Maulana berpikir sejenak. "Tapi bukankah Lailatul Qadr biasanya terjadi di malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir?"
Pak Salim mengangguk. "Benar. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Carilah Lailatul Qadr pada malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir.' (HR. Bukhari & Muslim). Namun, kita tidak tahu kapan Allah menurunkan rahmat-Nya. Ada ulama yang mengatakan bahwa setiap malam Ramadhan memiliki keberkahannya sendiri. Itulah sebabnya para ulama salaf tetap beribadah maksimal sepanjang Ramadhan, bukan hanya di malam tertentu."
Imam mulai memimpin shalat Tarawih. Maulana meresapi kata-kata itu dalam hati. Rasa lelahnya perlahan menghilang, digantikan semangat baru.
---
Setelah delapan rakaat pertama, Maulana dan Pak Salim duduk sejenak.
"Jadi," kata Maulana, "pesan dari cerita Bapak adalah kita tidak boleh meremehkan malam mana pun di Ramadhan?"
Pak Salim tersenyum. "Betul. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Amalan yang paling dicintai Allah adalah yang dilakukan secara terus-menerus, meskipun sedikit.' (HR. Bukhari & Muslim). Konsistensi dalam ibadah itu penting."
Shalat Tarawih berlanjut, dan kali ini Maulana merasa lebih khusyuk. Setelah selesai, mereka berjalan bersama keluar masjid.
"Terima kasih atas ceritanya, Pak," ucap Maulana. "Saya mendapat pelajaran berharga malam ini."
"Sama-sama," jawab Pak Salim. "Istiqamah itu berat, tapi insya Allah, pahalanya besar."
Mereka berpisah di persimpangan jalan. Maulana melangkah pulang dengan hati ringan.