Mohon tunggu...
Surtan Siahaan
Surtan Siahaan Mohon Tunggu... Penulis -

Berbahagialah orang yang tidak sukses, selama mereka tidak punya beban. Bagi yang memberhalakan kesuksesan, tapi gagal, boleh ditunggu di lapangan parkir: siapa tahu meloncat dari lantai 20. -Seno Gumira Ajidarma-

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

"Salam Tempel Lebaran" Momen Mendidik Anak tentang Etika

11 Juni 2018   19:13 Diperbarui: 11 Juni 2018   19:28 1209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Anak yang Memperoleh Amplop Lebaran/Sumber Foto: thenews.com.pk

Balada "THR" Bocah.  

Udah dari kecil diajarin "minta-minta", setelah dikasi langsung ngeloyor ga pake bilang terima kasih. Setelah amplop dibuka, dan isinya di bawah rata-rata amplop yang sebelum-sebelumnya, langsung ngomel. 

"Yah cuma segini doang...si kak itu aja ngasihnya lebih banyak..." Udah gitu emaknya malah Cuma ngeliatin sambil ketawa-tawa. Selalu, tiap tahun ada aja cerita kayak gini.

Kata-kata di atas merupakan cuitan seorang teman di media sosial miliknya tepat saat perayaan Lebaran 2017 lalu. Saya teringat kembali akan cuitan tersebut saat tengah mencari ide mengenai tulisan ini.

Rin, teman saya itu, mengungkapkan kekesalannya karena menilai banyak anak zaman sekarang kehilangan etika dan tata krama. Sebagai orang yang juga pernah merasakan serunya berburu amplop Lebaran, seingat dia, tidak pernah ada anggota keluarganya entah itu kakak maupun adiknya berbuat kurang ajar seperti apa yang dialaminya tahun lalu.


Rin merasa, tidak hanya pemahaman anak tentang Idul Fitri sudah bergeser, melainkan tidak memadainya pengetahuan anak mengenai sopan santun.

Sopan santun memang sebaiknya diajarkan sejak kecil. Sehingga, ketika dewasa kelak, si anak akan menjadi orang yang mudah menyesuaikan diri dengan tata tertib dan adab yang berlaku di masyarakat. 

Urusan pendidikan karakter anak juga bukan hanya tanggungjawab guru di sekolah, lho, melainkan tanggungjawab bersama antara guru, orangtua dan keluarga.

Banyak kesempatan untuk mengajarkan anak tata krama, momen bagi-bagi amplop saat Lebaran merupakan salah satu waktu yang tepat. Tidak bermaksud sok tahu dan menggurui, namun saya punya sejumlah poin yang sebaiknya diajarkan orangtua pada anak kecil saat momen salam tempel Lebaran.

Baca Juga: Malam Ramadan dan Waktu Merenung yang Terlupakan

Amplop Hanyalah Bonus

Bagi anak-anak, salah satu momen Idul Fitri paling ditunggu adalah ketika mengantre amplop Lebaran. Biasanya, saking semangatnya menanti momen ini, anak akan bangun lebih pagi. 

Setelah salat Idul Fitri dan menyelesaikan ritual sungkeman (bermaaf-maafan) dengan seluruh keluarga besar, anak-anak akan berbaris untuk mendapatkan amplop.

Tidak jarang juga, setelah mendapatkan amplop dari ayah-ibu, om dan tante, anak langsung pergi bersama teman-temannya untuk mengantre amplop Lebaran pada tetangga-tetangga rumah atau membelanjakan uangnya. Salam tempel memang seru, namun itu bukanlah makna Lebaran sesungguhnya.

Idul Fitri adalah waktu untuk merayakan kemenangan bersama keluarga. Ajari anak untuk menghargai momen tersebut. Terkadang, saat Lebaran anak berjumpa dengan keluarga yang tidak pernah dilihatnya. 

Karenannya, tekankan bahwa menikmati hari Lebaran bersama keluarga adalah ritual utamanya. Jika anak akhirnya mendapatkan amplop, jelaskan bahwa itu adalah bonus dan bukan tujuan utama perayaan Lebaran.

Baca Juga: Tradisi Obrog Pantura, Saat Via Vallen Ikut Membangunkan Sahur

Ajari Berterima Kasih

Sebelum Lebaran, ajari anak untuk mengucapkan terima kasih jika seseorang memberinya amplop. Kenalkan juga dengan kebiasaan mencium tangan sebagai perwujudan rasa hormat dan terima kasih. Jika anak lupa berterima kasih dan kamu melihatnya, tegur dan suruhlah dia untuk mengucap terima kasih.

Jangan Langsung Membuka Amplop

Banyak orangtua masih membudayakan amplop Lebaran. Jika menerima amplop, ajari anak untuk tidak menghitungnya langsung. Minta anak untuk menyimpannya dan menghitungnya di lain hari. 

Dengan cara ini, kamu juga mengajari anak untuk tidak membuat orang lain cemburu ketika mendapatkan uang yang lebih sedikit dibandingkan anak kita.

Ilustrasi Penjual Amplop Lebaran/Sumber Foto: pikiran-rakyat.com
Ilustrasi Penjual Amplop Lebaran/Sumber Foto: pikiran-rakyat.com
Jangan Dorong Anak untuk Meminta Amplop Lebaran

Jangan penah biarkan anak untuk meminta amplop pada semua orang yang mendatangi rumah kamu. Apalagi mendorong-dorong anak untuk melakukannya. 

Sebagai orangtua kamu juga harus tahu, tidak semua orang suka dengan budaya salam tempel ini. Sebagian orang bahkan menilai tradisi ini tidak baik karena mendidik anak menjadi materialistis.

Berapa pun yang Diperoleh, Harus Bersyukur

Didik anak untuk bersyukur atas setiap rupiah yang diperoleh. Ajari bahwa bukan nilai yang utama melainkan cinta dan kebaikan yang melatari pemberian uang tersebut. 

Bahkan, jika anak tidak mendapatkan sebuah amplop pun pada Lebaran tahun ini, ajari untuk senantiasa bersyukur karena masih bisa merayakan Lebaran bersama keluarga.

Tabung Sebagian

Terakhir, yang tak kalah pentingnya, didik anak untuk mengelola uang. Biasanya, setelah mendapatkan uang anak akan membelanjakannya untuk mainan. Alih-alih memboroskan pendapatannya, ajari anak untuk menyisihkan sebagian dari uang yang diperolehnya untuk tabungan.

Jika uangnya cukup banyak, tidak ada salahnya untuk mengajak anak ke bank dan membukakan satu rekening atas namanya. Pada kesempatan ini, kamu bisa sedikit-sedikit mengajarkan anak tentang pentingnya investasi.

Nah, sudah semua poin penting saya jabarkan di atas. Saya pikir, tidak ada salahnya untuk dipelajari dan diterapkan pada anak kita. Jika tidak berhasil pada Lebaran tahun ini, jangan menyerah. Sebab, mendidik anak adalah tugas orangtua yang harus diemban seumur hidup.

Baca  Juga: Mengintip Pasar Malam Ramadan, Tempat Rakyat Kecil Belanja Keperluan Lebaran

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun