Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Solo Hiking ke-17 ke Gunung Kerinci, Bagaimana Rasanya?

4 Oktober 2021   15:56 Diperbarui: 5 Oktober 2021   08:01 1941
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sejenak mengheningkan cipta mengenang para pendaki yang hilang di sekitar area ini (Dokumentasi Pribadi)

Start muncak di tengah kabut tipis (Dokumentasi Pribadi)
Start muncak di tengah kabut tipis (Dokumentasi Pribadi)

Saya sendiri tidak memedulikan apakah cuaca berkabut atau cerah. Pendakian kali ini lebih untuk menikmati perjalanan, toh, sudah sering melihat pemandangan sekitar gunung saat cuaca cerah.

Langkah demi langkah menuju puncak dengan sisa tenaga yang ada. Angin kadang berhembus cukup kencang menambah dingin suhu udara. Untunglah tadi sempat minum obat anti masuk angin setelah makan siang.

Pukul 15.10 WIB saya tiba di area bernama Tugu Yudha pada ketinggian sekitar 3.700 mdpl. Di sinilah diperkirakan titik terakhir Yudha Sentika (1973-1990) diketahui hilang waktu kabut badai, 23 Juni 1990. Masih ada beberapa pendaki lain hilang di sini, sekitar 8-9 orang.

Di tengah kabut yang datang dan pergi terlihat pemandangan puncak gunung Kerinci dari area Tugu Yudha. Sejauh mata memandang diwarnai pemandangan bebatuan berwarna kecoklatan akibat hujan abu dari kawah gunung ini.

Sampai di area Tugu Yudha (Dokumentasi Pribadi)
Sampai di area Tugu Yudha (Dokumentasi Pribadi)

Sejenak saya berhenti di dekat plakat memorabilia Yudha Sentika. Tak bisa berlama-lama istirahat di tengah angin dingin, ini akan membuat badan mendingin dengan cepat, otot-otot jadi kaku, dan kepala cepat pusing.

Perjalanan saya lanjutkan menuju puncak. Sedikit lagi. Paling 20-30 menit berjalan santai. Makin sore, angin makin dingin. Tapi saya tetap memutuskan tidak pakai jaket, hanya pakai kaos dalaman (baselayer), maksudnya sekalian latihan menahan hawa dingin.

Pukul 15.42 WIB, Minggu, 26 September 2021, saya kembali menjejakan kaki di titik tertinggi pulau Sumatera. Cuaca cerah berawan. Karenanya, saya sempat mengabadikan suasana sekitar.

Tak sampai setengah jam saya menikmati suasana puncak. Di kejauhan sudah mulai terdengar bunyi petir pertanda akan turun hujan. Saya bergegas turun. Pukul 17.30 WIB saya sudah sampai kembali di tenda.

Sejenak mengheningkan cipta mengenang para pendaki yang hilang di sekitar area ini (Dokumentasi Pribadi)
Sejenak mengheningkan cipta mengenang para pendaki yang hilang di sekitar area ini (Dokumentasi Pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun