Mohon tunggu...
Suparjono
Suparjono Mohon Tunggu... Administrasi - Penggiat Human Capital dan Stakeholder Relation

Human Capital dan Stakeholder Relation

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kepemimpinan, Bentuk Energi Baru Terbarukan

4 Agustus 2018   06:59 Diperbarui: 4 Agustus 2018   08:14 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Manusia memimpin peradaban ini menuju kepada keadilan dengan memanfaatkan energi yang ada. Daya cipta, rasa dan karsa merupakan komponen yang tidak terpisahkan sehingga manusia mampu mengelola energi semesta menjadi manfaat bagi seluruh alam. 

Manfaat pengelolaan energy dapat diperoleh jika manusia sebagai pemimpin di alam semesta ini memiliki jiwa kepemimpinan yang amanah dan bertanggung jawab.

Kepemimpinan manusia dalam bumi dan manusia beserta isinya memang sudah menjadi risalah penciptaannya. Manusia sebagai zoon politicon mampu mengorganisir diri dalam kelompok atau organisasi guna mencapai tujuan bersama. Kelompok atau organisasi yang terbentuk akan menghadirkan manusia terpilih yang memimpin manusia beserta resources yang ada. 

Disitulah terjadi pengelolaan konversi energi dalam bentuk ide dan gagasan yang muncul dari setiap aggota Kelompok atau organisasi. Energi yang dihasilkan berupa ide dan gagasan dari berbagai latar belakang menyatu dan membaur. 

Penyatuan ide dan gagasan merupakan hasil tesis dan anti-tesis para anggotanya sampai menuju sintesa yang menjadi komitmen bersama. Sintesa tersebut lambat laun akan menjadi tesis dan anti-tesis baru dengan munculnya berbagai macam jenis kelompok dan organisasi. Tumbuhnya berbagai macam kelompok dan organisasi merupakan sebuah keniscayaan dari sifat manusia sebagai zoon politicon.               

Tantangan terberat adalah bagaimana kepemimpinan lahir dari tesis dan anti-tesis berbagai macam kelompok atau organisasi dalam bingkai dialektika normatif sehingga dialektika yang terjadi tidak menyebabkan keresahan sosial. 

Dialektika antara tesis dan anti-tesis tersebut didisain sedemikian rupa sehingga mampu menghasilkan sebuah dialektika peradaban yang harmonis. Mampu menciptakan keteraturan sosial, tatanan masyarakat yang adil dan makmur dan persoalan -- persoalan yang timbul dapat diselesaikan tanpa kekerasan. 

Perubahan energi yang ada dalam kelompok sosial dan organisasi haruslah dikelola secara arif dan bijaksana. Mengapa demikian, karena dampak yang ditimbulkan apabila tidak dikelola dengan baik, maka berpotensi mengarah kepada ketimpangan sosial yang berdampak tidak hanya kepada manusi tetapi lingkungan dan budaya juga bisa terkena imbasnya. 

Untuk itu, pengelolaan energi yang muncul dalam setiap kelompok sosial dan organisasi harus benar -- benar hati-hati. Letupan ide dan gagasan dalam kelompok sosial dan organisasi mampu menghadirkan perubahan sosial yang langsung maupun tidak langsung terhadap lingkungan dan budaya.

Tantangan lainnya adalah bagaimana lahirnya Pemimpin di era disrupsi dalam atmosfir revolusi Industri 4.0. sebuah masa dimasa produksi ide dan gagasan sangat liar dan muncul dari berbagai sudut dan lini masa. Arus informasi yang silih berganti dengan tingkat ke-benar-an yang sangat relative karena muncul dari seluruh elemen melalui media sosial. 

Media mainstream tidak lagi menjadi focus pemegang otorisasi informasi dan berita. Interaksi sosial yang dimensi sosialnya tidak harus face to face, yang informasinya dapat menggunakan replika, artificial dan atau pseudo-reality. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun