Mohon tunggu...
Sundari
Sundari Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

My Hiro

21 Agustus 2018   15:21 Diperbarui: 21 Agustus 2018   15:25 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

My Hiro

Bangsa ini tidak boleh lupa bagaimana negara bernama NKRI lahir. 17 Agustus 1945 adalah peristiwa terbesar dalam sejarah bangsa Indonesia. Bagaimana tidak, pendiri bangsa ini dengan berani dan tulusnya memproklamirkan kemerdekaannya di tengah dunia yang berkecamuk dan dalam kondisi yang masih terjajah. 

Namun diatas semua usaha dan perjuangan bangsa ini, kemerdekaan bangsa Indonesia adalah anugerah dan rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa. Bangsa ini pun mempercayai sepenuhnya ini dan menjadi bangsa yang tidak sombong, tetapi bangga menjadi bangsa Indonesia. 

Banyak sekali pahlawan yang telah gugur di medan perang, tanpa kita sadari masing-masing dari kita memiliki pahlawan dalam hidupnya. Seperti orang tua, keluarga mereka semua adalah pahlawan yang kita miliki. Contohnya Ir.Soekarno ,seseorang yang selalu ada selalu berjuang untuk keluarganya yang  menjadi super hiro adalah ayah ku. Ku titipkan surat ini untuknya.

Hai Ayah! Bagaimana disana? Apakah menyenangkan? Silaunya matahari pagi mengingatkanku 1 dari 2 senyuman yang tak pernah terlupakan. Ingatkah engkau kepadaku, salah satu gadis kecilmu yang kini sudah dewasa? Anak perempuanmu yang pantas disebut sebagai salah satu wanita paling cerewe di antara wanita - wanita lainnya? Yah, aku tau pasti ayah masih mengingat ku. Ayah tidak mungkin melupakanku begitu saja dengan mudahnya menghapusku dari memori indah dan kenangan manismu.

Ayah tau tidak, semenjak kepergian ayah tubuhku, otakku satu persatu kehilangan fungsinya masing-masing. Paru-paru ku terasa sesak sulit sekali untuk bernafas sulit sekali untuk menghirup udara, otakku yang seharusnya berjalan seiringan seolah tak berfungsi sama sekali. 8 tahun ayah waktu yang sudah ku habiskan disini.

Hey ayah, aku masih tetap akan menjadi gadis bungsumu dan akan terus begitu bukan? Dalah ingatanku masih ku ingat saat ayah membawaku keacara keluarga untuk kesekian kalinya ayah terus saja meledekku didepan yang lain. Ayah bilang " ayah mau nikah lagi cari cewek baru " dan meminta dikenalkan , aku pasti jadi orang pertama yang selalu menentang senyuman itu tersirat diwajah indahmu ayah. Lihatkan, akan tertawa lagi dan lagi.

Sewaktu simbah masih ada, ayah selalu membawaku untuk mengunjungi simbah dikampung. Ayah bisa bayangkan betapa senangnya betapa bahagianya aku waktu itu. Tidak ada habis-habisnya semyum ku perlihatkan di depan semua orang ku tunjukan betapa indahnya berada di sampingmu. Ayah adalah orang yang pertama kali memperkenalkan aku dengan 1 buah yang tidak semua orang menyukainya ,buah itu sampai sekarangpun menjadi buah favoritku .

Manisnya bagaikan senyuman ayahku. Lembutnya sentuhan tangan ayahku yang selalu ku genggam. Harumnya seperti berbagai bentuk prestasi yang kau capai hingga mengharumkan namamu membuatku bangga menunjukan betapa bahagianya aku menjadi anakmu. 

Dulu ketika aku kecil, ayah yang selalu mengajariku untuk belajar. Dari pelajaran yang tadinya sama sekali tidak pernah menyukainya menjadi begitu menyukainya. Ya matematika ayahlah yang memberiku motivasi ,ayahlah yang memberiku mimpi, ayah juga yang memberiku kenyataan. Ayah, apakah hubungan keluarga kita ini seperti bangun bukan segi banyak?ya, aku tau ayah aku tidak diperbolehkan berdebat tentang ini dan itu.

Ayah ingat, waktu ibu memintaku untuk pergi ke warung membelikannya garam tapi malah ayah memarahi ibu. Ayah bilang "jalan sendiri, orang anaknya lagi belajar lagi ujian disuruh- suruh". Apa ayah ingat ketika jam ku hampir menunjukan pukul 7 pagi, sudah waktunya aku berangkat sekolah tapi belum sempat sarapan, ibu menggoreng telur dan akan ikut berperan sebagai salah satu hiro favoritku sampai saat ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun