Mohon tunggu...
Refra Elthanimbary
Refra Elthanimbary Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Seorang Penulis lepas yang melepas diri dalam tulisan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Layanan Tanpa Putus

18 Januari 2022   09:49 Diperbarui: 18 Januari 2022   09:51 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: id.fanpop.com

Ada banyak orang yang memiliki asa dan cita-cita untuk mengenggam dunia dengan segala kemewahannya, tetapi tak sedikit juga yang putus asa bahkan tak memiliki cita-cita untuk mencicipi kemegahan dunia.

Bukan tanpa sebab, karena segala rasa itu muncul dari kenyamanan dari dalam lubuk hati yang terdalam. Kenapa harus dari lubuk hati yang terdalam untuk memilih antara kemegahan dan kenyamanan?

Karena apa yang dilihat oleh mata kita, tak bisa sama nilainya dengan apa yang dirasakan oleh mata hati. Apa yang sudah "ditetapkan" oleh mata tak akan abadi, karena keindahan dalam pandangan mata akan berubah nilai sesuai dengan apa yang lebih baik dipandang oleh mata. 

Berbeda dengan apa yang telah "ditetapkan" oleh mata hati, tak banyak berubah. Karena sebuta apapun mata hati dalam memandang, tak akan dengan mudah merubah nilai pandangan. 

Mata hati menggunakan rasa sehingga berbeda nilai. Namun dengan begitu, hati tak selalu dijadikan pembenaran yang mutlak dalam memilih segala sesuatu.

Menggunakan akal, adalah hal yang juga tidak bisa dipisahkan dalam menentukan segala pilihan. Maka salah jika sebagian kita hanya menentukan pilihannya, atau bahkan penilaiannya hanya dengan satu unsur saja. 

Sebutlah dalam menilai serial Layangan Putus, apakah hati kita akan mencaci perilaku Aris dan membenarkan peran Kinan yang kebenaranya berubah dari sudut pandang, atau dengan bahasa mudahnya dari sudut pandang mana penilaian kita menilai sesuatu, dari pandangankah? atau logika yang jernih? atau hanya memakai perasaan personal dan "perasaan publik" yang semua tidak bisa dibenarkan. 

Itu lah mengapa sebagai seorang diri yang mempunyai "jiwa" yang kuat, ia akan berdiri pada pikiran yang objektif terhadap segala sesuatu yang dipandang oleh mata. 

Proses analisa terhadap sesuatu kejadiaan atau peristiwa yang berlaku harus dilakukan secara matang, segala fungsi dan potensi yang dimiliki oleh diri kita murni menghasilkan penilaian yang mutlak.

Latar belakang dalam menilai suatu kisah atau kasus yang beredar harus ditarik sejauh mungkin "kebelakang". Apa sebenarnya yang berlaku, siapa yang memaikan peran, kenapa harus kisah itu yang dimunculkan ke publik, dan apa agenda yang diinginkan oleh "pemain" dibalik layar kasus atau kisah yang diangkat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun