Ketika acara simbolis penyerahan donasi seragam kepada salah satu perwakilan siswa akan dilakukan, tiba - tiba seorang bapak guru menuntun seorang anak perempuan ke depan." Anak ini saja sebagai perwakilan siswa pak. Dia korban terdampak langsung. Rumahnya tenggelam tertimbun material
erupsi. " Â terang bapak guru itu.
Seorang gadis kecil yang parasnya cantik. Umurnya sekitar sembilan atau sepuluh tahun. Namanya Syarifatul Hasanah.Dia saat ini duduk di bangku kelas empat Madrasah Ibtidaiyah ( MI ) Miftahul Ulum Supiturang Pronojiwo Lumajang.
Hari itu Syarifa, begitu dia biasa dipanggil, memakai baju panjang terusan berwarna cokelat motif bunga - bunga. Pun demikian dengan kerudung hijab nya juga berwarna cokelat dengan motif sama bunga -bunga juga. Dia hari itu tidak bersepatu, tapi memakai sandal jepit warna ungu. Di punggungnya menggantung tas sekolah warna merah muda.
Setelah seragam pramuka secara simbolis diserahkan oleh perwakilan relawan Small Action kepada Pak Jumari, selaku kepala sekolah MI. Selanjutnya, Pak Jumari menyerahkan baju seragam tersebut kepada Syarifa. Banyak yang mengabadikan momen tersebut dengan camera hp dan camera DSLR.
Hari itu saya perhatikan Syarifa lebih banyak diam. Tidak seperti teman - temannya yang lain, yang masih bisa tertawa lepas. Mungkin dia masih diliputi trauma dengan kejadian erupsi Semeru beberapa waktu lalu yang menyebabkan rumahnya runtuh dan tertimbun material erupsi.
Selesai acara penyerahan donasi seragam di sekolah MI. Pak Jumari mengajak kami para relawan untuk berkunjung ke dusun Umbulan untuk melihat langsung kondisi rumah siswanya. Termasuk juga rumahnya Syarifa.
Saya penasaran, ingin tahu kondisi dusun Umbulan itu seperti apa. Dan benar saja, ketika mobil kami mulai memasuki dusun Umbulan. Di kanan kiri jalan nampak rumah warga banyak yang hancur  dan tertimbun material erupsi. Dan ternyata rumah - rumah yang hancur tersebut, sebagian besar adalah rumah siswa siswi MI Miftahul Ulum yang tadi menerima donasi seragam sumbangan para donatur.
Di tempat itu saya juga bertemu kembali dengan beberapa siswa yang tadi sempat berjumpa di sekolah MI. Dan selaku kepala sekolah, pak Jumari hafal betul rumah siswa nya satu persatu. Berulang kali saya hanya bisa mengucap istighfar, melihat pemandangan pilu sisa bencana Semeru di depan mata.
Pada kesempatan tersebut saya juga bertemu kembali dengan Syarifa dan ibunya, bu Sa'diyah namanya. Kemudian saya diajak melihat langsung bekas reruntuhan rumahnya. Tak ada barang yang bisa diselamatkan dari dalam rumahnya. Namun mereka masih bersyukur, karena semua anggota keluarga nya selamat.
" Waktu itu kami baru pulang dari sawah. Dan habis mandi saya mau istirahat. Tiba - tiba sungainya banjir. Saya dan warga yang lain melihat banjir itu. " terang bu Sa'diyah.
" Dan... tiba - tiba...... " Sampai disini bu Sa'diyah tak kuasa melanjutkan ceritanya. Dia tak mampu menahan kesedihannya. Bu Sa'diyah dan Syarifa berpelukan menangis bersama.
Melihat situasi tersebut saya jadi kebingungan. " Sudah bu, gak usah dilanjutkan ceritanya. Yang sabar ya bu". Saya mencoba menghibur mereka sebisanya. Saya jadi merasa bersalah karena membuat ibu dan anak itu kembali bersedih. Beruntung dalam situasi yang serba kikuk tersebut, pak Jumari datang menghampiri. Dan suasana kembali cair lagi setelah bu Sa'diyah bisa menguasai diri.
Bu Sa'diyah sampaikan kalau semua harta bendanya sudah tidak ada yang bisa  diselamatkan. Termasuk baju seragam Syarifah yang aslinya warna hijau, berubah jadi biru. Dan ketika dipegang langsung sobek. Maklum saja terkena awan panas ribuan derajat membuat benda apa saja menjadi hancur.
Syarifa dan kedua orang tuanya sekarang menumpang tinggal di rumah neneknya di tempat yang aman. Sementara kedua kakak Syarifa sekarang sedang mondok di Banyuputih Lumajang. Kakak pertama sedang menempuh pendidikan S1, sedangkan kakak kedua masih Aliyah setara dengan SMA.
Syarifa adalah salah satu contoh anak - anak korban erupsi Semeru 4 Desember 2021. Masih banyak lagi anak - anak lain yang nasib nya sama seperti Syarifa ini. Mereka sudah tidak lagi memiliki rumah untuk berteduh dan kehilangan harta benda. Tapi mereka masih semangat untuk belajar dan mengaji.
Jika kita ada kelapangan rezeki, sudah sepatutnya kita ulurkan tangan membantu anak - anak yang mengalami nasib serupa dengan Syarifa ini. Agar mereka tetap bisa melanjutkan sekolah. Untuk mengejar mimpi dan cita - cita nya, seperti anak - anak lain yang bisa belajar tenang tanpa diliputi ketakutan erupsi Semeru.
Lawang, 6 Februari 2022
#Catatan relawan bencana erupsi Semeru di dusun Umbulan desa Supiturang Pronojiwo Lumajang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI