Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

AI Bijak, Mungkinkah?

22 September 2025   05:38 Diperbarui: 22 September 2025   06:00 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi AI bijak. (Gambar dibuat dengan AI)

Beberapa ilmuwan kini sibuk membicarakan Artificial Wisdom: gagasan bahwa kecerdasan buatan (AI) suatu saat bukan hanya pintar, tapi juga bijak. Mereka membayangkan robot yang bisa menimbang moral, memberi nasihat penuh empati, bahkan jadi penasehat hidup.

Kedengarannya indah. Tapi mari kita berhenti sejenak: benarkah itu mungkin? Atau sekadar khayalan canggih?

AI sudah terbukti pintar. Ia bisa mengalahkan manusia di catur, menerjemahkan bahasa asing, bahkan menulis esai yang membuat guru terkecoh. Tapi bijak itu lain.

Orang bijak bukan hanya tahu jawaban, tapi tahu kapan harus menjawab, bagaimana menyampaikan, dan dampak apa yang akan ditimbulkan. Ia menimbang perasaan, nilai, dan kepentingan yang sering bertabrakan.

Pertanyaan kritisnya:
Apakah mesin yang hanya memproses data bisa sungguh-sungguh mengerti perasaan manusia? Atau sekadar menirunya dengan gaya meyakinkan?

Tiga Masalah Besar

  1. Apakah AI bijak harus selalu bersama manusia?
    Sebagian peneliti bilang: AI hanya bisa bijak kalau dipasangkan dengan manusia, seperti asisten atau "coach bijak". Tapi ada juga yang bermimpi AI bisa bijak sendiri. Masalahnya, bukankah "kebijaksanaan" justru lahir dari pengalaman hidup, penderitaan, dan keputusan nyata di dunia? Bagaimana mesin bisa mengalami itu?

  2. "Dunia yang lebih baik" untuk siapa?
    Banyak tulisan bilang tujuan AI bijak adalah membantu menciptakan dunia yang lebih baik. Kedengarannya luhur. Tapi, bukankah manusia sendiri tidak pernah sepakat apa itu "lebih baik"? Dunia yang lebih baik bagi satu kelompok, bisa jadi bencana bagi kelompok lain. AI yang "bijak" akan memihak siapa?

  3. Apakah kebijaksanaan butuh kecerdasan tingkat dewa?
    Ada yang menyamakan AI bijak dengan AGI (Artificial General Intelligence), mesin yang bisa berpikir seluas manusia. Ada juga yang bilang kebijaksanaan justru bagian dari jalan menuju AGI. Tapi, kalau kebijaksanaan memang butuh kesadaran, pengalaman, dan nilai-nilai hidup, bukankah itu sesuatu yang tak bisa dicapai hanya dengan menumpuk data?

Bahaya Menyembah "AI Bijak"

Ada risiko besar kalau kita terlalu percaya pada gagasan AI bijak. Pertama, kita bisa jadi malas berpikir: menyerahkan pertanyaan moral pada mesin. Kedua, ada peluang manipulasi: AI bisa dikendalikan oleh pihak yang mengatur nilai-nilainya. Ketiga, kita mungkin mengabaikan kenyataan bahwa kebijaksanaan manusia lahir dari konflik, penderitaan, dan pilihan sulit---hal-hal yang justru tak dialami oleh mesin.

Bukankah berbahaya kalau suatu saat orang lebih percaya nasihat "AI bijak" ketimbang suara hati mereka sendiri?

***

Artificial Wisdom adalah gagasan yang terdengar menawan: mesin yang bukan hanya pintar, tapi juga bijak. Namun jika ditelisik lebih dalam, konsep ini masih kabur dan penuh tanda tanya. Bisa jadi, ini hanyalah mimpi modern yang mengulang kesalahan lama: berharap pada teknologi untuk menyelesaikan masalah yang seharusnya ditanggung oleh manusia.

Pada akhirnya, mungkin justru kita yang harus berhati-hati. Karena sebelum AI benar-benar menjadi bijak, jangan-jangan manusialah yang lebih dulu kehilangan kebijaksanaannya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun