Doaku sehabis senja: Semoga ia tak tersesat.
Sewaktu dalam perjalanan, suratku akan melalui beberapa rintangan, hujan, cuaca buruk hingga goncangan akibat aspal berlubang yang dilewati oleh tukang pos gopoh.Â
Beberapa hari kemudian suratku yang sakit akan sampai dan beristirahat sebentar dalam kotak pesan merah tua yang ada di depan rumahmu. Yang menunda kedatangan dari sebuah kabar patah hati yang meminta dirindukan. Yang seharusnya kutulis lebih panjang dan romantis untuk meluluhkan hati dan kebatuanmu.
Ibumu yang menemukan surat itu lebih dulu.Â
"Dari orang asing. Tak ada nama," katanya.
"Robek saja," jawabmu.
Ini sudah yang ketiga kalinya kau tak membaca suratku.
Pada akhirnya aku sadar, aku tak merindukanmu seorang diri. Aku juga tidak sedang mencintaimu seorang diri. Kau pun tidak hanya menyakitiku.Â
Surat-surat itu sudah sampai, kemudian patah dan hancur sebagaimana perasaan. Hingga membuat mereka semua paham, bahwa untuk itulah mereka kuciptakan.