Seorang teman pernah mengeluh tentang anak tetangganya. Hampir setiap hari anak itu datang ke rumahnya dengan berbagai tingkah yang membuat risih: turun ke kolam ikan, main air keran hingga halaman menjadi becek dan kotor, masuk rumah dengan kaki kotor karena datang tanpa alas kaki, berlarian ke sana kemari, bahkan memegang barang-barang tanpa izin.
"Bukan nggak boleh ada tamu kecil main ke rumah, ya. Tapi gimana, anakku sudah besar semua, jadi rasanya agak repot kalau tiba-tiba ada anak kecil berulah. Masalahnya, anak ini susah banget dibilangin," keluhnya.
Ia kemudian bercerita lebih jauh. Anak tersebut ternyata adalah anak kelima dari enam bersaudara, dengan jarak kelahiran hanya setahun atau dua tahun. Usia orang tuanya pun masih sangat muda.
"Ibunya baru 30 tahun tapi sudah punya enam anak, Mbak. Kalau aku mungkin sudah stres," tambahnya.
Pengalaman serupa juga saya alami. Ada anak-anak yang seenaknya masuk rumah tanpa permisi, bahkan ada yang berani membuka lemari es dan mengutak-atik isinya. Terus terang, saya merasa kurang nyaman. Namun, mengingatkan orang tuanya pun bukan hal mudah. Ada rasa khawatir menyinggung perasaan. Akhirnya, saya hanya bisa menegur pelan, "Eh, nggak boleh ya..." sambil menahan kesal dalam hati.
Bimbingan Sejak Dini: Bukan Sekadar Bisa Bilang "Namanya Juga Anak-Anak"
Perilaku anak-anak sejatinya adalah cermin dari bimbingan orang tua. Etika dasar seperti meminta izin sebelum masuk rumah orang lain, tidak sembarangan memegang barang, atau tidak membuka lemari es tanpa seizin pemilik rumah, seharusnya sudah mulai diajarkan orang tua sejak dini.
Sayangnya, banyak orang tua justru berlindung di balik kalimat, "Namanya juga anak-anak." Padahal, jika anak dibimbing dengan benar, kesalahan-kesalahan semacam ini tidak akan terus berulang. Mendidik anak beradab dan beretika adalah tanggung jawab utama orang tua, bukan hal yang bisa disepelekan.
Kesiapan Menjadi Orang Tua
Menjadi orang tua bukan hanya soal melahirkan anak, melainkan juga soal kesiapan mendidik, merawat, dan mendampingi tumbuh kembang mereka. Sayangnya, banyak pasangan yang memiliki anak tanpa benar-benar siap menjadi orang tua. Bahkan tidak jarang yang bikah di usia yang sangat belia.
Akibatnya, anak-anak tumbuh tanpa bimbingan yang memadai, bahkan sering kekurangan kasih sayang.
Ada beberapa hal penting yang perlu dipersiapkan sebelum memutuskan menjadi orang tua:
1. Usia dan kematangan emosional
Calon ayah dan ibu sebaiknya sudah matang secara emosional. Pernikahan bukan lagi ajang bermain-main. Mereka harus siap menjalani konsekuensi menjadi pasangan hidup sekaligus orang tua yang bertanggung jawab.