Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Suka Duka Naik Haji, Dulu dan Kini

6 November 2021   22:01 Diperbarui: 6 November 2021   22:09 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjidil Haram (sumber: cnnindonesia.com)

Berita dari Kemenlu RI yang memberitakan bahwa pemerintah Arab Saudi sudah membuka kembali untuk kedatangan penduduk Indonesia yang ingin menunaikan ibadah haji dan umrah perlu disambut baik  Menyambut berita gembira ini, Koteka, komunitas traveler Kompasiana membahasnya dalam Koteka Talk yang bertajuk "3 Haji 1 Tujuan". Sengaja dihadirkan tiga orang nara sumber yang sudah pernah menunaikan ibadah haji pada tahun yang berbeda untuk membagikan pengalamannya.

Ketiga nara sumber adalah H. Taufik Hidayat atau yang lebih dikenal dengan nama pena Taufik Uieks,  penulis buku "Jejak Langkah Menuju Baitullah" yang pergi haji tahun 2006, H. Jose Dizzman Diaz, salah satu admin Koteka yang kini berdomisili di Banda Aceh dan pergi haji tahun 2020, serta H. Ketut Purwantoro, founder Dejavato Semarang yang pergi haji tahun 2018. Acara dipandu langsung oleh Ketua Koteka,   Muslifa Aseani.

Karena Taufik Hidayat masih dalam perjalanan darat dari Semarang ke Magelang, maka presentasi awal diberikan kepada Dizzman Diaz. Menurut pengakuannya, Diaz naik haji terakhir sebelum Tanah Suci ditutup akibat pandemi melanda dunia.
Pada bulan Maret belum ada pemberitahuan dari Kemenag, namun Diaz tetap rajin menanyakan dan tiba-tiba diberitahukan harus segera melunasi biaya haji dan melakukan vaksin. Karena Diaz memilih haji mandiri, maka tidak mendapat bimbingan. Tips yang dibagikan Diaz sangat diperlukan persiapan gerakan fisik, karena bacaan dapat dianggap sunnah.  Tips lainnya, jangan bawa pakaian terlalu banyak, karena disana sangat panas sehingga pakaian cepat kering. Lebih baik koper atau tas satu-satunya yang boleh dibawa dikosongkan untuk tempat oleh-oleh.  Bagi Anda yang hobi belanja harap hati-hati, karena peraturan di bandara sangat ketat. Bila ditemukan kelebihan berat (overload), maka barang harus terpaksa ditinggal, karena pihak bandara tidak menerapkan denda kelebihan bagasi.
Tips paling utama adalah fisik harus kuat karena yang lemah akan sering sakit. Jangan membawa air zamzam dalam jerigen, karena dilarang membawa cairan ke dalam pesawat, disarankan dibawa dalam botol kecil.

Diaz (dok: Koteka)
Diaz (dok: Koteka)

Bila ingin bepergian selama di Tanah Suci, sebaiknya membuat kelompok sesama haji mandiri atau nebeng ke kelompok lain, misal bila ingin  ke Jeddah untuk melihat museum, masjid Nabawi dengan kubahnya yang bisa membuka sendiri, ke kebun kurma dan lain-lain.

Bagi Anda yang tidak cocok dengan makanan yang disajikan oleh catering, jangan kawatir banyak yang menjual makanan Indonesia, seperti nasi kuning, bahkan ada bakso Udin di Mekkah.

Meski berangkat haji terakhir sebelum pandemi, jemaah haji rata-rata sudah mengenakan masker guna melindungi dari debu gurun, bukan karena prokes.

Ketut (dok: Koteka)
Ketut (dok: Koteka)

Nara sumber kedua adalah Ketut Purwantoro, asli kelahiran Semarang tidak punya darah Bali, namun memiliki nama "Ketut". Pernah bekerja di  NGO lalu menjadi founder Dejavato. Merupakan

dosen luar biasa di Unes dan Undip. Ia disangka seorang mualaf gara-gara namanya. Padahal orang tuanya muslim dan Ketut juga muslim sejak kecil. Ketut menggunakan istilah  "Volunteer naik haji" karena banyak membantu jemaah haji lainnya yang rata-rata warga lansia.

Ketut juga bercerita kepergiannya naik haji cukup unik, karena sebagai founder Dejavato foundation sebuah organisasi pertukaran budaya dan mahasiswa untuk kegiatan sosial di pesantren dll. di Sumatera, Jawa dan Papua, Ketut memiliki kedekatan khusus dengan pimpinan pondok pesantren di Jepara, gara-gara sering menyuplai orang asing ke pondok pesantren ini.

 

Saat Ketut pulang umrah, lalu ketemu pimpinan pondok pesantren seorang kyai, Ketut disindir, sudah sering pergi ke luar negeri, tetapi kenapa Mekkah dilompati, harus  sekalian haji. Maka Ketut ditanya bila ingin pergi haji dengan siapa, dijawab dengan ibunya. Maka pada tahun 2011 Ketut dan ibunya  didaftarkan oleh pimpinan ponpes Balekambang bersama keluarga kyai tersebut. Masuk daftar tunggu dan akhirnya menerima pemberitahuan berangkat. Ketut tidak perlu mengurus apapun kecuali harus pindah KTP dari Semarang ke Jepara. Peserta yang lain mendapat bimbingan, Ketut tidak bisa mengikuti karena tinggal di Semarang. Berangkat dari Solo bulan Agustus 2018 setelah menunggu 7 tahun dan pulang September 2018. Tiba di Jeddah dan pulang dari Madinah. Sangat disayangkan ibunya meninggal dunia tahun 2014 sehingga belum sempat menunaikan ibadah haji.

Berangkat bersama 400 jemaah lansia, yang mengalami culture shock, perubahan cuaca yang ekstrim dan perubahan makanan.

Untungnya mendapat  hotel yang dekat dengan masjidil Haram dan tempat pelemparan jumroh.

Karena semua administrasi ditanggung keluarga kyai, maka Ketut membalasnya dengan kegiatan volunteer.

Sebagai pribadi yang mengutamakan privasi, Ketut sengaja tidak memberitahukan kepada siapapun  saat berangkat haji, yang tahu hanya teman kantor dan keluarga inti saja, tetangga juga tidak tahu. Karena Ketut menghindari tradisi 'rame-rame' di daerahnya.

Syarat utama pergi haji, fisik harus kuat karena aktifitas padat sehingga sering kelelahan. Ketut banyak membantu jemaah lain yang lansia, sudah dijadwal mengawal siapa, misal mendorong kursi roda. Membantu mencari jemaah yang tersesat. Pernah ada kejadian jemaah dari Sulawesi ditemukan sedang menangis. Karena tidak membawa kartu pengenal. Karena bingung tidak bisa ditinggal selalu pergi. Ketutpun mengalami peristiwa  membayari taksi dan tidak diganti.

Tugas lainnya mengambil dan membagikan makanan. Membersihkan ruangan, sampah, membantu packing,  mengatur masuk ke pesawat, mereka selalu ingin dekat dengan tasnya.

Mengalami suhu hingga 50 derajat, bau minyak wangi, balsem dan minyak kayu putih bercampur di pesawat. Dapat minum air zamzam sepuasnya. Kursi di pesawat haji memiliki nomor urut 1-400.

Sholat jumat harus berangkat jam 9 pagi, bila ingin mendapat tempat di dalam masjid,  harus pulang pergi 10 km untuk menuju ke masjid sehingga kaki lecet. AC selalu dimatikan karena jemaah lain tidak biasa menggunakan AC. Tidak boleh complain selama mengikuti ibadah haji.

Akibatnya, selalu tidur dekat kamar mandi dan kaki di sorongkan di lorong hotel supaya terkena AC hotel.

Receptionist hotel sangat santai, pernah mengalami bis mogok di tengah gurun. Pramugari ngambek karena penumpang susah diatur kakinya sehingga hatus diancam akan diturunkan oleh Ketut, ganjarannya Ketut mendapat tambahan makanan dari pramugari. Ada jemaah yang meletakkan air zanzam di lakban ditubuh (tampak seperti bom bunuh diri).

Pernah mengalami badai besar sehingga merusak tenda, ada bis yangg tidak boleh pulang dulu sebelum doa selesai. Banyak jemaah yang terlalu aktif beribadah sehingga sakit. Kurangnya kebiasaan antre, suka pilih teman, buang sampah sembarangan, senang belanja, akibatnya harus titip barang titip barang kesana kemari. Vandalisme di batu-batu karena ada kepercayaan bisa kembali lagi ke tanah suci.
Sempat mengunjungi peternakan onta, terjadi kehebohan akibat alaram hotel berbunyi karena jemaah masak di lorong hotel meski dilarang.
Ada seorang jemaah yang kehilangan sandal sehingga kakinya dimasukkan ke tempat sampah, agar tidak kepanasan. Ada yang masuk lift sandal di lepas. Keuntungan pergi haji sekarang dibandingkan dulu adalah adanya aplikasi Haji Pintar.

Taufik (dok: Koteka)
Taufik (dok: Koteka)

Sebagai nara sumber terakhir adalah Taufik Hidayat yang berpresentasi sambil mengendarai mobil. Menurut Taufik, dia sangat beruntung sudah pernah nzik haji. Meski kini kuota haji 230.000 orang namun antrean bisa 20-40 tahun. Taufik pergi haji saat paspor haji masih berwarna coklat. Ada beberapa jenis haji seperti Haji ifrad, Haji qirab dan Haji tamatu.

Taufik di Tanah Suci selama sekitar 24 hari dari Jeddah, Mekkah, masjidil haram ke Madinah. Pada tahun 2005 ada banjir di Mina, saat Taufik naik haji kebetulan pernah turun hujan lebat sekali dan sempat banjir juga.

Sebenarnya sekarang orang tidak perlu pusibg dengan oleh-oleh, karena sudah bisa dibeli di Tanah Abang. Pengalaman tidak terlupakan adalah batuk yang tidak hilang hingga 1 bulan setelah kepulangan dari Tanah Suci.

Saat Taufik pergi haji, belum ada WhatsApp dan wifi hanya bisa kirim SMS dengan membeli kartu telepon lokal saat tiba di Jeddah.

Taufik yang masih memiliki keinginan pergi haji lagi bila mrndapat kesempatan. Pesannya sama dengan Diaz, bila sudah punya uang segera daftar haji dulu untuk uang muka. Bila ada waktu, niat dan uang daftarlah dulu.
Menurut Taufik,  prinsipnya dulu asal ada uang dan ada kesempatan naik haji dulu, jangan ditunda, karena sekarang makin susah. Jadi daftar dulu lebih baik.

Demikian pengalaman tiga orang naik haji, semoga pengalaman dan tips mereka makin memperkuat niat Anda untuk menunaikan ibadah haji. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun