Mohon tunggu...
Sultani
Sultani Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Senang menulis kreatif berbasis data

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Toleransi Adalah Tiangnya Islam Rahmatan Lil 'Alamin

31 Maret 2024   04:44 Diperbarui: 31 Maret 2024   08:38 577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kehidupan masyarakat Arab di zaman Nabi Muhammad SAW (Sumber: Sindonews.com)

Toleransi

Sikap toleransi yang ditunjukkan Nabi Muhammad ketika menetap di Madinah pasca-hijrah, dilatarbelakangi oleh realitas Madinah sebagai kota yang majemuk, baik agama maupun suku-suku yang tinggal di dalamnya. Kemajemukan itu dapat menjadi sumber persoalan dan rentan konflik. Piagam Madinah merupakan inisiatif cerdas yang didorong Rasulullah sebagai perjanjian yang dapat mendamaikan dan menyatukan berbagai perbedaan itu. Perjanjian ini menjadi embrio perjanjian antar bangsa, seperti Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Magna Charta.

Kelahiran Piagam Madinah yang diinisiasi Rasulullah memberi hikmah kepada umat Islam agar bersikap toleran terhadap berbagai perbedaan. Prinsip-prinsip toleransi sudah ditunjukkan Rasulullah di dalam naskah perjanjian yaitu adanya keterbukaan dan saling menghormati perbedaan yang ada, sebagai landasan dalam kebebasan beragama bagi pemeluk agama, pembelaan bagi kaum yang lemah, serta kewajiban bela negara.

Peristiwa penaklukan Makkah (fathu Makkah) yang terjadi pada tahun 8 H/630 M, merupakan peristiwa toleransi paling agung dalam sejarah Islam. Nabi yang pernah dikuya-kuya, disakiti, bahkan diusir dari tanah airnya oleh penduduk Makkah, tidak sedikit pun menaruh dendam sehingga tidak ada pertumpahan darah sama sekali. Kaum Quraisy yang beda agama dilindungi, diperlakukan dengan sangat baik dan dijamin keamanannya.

Rasulullah memberikan jaminan perlindungan kepada umat Kristiani untuk melaksanakan ibadah sesuai agama mereka. Bahkan, Nabi Muhammad SAW mengizinkan mereka untuk membangun rumah tangga beda agama di antara mereka, tanpa mengganggu kepercayaannya.

Dari suri tauladan toleransi yang ditunjukkan oleh Nabi Muhammad, kita bisa mengambil hikmah bahwa toleransi merupakan sikap berani untuk menghormati dan menghargai perbedaan sosial agar hidup tetap rukun dan damai. Penekanan Nabi terhadap toleransi mencerminkan upayanya untuk mewujudkan kedamaian dan ketenteraman masyarakat dengan segala perbedaannya. Sikap toleran mendorong sikap kasih sayang terhadap sesama umat manusia sebagai tiang dari Islam rahmatan lil 'alamin.


Rahmatan Lil 'Alamin Pasca-Rasulullah SAW

Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, penerapan konsep rahmatan lil 'alamin menjadi tanggung jawab umat Islam untuk diteruskan dan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Kaum  Muslim harus mengamalkan ajaran Islam secara menyeluruh dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam hubungan sosial, ekonomi, politik, maupun lingkungan. Ajaran-ajaran tersebut mencakup ibadah, etika, dan moralitas yang menggambarkan kasih sayang, keadilan, dan perdamaian.

Umat Islam, khususnya dari Indonesia perlu menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi dan inklusivitas. Umat Islam diharapkan untuk menunjukkan toleransi yang tinggi terhadap perbedaan keyakinan, budaya, dan suku bangsa. Mereka harus memperlakukan semua orang dengan hormat dan kasih sayang tanpa memandang agama atau latar belakang mereka. Hindari tindakan persekusi agama terhadap kelompok mayoritas, sebaliknya tunjukkan rasa hormat terhadap perbedaan keyakinan yang ada.

Sebagai kelompok mayoritas umat Islam di Indonesia bisa menjadi agen perubahan positif yang membawa kebaikan dalam masyarakat. Kita bisa berperan aktif dalam upaya penyelesaian konflik, mengadvokasi keadilan sosial, serta menjaga lingkungan hidup. Melakukan amal saleh, berbagi rezeki dengan sesama, dan memberikan bantuan kepada yang membutuhkan tanpa pamrih.

Ilustrasi toleransi antar warga ketika lebaran (Sumber: Kompas.com)
Ilustrasi toleransi antar warga ketika lebaran (Sumber: Kompas.com)
Umat Islam juga bisa menjadi pelopor dalam menjaga kelestarian alam dan lingkungan sesuai perintah Allah. Manusia diciptakan sebagai khalifah dalam rangka mengemba tugas Allah untuk mengelola alam agar bermanfaat untuk kemakmuran seluruh makhluk. Umat Islam harus mempromosikan praktik-praktik ramah lingkungan, pengelolaan sumber daya secara berkelanjutan, dan perlindungan terhadap ekosistem.

Dengan menegakkan toleransi sebagai konsistensi ajaran Islam dalam menjalankan prinsip rahmatan lil 'alamin, kita memperpanjang cahaya kasih sayang dan kebaikan yang telah diterangi oleh Nabi Muhammad SAW. Meskipun beliau telah wafat, warisan ajaran-Nya tentang toleransi dan inklusivitas tetap menjadi fondasi yang kokoh bagi umat Islam dalam membangun masyarakat yang berlandaskan perdamaian, keadilan, dan harmoni. Dengan menghidupkan nilai-nilai ini, kita menjadikan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam, memancarkan cahaya kasih yang membebaskan dan menginspirasi seluruh umat manusia.

Depok, 31 Maret 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun