Mohon tunggu...
Suyatno
Suyatno Mohon Tunggu... Anak manusia biasa

Hidup adalah proses belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rindu Tak Bertuan

23 Mei 2022   17:53 Diperbarui: 23 Mei 2022   19:22 3783
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rindu ini kerap muncul dari relung hati. Terbang ke langit bergentayangan mencari sang pemilik. Aku selalu bertanya pada diriku sendiri.
"Siapakah sebenarnya pemilik rindu ini?".
Aku tidak menginginkan rindu, bukan karena aku membencinya. Setiap kali rindu ini diekspresikan maka akan selalu menyayat hati. Dan aku merasa seperti orang bodoh!.  Seolah-olah rindu berkata
"Aku ingin bebas! Biarlah aku lahir ke dunia yag fana ini, mengajakmu pada pemilik ku yang sesungguhnya!".

Jika rindu adalah teman, ia adalah teman yang tidak aku harapkan. Tapi aku tidak bisa menolak ketika ia memperkenalkan diri. Ia memaksa ku untuk berjabat tangan. Dan selepas itu, hari-hari ku dirundung pilu yang tidak pernah luput. Saat semesta tidur dalam indahnya mimpi. Aku yang masih merindu, menepi dalam jeritan hati. Ingin ku berdoa namun tak kuasa, ingin bersuara pun percuma, ia tak akan mendengar, suaru hanya akan berlari kedalam. Membuat malam semakin kelam, menutup langit-langit kamar hingga samar.

Rindu ibarat sebuah produk yang diproduksi oleh jiwa seseorang yang harus diantarkan kepada pemiliknya. Siapakah pemilik itu?. Aku sangat meyakini bahwa pemilik rindu yang sesungguhnya adalah sesuatu yang dirindukan. Karena rindu akan menjadi rindu apabila ada sesuatu yang dirindukan. Namun malang nasibku, seseorang yang sedang aku rindukan tidak menganggap rindu itu ada. Sudah berapa kali aku mengantarkan rindu ini kepada pemiliknya. Namun batu karang begitu keras saat diterpa ombak. Rindu ini sangat sulit diterima.

Aku hampir menjadi seorang pembunuh. Dengan menikam rindu ini seraya berharap ia tidak terus membuat kegaduhan pada jiwaku. Mungkin sudah takdir, rindu telah menikam jiwaku lebih dulu. Sialan!...
Tidak sampai disitu upaya ku untuk mengusirnya. Aku berusaha mencari pemilik baru. Namun rindu ini begitu egois, ia tidak mau pindah pada pemilik yang baru. Hingga pada akhirnya aku pasrah sampai rindu mengendalikan jiwaku.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun