Mohon tunggu...
Susanto
Susanto Mohon Tunggu... Guru - Seorang pendidik, ayah empat orang anak.

Tergerak, bergerak, menggerakkan. Belajar terus dan terus belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Study Tour yang Gagal

17 Mei 2024   08:31 Diperbarui: 17 Mei 2024   08:37 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: freepik.com, image by mdjaff)

Namaku Alun. Sebenarnya, orang tuaku memberiku nama Ahlu Nazar. Lidah orang kampung memanggilku Alun. Aku terima dengan senang hati. Lagi pula, Mamak dan Bapakku memanggilnya begitu.

Dulu, aku bersekolah di Madrasah Aliyah swasta, bukan negeri. Meskipun swasta, madrasahku memiliki murid yang cukup banyak. Mereka berdatangan dari berbagai kecamatan di sekitar kecamatan tempatku tinggal.

Kepala madrasahku seorang ustaz. Beliau seorang terpelajar, mumpuni dalam mengajar ilmu umum yang dikuasainya, pun ahli dalam ilmu agama. Tidak heran apabila kepala madrasahku sering diundang memberikan tausiyah, bahkan ceramah pada beberapa event, semisal Maulid Nabi, Halal bi Halal, Isra'Mi'raj, juga mengisi pengajian pada acara hajatan, terutama pernikahan.

Di kelas dua belas, madrasahku mengajukan program study tour ke Jogja. Biayanya sekitar satu juta lima ratus ribu rupiah. Hal itu aku ketahui setelah kami dikumpulkan di aula. 

Kebanyakan siswa bersorak gembira.


"Kapan lagi, Men! Sebelum terima ijazah, perpisahan kita refreshing!" ucap Kahar.

"Lun, gimana kamu? Kok diam saja?" Boby bertanya sambil menepuk bahuku.

Boby menepuk bahu dan bertanya, mungkin karena melihat aku tidak berekspresi ketika Pak Harun mengumumkan program study tour itu.

"Iya, Lun. Kapan lagi kita bersenang-senang? Kalau pergi sendiri, yakinlah gak akan cukup uang segitu," imbuh Mamat.

Aku bergeming. Namun, sebagai seorang kawan, rasanya aku harus menghormati Boby dan Mamat yang telah memberi pertanyaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun