Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Guru yang masih belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Sekolah dan Iklim Antikultur Pamer Kekayaan

16 Maret 2023   10:12 Diperbarui: 19 Maret 2023   07:00 979
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana belajar di kelas. Sumber foto : Dokumen pribadi

"Kekayaan yang sejati adalah kekayaan hati yang membangun, bukan kekayaan material yang merusak."

Perilaku pamer harta pada anak-anak pejabat menjadi salah satu isu yang hangat diperbincangkan oleh masyarakat. 

Menyusul peristiwa penganiayaan oleh anak pejabat yang suka pamer harta di media sosial. Fenomena ini menimbulkan berbagai reaksi dan tanggapan, baik dari pihak keluarga, sekolah, maupun masyarakat luas. 

Banyak orang merasa prihatin dengan perilaku pamer harta yang dianggap merusak moral dan etika siswa, serta menimbulkan dampak negatif pada lingkungan sosial. 

Oleh karena itu, perlu adanya upaya dari semua pihak untuk menciptakan lingkungan yang seimbang dan positif bagi siswa, sehingga mereka tidak memiliki kecenderungan untuk pamer harta. 

Sekolah merupakan salah satu lembaga yang memiliki peran penting dalam membentuk perilaku siswa. Selain memberikan pengetahuan dan keterampilan, sekolah juga harus mampu mengajarkan nilai-nilai moral dan etika. 

Salah satu nilai moral yang sangat penting adalah rendah hati. Nilai ini memandu siswa untuk tidak membanggakan kekayaan dan status sosial yang dimiliki, serta menghargai keberadaan orang lain. 

Sekolah harus mampu memasukkan pengajaran tentang nilai-nilai moral dan etika dalam kurikulum yang diberikan, sehingga siswa dapat memahami betapa pentingnya rendah hati, empati, dan kerendahan hati dalam kehidupan sehari-hari. 

Kurikulum yang holistik dan berorientasi pada pembelajaran yang menyeluruh dapat membantu siswa untuk mengembangkan kepekaan sosial dan empati terhadap lingkungan sosialnya. 

Selain itu, sekolah juga harus mampu membuat aturan dan tata tertib yang jelas. Aturan dan tata tertib tersebut dapat membantu siswa untuk membatasi perilaku pamer harta dan menghindari konsekuensi negatif dari perilaku tersebut. 

Sekolah dapat memasukkan aturan tentang penggunaan barang pribadi dan penampilan diri, sehingga siswa dapat memahami batas-batas yang harus dijaga.

Aturan-aturan ini dapat memperkuat nilai-nilai moral dan etika yang diajarkan dalam kurikulum dan membantu siswa untuk memahami betapa pentingnya kerendahan hati dalam menghadapi lingkungan sosial. 

Lingkungan sekolah juga harus mampu menciptakan lingkungan yang seimbang dan tidak membedakan siswa berdasarkan status sosial atau materi. Hal ini dapat membantu siswa untuk memahami bahwa kekayaan dan status sosial tidak selalu menjadi segalanya. 

Sekolah harus mampu menciptakan lingkungan yang ramah dan inklusif, di mana semua siswa merasa dihargai dan dihormati, tanpa memandang status sosial atau kekayaan mereka. 

Lingkungan yang seimbang juga dapat membantu siswa untuk memahami bahwa kekayaan dan status sosial tidak selalu menjadi tolak ukur keberhasilan hidup. 

Selain itu, keterlibatan siswa dalam kegiatan sosial dapat membantu mereka untuk memahami kebutuhan masyarakat dan menjauhkan dari kecenderungan pamer kekayaan yang berlebihan. 

Sekolah dapat mendorong siswa untuk terlibat dalam kegiatan sosial seperti kegiatan bakti sosial, donasi untuk orang yang membutuhkan, atau menjadi relawan dalam lembaga sosial. 

Dengan terlibat dalam kegiatan sosial ini, siswa dapat belajar menghargai orang lain yang membutuhkan bantuan dan menjadi lebih peka terhadap lingkungan sekitar. 

Selain itu, terlibat dalam kegiatan sosial dapat membantu siswa untuk memahami bahwa kekayaan bukanlah segalanya, dan mereka juga memiliki tanggung jawab untuk membantu sesama. 

Selain keterlibatan dalam kegiatan sosial, sekolah juga dapat mengadakan kegiatan atau program yang dapat membantu siswa mengembangkan rasa syukur. 

Siswa dapat diajarkan untuk menghargai apa yang telah mereka miliki dan tidak selalu mengharapkan lebih banyak lagi. 

Program-program seperti program mentoring atau pembinaan karakter juga dapat membantu siswa untuk memperbaiki perilaku mereka dan menjadi pribadi yang lebih baik. 

Terakhir, orang tua juga memiliki peran penting dalam membantu anak mereka untuk tidak pamer harta. 

Orang tua dapat memberikan contoh dan mempraktikkan nilai-nilai yang diajarkan di sekolah dalam kehidupan sehari-hari. 

Orang tua juga dapat membatasi penggunaan barang-barang mewah dan tidak memperlihatkan kekayaan secara berlebihan. Dalam hal ini, sekolah dapat berkolaborasi dengan orang tua untuk menciptakan lingkungan yang seimbang dan positif bagi siswa. 

Dalam kesimpulannya, upaya untuk menghindari perilaku pamer harta pada siswa dapat dilakukan oleh sekolah dengan memasukkan pengajaran tentang nilai-nilai moral dan etika dalam kurikulum.

Selain itu bisa juga membuat aturan dan tata tertib yang jelas, menciptakan lingkungan yang seimbang dan inklusif, mendorong keterlibatan siswa dalam kegiatan sosial, mengadakan program untuk mengembangkan rasa syukur, dan bekerja sama dengan orang tua. 

Dalam hal ini, sekolah memiliki peran penting dalam membentuk perilaku siswa dan menciptakan lingkungan sosial yang positif dan seimbang. 

Dengan adanya upaya dari semua pihak, diharapkan siswa dapat memahami pentingnya kerendahan hati, empati, dan rasa syukur dalam kehidupan sehari-hari, dan menjauhi perilaku pamer harta yang tidak etis.

"Hidup bukanlah tentang memiliki, tapi tentang memberi dan berkontribusi untuk sesama."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun