Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Solo Hiking ke-17 ke Gunung Kerinci, Bagaimana Rasanya?

4 Oktober 2021   15:56 Diperbarui: 5 Oktober 2021   08:01 1941
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sejenak mengheningkan cipta mengenang para pendaki yang hilang di sekitar area ini (Dokumentasi Pribadi)

Baca juga: 6 Tips Aman Mendaki Gunung Kerinci Seorang Diri

Artinya, kawasan ini bukan hanya milik Indonesia, melainkan menjadi sumber paru-paru dunia. Sungguh ironi, kekuatan negara Indonesia seolah tak berdaya menghadapi para pembalak liar.

Gerbang Pintu Rimba TNKS (Dokumentasi Pribadi)
Gerbang Pintu Rimba TNKS (Dokumentasi Pribadi)

Para pembalak liar bukan tak ditangkap. Ada ditangkap. Tapi masifnya pembalakan liar tidak sebanding dengan penegakan hukum. 

Berdasarkan Data Unit Pelaksana Teknis Balai Besar TNKS (UPT-BBTNKS), 2016, terdapat sekitar 41 ribu hektar hutan dalam kawasan TNKS mengalami perambahan. Perambahan terluas di Kabupaten Kerinci dan Merangin, dengan total 20 ribu hektar.

Data lain yang dipublikasikan oleh Tropenbos Internasional Indonesia bersama UNESCO (2015) mencatat angka yang lebih besar, yaitu luas perambahan total TNKS adalah 130.322 ha. Total hingga tahun 2021 ini diyakini lebih luas lagi.

Kembali ke perjalanan. Pukul 13.09 WIB saya tiba di Pos 1 Bangku Panjang. Di pos ini kebetulan tidak ada pendaki lain. Tanpa istirahat, saya melanjutkan perjalanan menuju Pos 2. Karakter trek masih relatif mendatar.

Sampai di Pos 1 Bangku Panjang (Dokumentasi Pribadi)
Sampai di Pos 1 Bangku Panjang (Dokumentasi Pribadi)

Kembali ada perasaan beruntung mendaki gunung pada puncak musim hujan tapi tidak diguyur hujan seperti saat ini. Sepanjang perjalanan dalam rimba saya bisa menikmati suasana sekitar dengan enak dan leluasa.

Aroma hutan tropis terasa enak sekali. Hawa sejuk oksigen dan ion negatif masuk ke dalam paru-paru. Secara keseluruhan, suasananya memberi efek relaksasi bagi jiwa orang kota seperti saya. 

Walau begitu jalan diwarnai lumpur. Hal mana karena hari-hari sebelumnya daerah ini diguyur hujan cukup lebat. Trek menjadi berlumpur saat diinjak-injak telapak sepatu para pendaki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun