Mohon tunggu...
Supli Rahim
Supli Rahim Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati humaniora dan lingkungan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengapa Kita Diperintahkan Membaca?

12 April 2020   04:58 Diperbarui: 12 April 2020   06:34 1580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bismillah,

Alhamdulillah mari kita selalu lafazkan sebagai tanda kita bersyukur atas segala nikmat dari Allah. Nikmat iman, nikmat sehat, nikmat ilmu, nikmat berkeluarga dll. Selalulah kita berselawat kepada nabi Muhammad sebagai tanda kita berterima.kasih kepada pejuang hidayah dan kecerdasan kepada umat akhir zaman. Berkah pengorbanan beliau kita mengenal Allah swt, mengenal surga dan neraka. Allahumma shaliala muhammad. 

Tulisan ini merupakan hasil perenungan saya untuk mencari jawaban mengapa nabi Muhammad saw disuruh membaca pada hal dia tidak bisa membaca.

Terinspirasi dari kuliah online

Ketika nabi Muhammad saw menjalani hidup di masyarakat Mekkah jahiliyah, dia selama berpuluh-puluh tahun tetap berusaha menjalani hidup penuh kejujuran dan kerja keras. Dari kecil dia mengembala kambing, ikut pamannya berdagang ke luar Mekkah dan menjadi pedagang antar wilayah bahkan antar negara. 

Ketika saya mengadakan kuliah online sejak merebak kasus pandemi covid 19, saya berfikir jauh. Teringatlah saya kepada rasululullah yang kerja keras tetapi penuh kejujuran. Dia risau dan galau memikirkan umat manusia kala itu terlebih lag kaum quraisy pada masa itu. Mereka berprilaku buruk, tidak menuhankan Allah. 

Selama kuliah online kala itu saya memikirkan para mahasiswa saya yang belajar keras, belajar ikhlas dan belajar cerdas. Saya salut kepada mereka yang belajar sungguh-sungguh walau keterbatasan fasilitas yakni paket kuota yang terbatas, sinyal yang terbatas dan tengah berada dalam ketakutan terhadap covid 19 yang sedang mewabah.

Berfikir kritis vs berfikir kreatif

Dalam salah satu kuliah kegiatan kuliah online saya mengajak mereka untuk berdikir kritis pada satu sisi tetapi pada sisi lain berfikir kreatif. Satu dengan otak kiri, yang lain dengan otak kanan. Berfikir kritis itu sifatnya analitis dan refleksif, sementara berfikir kreatif sifatnya original dan reflektif. Maka yang lebih baik? Keduanya baik dan saling melengkapi. 

Berfikir kritis adalah berfikir yang menguji, menghubungkan semua aspek dari suatu situasi atau permasalahan. Termasuklah memperoleh, mengorganisir, mengingat dan menganalisis informasi. Berfikir kritis juga meliputi kemampuan untuk membaca untuk membaca dengan pemahaman dan mengidentifikasi bahan-bahan yang diperlukan dan tidak diperlukan. Proses berfikir demikian dapat menarik keaimpulan dari data yang diperlukan dan tidak dipeelukan. Ini juga bermakna bahwa berfikir kritis juga dapat menentukan ketidak-konsistenan dan ketidaksesuaian di dalam suatu kelompok data. Jadi jelaslah berfikir kritis adalah analitis dan refleksif.

Para perencana mesti memiliki kemampuan untuk berfikir kritis pada satu sisi tetapi mampu berfikir kreatif pada sisi lain. Mengapa? Berpikir kritis dan kreatif adalah dua sisi mata uang yang saling melengkapi. Menghasilkan gagasan program inovatif butuh berpikir kreatif, namun merencanakannya secara detail termasuk menguji kelayakan gagasan tersebut perlu proses berpikir kritis. Kelincahan dalam mengelola dinamika organisasi butuh berpikir kreatif, sementara melakukan improvement (perbaikan) perlu berpikir kritis. Untuk menghasilkan gagasan ideal yang dapat diimplementasikan dan terus dikembangkan, berpikir kritis dan kreatif keduanya perlu untuk dilakukan secara simultan.

Berfikir tanda orang berakal

Ketika nabi Muhammad saw memperoleh wahyu surat Ali Imran ayat 190-191 berikut beliau menangis semalam suntuk. Ini bunyi ayatnya.

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Robb kami, tiadalah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka dipeliharalah kami dari siksa neraka." (QS. Ali Imron: 190-191).

Jika kita sempatkan waktu kita, diri kita untuk memikirkan bagaimana langit diciptakan, bagaimana terjadi pergantian siang dan malam adalah tanda-tanda kebesaran Allah. Allah yang Maha besar - besar kasih sayangNya, besar segalanya. Tetapi lupakah kita bahwa penciptaan kita ini bukan untuk disia-siakan, bukan juga sia-sia. Tetapi mesti akan ditanya. Wajarlah jiika nabi berdoa memohon kepada Allah agar dihindarkan dari azab neraka. Jika kita mentaati Allah, surgalah tempat kita.  Sebaliknya jika tidak taat maka nerakalah tempat kita.

Itu sebabnya nabi disuruh membaca!

Dengan kejadian kuliah online saya menyaksikan banyak mahasiswa yang jujur, kerja keras mengikiti kuliah saya walau banyak halangan. Ada terhalang dengan pekerjaan, ada yang terhalang dengan kuota, ada yang terhalang dengan sinyal, ada yang terhalang dengan kesibukan.  

Saya senang  dan tidak marah kepada mereka yang belum mengerti tetapi berusaha untuk memberitahu saya apa yang dia baru tahu dan ingin tahu. Dia berusaha untuk berinteraksi walau banyak sekat yang menghalang. Bagi saya itu yang membuat terharu. Karena mereka mementingkan proses.

Ada juga yang hanya mengetik namanya saja lalu menghilang. Itu juga tidak masalah. Ada juga yang khusuk mengikuti kuliah lalu mengirim tugas dan melanjutkan diskusi untuk memperoleh pencerahan. Lagi-lagi itu baik dan membanggakan saya. Tugas saya adalah mengajak mereka untuk menjadi mahasiswa yang utuh- utuh hatinya, utuh komitmennya, utuh kerja kerasnya, utuh ikhlasnya. Saya menyerahkan kepada Allah untuk menilai kerja saya. 

Saya tetap yakin bahwa tetesan nasehat, contoh, ajakan untuk baik dengan akhlak mulia ada dalam genggaman Allah. Allah jua nanti yang akan membesarkan yang kecil-kecil itu. Semoga semua jadi barokah untuk kita semua termasuk para pembaca dan para mahasiswa saya.

Mengapa nabi disuruh membaca dengan nama tuhan yang menciptakan jelaslah sudah. Manusia itu diciptakan untuk tujuan yang mulia yakni agar mereka bahagia dunia dan akhirat. Bahagia itu terwujud apabila kita ada landasan yang kokoh yakni menuhankan Allah. Jika kita menuhankan Allah maka kita tak akan pernah menuhankan harta, iptek, keluarga dan apa saja selain Allah. Membaca itu awal dari proses berfikir. Berfikir yang terbaik adalah bagaimana nasib kita di akhirat nanti-selamatkah kita dari azab api neraka?

Jayakah dan bahagiakah kita semua. Selamatkah kita dari azab neraka?  Semoga kita jaya  bahagia dan selamat dari azab api neraka.

Palembang, 12.4.2020

Alfakir,

Supli Effendi Rahim

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun