Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kebebasan Berpikir dan Tantangan terhadap Kebesaran Tuhan

28 Januari 2025   11:10 Diperbarui: 30 Januari 2025   05:06 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kebebasan berpikir. (Sumber: Freepik.com)

Sebaliknya, kebebasan berpikir yang bertanggung jawab mengundang kita untuk mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan sulit tentang Tuhan, tetapi dengan cara yang membangun. Hal ini tidak hanya memperkaya pemahaman individu, tetapi juga mendorong masyarakat untuk berkembang secara kolektif.

Menyeimbangkan Kebebasan dan Tanggung Jawab

Kasus content creator yang viral ini menjadi pengingat bahwa kebebasan berpikir harus selalu disertai dengan tanggung jawab moral. Dalam dunia digital yang didominasi oleh algoritma, provokasi sering kali dihargai lebih dari refleksi. Namun, sebagai masyarakat yang ingin mempertahankan nilai-nilai kemanusiaan, kita harus menolak godaan untuk menggantikan kedalaman dengan sensasi.

Filsafat mengajarkan bahwa tantangan terhadap Tuhan adalah bagian dari kebebasan berpikir, tetapi tantangan ini harus dilakukan dengan niat yang tulus untuk memahami, bukan untuk merendahkan. Dialog tentang Tuhan, ketika dilakukan dengan cara yang etis, dapat menjadi salah satu jalan menuju kearifan. Sebaliknya, provokasi tanpa makna hanya menciptakan kebisingan yang merusak.

***

Kebebasan berpikir adalah hak yang harus dijaga, tetapi hak ini tidak boleh digunakan sebagai alasan untuk menghancurkan nilai-nilai bersama. Tantangan terhadap Tuhan, ketika dilakukan dengan refleksi dan penghormatan, dapat menjadi cara untuk memperkaya pemahaman kita tentang eksistensi dan makna. Namun, ketika tantangan ini berubah menjadi provokasi dangkal, ia kehilangan esensinya sebagai ekspresi kebebasan berpikir.

Sebagai manusia yang terbatas, kita harus mengingat bahwa kebebasan berpikir adalah sarana untuk mencari kebenaran, bukan alat untuk membuktikan superioritas kita terhadap yang lain, apalagi terhadap Yang Mahakuasa. Dalam konteks ini, filsafat mengundang kita untuk melihat kebesaran Tuhan bukan sebagai sesuatu yang harus ditantang dengan kesombongan, tetapi sebagai misteri yang mengundang kita untuk berpikir, merasa, dan bertanya dengan rendah hati.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun