Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Suka Duka Naik Haji, Dulu dan Kini

6 November 2021   22:01 Diperbarui: 6 November 2021   22:09 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjidil Haram (sumber: cnnindonesia.com)

Ketut juga bercerita kepergiannya naik haji cukup unik, karena sebagai founder Dejavato foundation sebuah organisasi pertukaran budaya dan mahasiswa untuk kegiatan sosial di pesantren dll. di Sumatera, Jawa dan Papua, Ketut memiliki kedekatan khusus dengan pimpinan pondok pesantren di Jepara, gara-gara sering menyuplai orang asing ke pondok pesantren ini.

 

Saat Ketut pulang umrah, lalu ketemu pimpinan pondok pesantren seorang kyai, Ketut disindir, sudah sering pergi ke luar negeri, tetapi kenapa Mekkah dilompati, harus  sekalian haji. Maka Ketut ditanya bila ingin pergi haji dengan siapa, dijawab dengan ibunya. Maka pada tahun 2011 Ketut dan ibunya  didaftarkan oleh pimpinan ponpes Balekambang bersama keluarga kyai tersebut. Masuk daftar tunggu dan akhirnya menerima pemberitahuan berangkat. Ketut tidak perlu mengurus apapun kecuali harus pindah KTP dari Semarang ke Jepara. Peserta yang lain mendapat bimbingan, Ketut tidak bisa mengikuti karena tinggal di Semarang. Berangkat dari Solo bulan Agustus 2018 setelah menunggu 7 tahun dan pulang September 2018. Tiba di Jeddah dan pulang dari Madinah. Sangat disayangkan ibunya meninggal dunia tahun 2014 sehingga belum sempat menunaikan ibadah haji.

Berangkat bersama 400 jemaah lansia, yang mengalami culture shock, perubahan cuaca yang ekstrim dan perubahan makanan.

Untungnya mendapat  hotel yang dekat dengan masjidil Haram dan tempat pelemparan jumroh.

Karena semua administrasi ditanggung keluarga kyai, maka Ketut membalasnya dengan kegiatan volunteer.

Sebagai pribadi yang mengutamakan privasi, Ketut sengaja tidak memberitahukan kepada siapapun  saat berangkat haji, yang tahu hanya teman kantor dan keluarga inti saja, tetangga juga tidak tahu. Karena Ketut menghindari tradisi 'rame-rame' di daerahnya.

Syarat utama pergi haji, fisik harus kuat karena aktifitas padat sehingga sering kelelahan. Ketut banyak membantu jemaah lain yang lansia, sudah dijadwal mengawal siapa, misal mendorong kursi roda. Membantu mencari jemaah yang tersesat. Pernah ada kejadian jemaah dari Sulawesi ditemukan sedang menangis. Karena tidak membawa kartu pengenal. Karena bingung tidak bisa ditinggal selalu pergi. Ketutpun mengalami peristiwa  membayari taksi dan tidak diganti.

Tugas lainnya mengambil dan membagikan makanan. Membersihkan ruangan, sampah, membantu packing,  mengatur masuk ke pesawat, mereka selalu ingin dekat dengan tasnya.

Mengalami suhu hingga 50 derajat, bau minyak wangi, balsem dan minyak kayu putih bercampur di pesawat. Dapat minum air zamzam sepuasnya. Kursi di pesawat haji memiliki nomor urut 1-400.

Sholat jumat harus berangkat jam 9 pagi, bila ingin mendapat tempat di dalam masjid,  harus pulang pergi 10 km untuk menuju ke masjid sehingga kaki lecet. AC selalu dimatikan karena jemaah lain tidak biasa menggunakan AC. Tidak boleh complain selama mengikuti ibadah haji.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun