Bismillah,
Pagi ini anak penulis meminta penulis untuk memeriksakan ban belakang kiri mobil datsun go pakaian dia untuk pergi dan pulang ke klinik tempat dia bertugas. Tanpa ragu penulis langsung bismillah lalu mengarahkan kemudi ke arah jalan Musi 2 depan komplek Bukit Sejahtera Palembang. Bertemulah bengkel Dinamo yang juga melayani service ban tubeless dan tambah angin. Di sana penulis bertemu  dengan pemuda Palembang bernama Hendri.Â
Tamat SMA
Bagi Hendri menjadi mekanik ini adalah suatu keterpaksaan karena ingin kuliah tetapi tiada biaya. Kini ia menekuni sebagai mekanik di bengkel Dinamo mobil atau motor milik abangnya. Ayah Hendri asli Palembang. Karena tak ada biaya Hendri yang kini berusia 31 tahub ini harus ikhlas menjalani profesinya itu. Ditanya apakah rezeki yabg ia peroleh cukup? Hendri menjawab: "iya cukup", katanya.
Menikah
Hendri sudah menikah dengan gadis asal Palembang tetapi bermukim di Lubuk Linggau. Di sana istri dan anaknya menekuni usaha dagang di rumah orangtuanya untuk membantu keuangan keluarga Hendri. Setiap 3 bulan sekali Hendri pulang ke Lubuk Linggau unruk mengunjungi keluarganya. Berat memang tapi apa boleh buat kata Hendri.
Otodidak
Hendri menekuni atau emperoleh ilmu tentang Dinamo adalah secara orodidak alias belajar sendiri. Dia melihat dari dekat abangnya dan mekanik lain di bengkel abangnya tentang bagaimana prinsip kerja dinamo mobil atau motor lalu dia pelajari bagaimana memperbaiki jika terjadi kerusakan. Lama-lama dia tahu dan pandai memperbaiki dinamo mobil atau motor yang rusak.Â
Kerasnya kehidupan seorang Hendri
Begitulah gambaran kerasnya hidup seorang Hendri. Syukurnya banyak sekali orang seperri Hendri ini di seluruh Indonesia. Orang sepwrti Hendri ini sangat berjasa terhadap bergeraknya roda perekonomian negara. Orang sangat tertolong dengan jasa yang beliau sediakan.