat pembuka yang manis akan membuat tulisannya juga manis, begitu pikirnya. Pengarang kita mulai mengetik, menyentuh huruf K pada papan ketiknya. Kemudian lahirlah kalimat yang kira-kira berbunyi :

"Kemarin adalah hari yang sangat membanggakan untuk saya. Di tengah-tengah keramaian kota Banjarmasin, saya menyembulkan diri sebagai seorang kompasianer yang....."

Tulisan pengarang kita terhenti.  Dia kehabisan akal untuk meneruskan kalimat tersebut. Maka tombol "delete" lah yang menjadi pilihan. Dia hapus semua kata-kata yang sudah dia tulis hingga yang tersisa hanya sebidang putih kosong yang kembali siap untuk diisi.

Pengarang kita memutar otakya lagi untuk menciptakan paragraf pembuka esai yang ciamik. Namun dia mengalami kebuntuan. Terlebih lagi dia sedang menahan diri untuk tidak kencing. Karena sebelumnya pengarang kita sudah bertekad untuk tidak mengerjakan hal lain sebelum tulisannya selesai.

Pengarang kita belum mau menyerah. Di tengah perasaan kebeletnya, pengarang kita tetap berjuang untuk tetap menulis sampai esainya selesai.

Pengarang kita mulai kembali beraksi. Jari-jarinya menyentuh ragu papan ketik. Kali ini pengarang kita menyentuh huruf B terlebih dahulu.

"Berawal dari hobi menulis..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun