Selain untuk membuat butus menjadi lebih berdaya tarik, ada orang-orang yang berani membayar untuk butus dengan tujuan menciptakan kepura-puraan, menutupi kebenaran kondisi yang sebenarnya dari seseorang untuk terhindar dari rasa malu atau justru ingin membuat orang lain senang atau tujuan lainnya.
Dua aktivitas butus yang bisa menghasilkan cuan bagi orang lain dan menghadirkan pekerjaan baru serta sedang tren adalah Joki Strava dan layanan sewa kantor (LSK).
Joki Strava adalah istilah yang mengacu pada seseorang yang melakukan aktivitas olahraga seperti bersepeda, jogging, jalan, hiking hingga berenang, khususnya lari dengan bayaran tertentu, yang kemudian membagikan hasil aktivitasnya di akun Strava atas nama orang yang membayarnya. Â Â
Pada dasarnya, Joki Strava merupakan jasa untuk berpura-pura atau memalsukan hasil aktivitas olahraga terutama lari agar status aktivitas olahraga lari pemilik akun di aplikasi Strava terbaca baik atau bagus pencapaian aktivitas olahraga larinya.Â
Nominal bayaran Joki Strava umumnya dihitung berdasarkan pace atau waktu yang dibutuhkan untuk menempuh jarak 1 kilometer.Â
Jadi, saat seseorang mengatakan "pace 6", artinya dibutuhkan waktu 6 menit untuk menempuh jarak 1 kilometer. Semakin rendah angka pace, semakin cepat kecepatan lari seseorang. Maka semakin rendah pace-nya semakin tinggi bayaran Joki Strava. Â Â Â
Salah seorang Joki Strava seperti dikutip megapolitan.kompas.com, Jason (16), remaja asal Jakarta Barat menjalani joki Strava sejak beberapa bulan yang lalu. Â Ia mengaku bisa meraup cuan hingga Rp 300.000 setiap lari. Uang hasil jasa lari ini digunakan dirinya untuk jajan atau kebutuhan sehari-hari. "Buat beli kopi, buat beli apa pun lah," ujar Jason saat ditemui saat Car Free Day (CFD) di Jakarta pada Minggu (13/7/2025).
Sementara layanan sewa kantor (LSK) adalah tren yang muncul di Tiongkok, terutama di Provinsi Hubei. Tingkat pengangguran perkotaan untuk pemuda berusia 16 hingga 24 tahun di Tiongkok sudah mencapai 15,8%.Â
Hal itulah yang membuat banyak orang putus asa dan uniknya mereka memilih untuk pura-pura sukses dengan bekerja di kantor fiktif.
Banyak pengangguran di sana rela menyewa kantor demi pura-pura kerja. Sehingga para pengangguran dapat menyembunyikan fakta mereka tidak memiliki pekerjaan dari keluarga melalui layanan sewa kantor itu.Â
Di sana terdapat layanan sewa kantor yang mencakup ruang kantor dan makan siang seharga 30 yuan atau Rp 67.890 (kurs Rp 2.263/yuan) per hari yang bisa mereka sewa.Â