Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Memanfaatkan Media Sosial untuk Merestrukturisasi Citra Bisnis

7 Januari 2024   14:56 Diperbarui: 10 Januari 2024   18:34 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Word of mouth. (Sumber gambar: Freepik/wayhomestudio)

Beberapa hari lalu saya mem-posting satu hal di beranda Facebook saya tentang adanya sentimen negatif di tempat kerja saya. Sentimen negatif itu berupa ulasan di Google Maps oleh seseorang yang merasa diperlakukan tidak terhormat oleh petugas keamanan. Bisa ditebak, beberapa pengikut saya antusias dan ikut-ikutan merespons secara negatif postingan tersebut. 

Saya tidak sedang mengolok-olok tempat kerja saya. Ini sesuai kapasitas saya sebagai seorang yang "concern" pada masalah bisnis, baik di bidang administrasi, manajemen, dan komunikasi.

Saya ingin menunjukkan bagaimana citra bisnis itu dibangun dan ditingkatkan. Berikut ini ulasan saya.

Pendahuluan

Kisah ini bermula saat A dan B, dua teman lama, berada dalam perjalanan dari kota X ke kota Y. A, yang lebih berpengalaman dengan rute ini, memiliki rencana khusus untuk hari itu.

A: "Hei, bagaimana kalau kita makan siang di warung Z di daerah W? Saya dengar tempat itu cukup ramai."


B: "Baiklah, aku percaya padamu!"

Mereka pun berhenti di warung Z. Setelah makan, B tampak jelas kecewa dan tidak bisa menyembunyikan rasa tidak suka.

B: "Kamu sudah gila ya? Makanan di sini benar-benar buruk! Kenapa kamu bawa aku ke tempat seperti ini?"

A, dengan tenang, menjawab:

A: "Inilah alasan saya membawamu kesini. Saya ingin kamu tahu dari pengalamanmu sendiri bahwa makanan di sini memang tidak enak. Sekarang, kamu tidak akan lagi penasaran atau tergoda untuk mampir di sini suatu hari nanti."

B, meski masih kesal, akhirnya memahami maksud A.

Namun, tak lama kemudian, dalam perjalanan berbeda, B bersama C melewati tempat yang sama. B, mengikuti jejak A, mengajak C makan di warung Z.

C: "Wah, warung ini tampak ramai. Pasti enak, ya?"

B: "Ayo kita coba dan lihat sendiri."

Dan, seperti yang terjadi sebelumnya, C juga merasa kecewa.

C: "Ini seriusan? Kenapa kita makan di sini?"

B: "Sekarang kamu tahu, kan? Kadang kita harus merasakan sendiri untuk benar-benar percaya."

Dan begitulah, pola ini terus berlanjut. C mengajak D, D mengajak E, dan seterusnya. Setiap orang ingin membuktikan secara langsung pengalaman buruk tersebut kepada teman mereka. Warung Z, dengan hidangannya yang tidak enak, menjadi populer karena alasan yang tidak biasa.

Dialog dalam kisah ini mengungkapkan bagaimana pengalaman pribadi dan bukti langsung lebih berpengaruh daripada sekedar cerita atau saran. Ini membentuk dasar pemahaman kita tentang kekuatan pengalaman dalam membangun kepercayaan, suatu pelajaran penting dalam kewirausahaan dan pemasaran.

Tinjauan Aspek Kewirausahaan

Kisah A, B, dan warung Z mengungkapkan aspek penting dalam kewirausahaan: pentingnya membangun kepercayaan melalui kualitas produk atau layanan yang konsisten. 

Dalam konteks kewirausahaan, reputasi sebuah bisnis dibangun atas dasar pengalaman pelanggan. Warung Z, meskipun ramai dikunjungi, menjadi contoh negatif dari fenomena ini. 

Pelajarannya adalah bahwa kepercayaan konsumen adalah aset berharga yang harus dijaga dan dikembangkan melalui pemberian nilai yang nyata dan konsisten.

Dalam kisah ini, A menunjukkan kepada B bahwa pengalaman langsung lebih berpengaruh daripada sekedar kata-kata. Ini mengajarkan kita bahwa dalam kewirausahaan, tidak cukup hanya dengan berbicara tentang kualitas; kualitas itu harus dibuktikan. 

Konsumen cenderung membagikan pengalaman buruk mereka kepada orang lain, seperti yang terjadi di warung Z. Oleh karena itu, penting bagi pengusaha untuk tidak hanya fokus pada pemasaran, tetapi juga memastikan bahwa produk atau layanan mereka memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.

Pengalaman buruk di warung Z menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya mendengarkan dan merespon umpan balik pelanggan. Sebuah bisnis harus responsif dan siap untuk melakukan perbaikan ketika diperlukan. 

Kegagalan dalam melakukan ini bisa menyebabkan kerugian reputasi, seperti yang dialami warung Z, di mana kunjungan didorong bukan oleh kepuasan, tetapi oleh rasa ingin tahu yang negatif.

Dari perspektif kewirausahaan, kisah ini menggarisbawahi pentingnya membangun dan menjaga kepercayaan pelanggan. Kepercayaan ini tidak hanya datang dari apa yang dikatakan oleh bisnis tentang dirinya sendiri, tetapi yang lebih penting, dari apa yang dirasakan dan dibicarakan oleh pelanggan tentang bisnis tersebut. 

Sebuah bisnis yang berhasil adalah bisnis yang tidak hanya menarik pelanggan baru tetapi juga mempertahankan dan menyenangkan pelanggan lama, sehingga mendorong word-of-mouth positif, yang berlawanan dengan apa yang terjadi di warung Z.

Strategi Pemasaran

Kisah warung Z tidak hanya memberikan wawasan tentang pentingnya kepercayaan dalam kewirausahaan, tetapi juga memberikan pelajaran berharga tentang strategi pemasaran. 

Dalam konteks ini, warung Z secara tidak sengaja menyoroti kekuatan dari word-of-mouth dan pengalaman pelanggan sebagai alat pemasaran yang ampuh, meskipun dalam kasus ini berujung pada hasil yang negatif.

1. Word-of-Mouth sebagai Alat Pemasaran yang Kuat: Salah satu pelajaran terbesar dari kisah ini adalah betapa kuatnya word-of-mouth. Dalam era digital saat ini, word-of-mouth tidak hanya terjadi dalam percakapan tatap muka, tetapi juga melalui ulasan online, media sosial, dan forum-forum. Warung Z menjadi populer, bukan karena ulasan positif, tetapi karena rasa ingin tahu yang ditimbulkan oleh pengalaman negatif. Ini mengajarkan bahwa setiap bisnis harus berupaya untuk memastikan bahwa word-of-mouth yang tercipta adalah positif.

2. Pentingnya Kualitas dan Konsistensi: Warung Z gagal dalam memberikan pengalaman yang memuaskan kepada pelanggannya, mengakibatkan persepsi negatif. Ini menggarisbawahi pentingnya menjaga kualitas produk atau layanan. Dalam pemasaran, janji yang diberikan harus selaras dengan apa yang pelanggan terima. Konsistensi adalah kunci untuk membangun kepercayaan dan reputasi jangka panjang.

3. Merespon dan Menerapkan Umpan Balik: Sebuah strategi pemasaran yang efektif melibatkan tidak hanya promosi, tetapi juga mendengarkan dan merespon umpan balik pelanggan. Warung Z, dalam kisah ini, tidak menunjukkan adanya respons terhadap umpan balik negatif. Bisnis yang sukses adalah yang terus menerapkan umpan balik untuk perbaikan dan inovasi.

4. Membangun Pengalaman Pelanggan yang Positif: Pengalaman pelanggan adalah inti dari strategi pemasaran yang efektif. Pengalaman positif membawa konsekuensi positif, tidak hanya dalam hal retensi pelanggan tetapi juga dalam menarik pelanggan baru. Pengalaman buruk di warung Z menjadi viral, tetapi dengan cara yang merugikan. Setiap bisnis harus berusaha untuk membuat pengalaman pelanggan mereka tidak hanya memuaskan tetapi juga mengesankan.

5. Menggunakan Media Sosial dan Ulasan Online dengan Bijak: Dalam zaman sekarang, pemasaran online seperti media sosial dan ulasan online memiliki dampak besar. Warung Z mungkin bisa memanfaatkan situasi ini untuk memperbaiki citra dengan menanggapi ulasan dan kritik secara konstruktif, menunjukkan komitmen mereka untuk perbaikan.

Penutup

Dari kisah warung Z, kita belajar bahwa strategi pemasaran yang efektif bukan hanya tentang menarik perhatian pelanggan, tetapi lebih penting lagi tentang bagaimana mempertahankan dan meningkatkan kualitas pengalaman pelanggan tersebut. 

Setiap aspek dari interaksi pelanggan harus dianggap sebagai kesempatan untuk membangun hubungan dan reputasi yang positif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun