guru dan kepsek ada sebuah pohon yang cukup rindang. Suasana teduh sangat saya rasakan setelah memarkir sepeda motor tidak jauh dari pintu masuk itu.
Pada depan pintu masuk ruangSekolah-sekolah "besar" pada umumnya menggelorakan slogan seperti itu. Upaya menuju ke sana selalu diupayakan agar benar-benar membuat peserta didik dan warga sekolah merasa nyaman berada pada lingkungan sekolah.
Pada sisi kanan pintu masuk ada semboyan atau slogan 7 K yang meliputi 1) keimanan, 2) keamanan, 3) kebersihan, 4) keindahan, 5) ketertiban, 6) kekeluargaan, dan 7) kerindangan.Pada sisi kiri pintu ada imbauan terkait pembudayaan 5 S, yaitu 1) senyum, 2) salam, 3)sapa, 4) sopan, dan 5) santun. Para siswa, guru, dan staf tata usaha tentu diharapkan membudayakan slogan lima S tersebut. Untuk para tamu yang berkunjung ke sekolah seyogyanya mengikuti slogan itu.
Slogan atau imbauan masih saya temukan pada dinding dekat pintu masuk ruang kepsek. Judul slogan yang terpampang "Tumbuhkan Budaya Malu". Ada tujuh imbaun yang tertulis dengan warna-warni yang mencolok:Â
1) Malu karena datang terlambat/pulang cepat (tidak tepat waktu), 2) Malu karena melihat rekan sibuk melakukan aktivitas (tidak kreatif dan pasif), 3) Malu karena melanggar peraturan (tidak mengindahkan tata tertib), 4) Malu untuk membuat salah (tidak melakukan perbuatan terpuji), 5) Malu karena bekerja tidak berprestasi (tidak melakukan pekerjaan yang maksimal), 6) Malu karena tugas tidak terlaksana (tidak menggunakan waktu sesuai jadwal), dan 7) Malu karena tidak berperan aktif dalam mewujudkan kebersihan lingkungan kantor/sekolah (tidak membuang sampah dan limbah pada tempatnya). Â Â
Saya mengetuk pintu ruang kepsek sebelum masuk. Tentu saja "salam" saya ucapkan dengan suara agak nyaring. Jawaban dari dalam ruang pun saya dengar dengan jelas. Bu Pedie Dawid menyambut saya dengan ramah.
Ada lukisan cukup menarik di dekat lambang-lambang negara (gambar burung garuda, foto presiden dan wakil presiden, foto bupati dan wakil bupati). Lukisan itu tertempel di dinding tepat di belakang tempat duduk Bu Pedie Dawid.
Kami langsung berbincang-bincang dengan berbagai topik. Saya menyampaikan bahwa teman pengawas lain tidak ikut berkunjung ke SMP 10 PPU karena masing-masing memiliki agenda berbeda.Â
Pada pukul tujuh lewat sembilan menit hari Senin tanggal tujuh November 2022 itu, Pak Tri Wahjoedi berkunjung ke SMP 17 PPU di Babulu Laut. Kemudian, Pak Habel Hewi mengatakan saat di kantor selesai apel, akan berkunjung ke SMP 18 PPU di wilayah Api-Api. Untuk pengawas lain memiliki agenda berbeda-beda.
Beberapa menit saya berbincang-bincang dengan Bu Pedie Dawid di ruang kerja kepsek itu. Selanjutnya, kami melihat-lihat keadaan di luar. Saya perhatikan sudah banyak perubahan. Bangku-bangku yang disediakan di bawah pohon terlihat semakin banyak. Bangku terbuat dari cor semen itu dsiapkan untuk peserta didik duduk-duduk saat beristirahat atau saat belajar di luar kelas.
Ada dua pekerja sedang berada di taman. Mereka melanjutkan pembuatan bangku tempat duduk. Proses itu memerlukan biaya tidak sedikit. Untunglah para orang tua siswa SMP 10 PPU bersedia membantu untuk pengadaan tempat duduk tersebut.