Mohon tunggu...
Sultani
Sultani Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Senang menulis kreatif berbasis data

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Toleransi Adalah Tiangnya Islam Rahmatan Lil 'Alamin

31 Maret 2024   04:44 Diperbarui: 31 Maret 2024   08:38 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Islam rahmatan lil 'alamin (Sumber: Detik.com)

Toleransi Adalah Tiangnya Islam Rahmatan Lil 'Alamin

Oleh: Sultani

Dalam keberagaman dunia ini, toleransi adalah tiang kokoh yang menopang keagungan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam. Mari jelajahi tentang pentingnya nilai toleransi dalam membangun sebuah masyarakat yang harmonis dan inklusif yang menjadikan Islam sebagai cahaya yang memancar bagi seluruh umat manusia!

Toleransi merupakan prinsip yang mendasar dan esensial dalam Islam karena toleransi memperkuat prinsip rahmatan lil 'alamin atau kasih sayang untuk seluruh alam. Dalam konteks ini, toleransi menjadi tiang yang kokoh dalam mendukung dan merealisasikan prinsip rahmatan lil 'alamin tersebut.

Ilustrasi toleransi umat beragama di Indonesia (Sumber: Antaranews.com)
Ilustrasi toleransi umat beragama di Indonesia (Sumber: Antaranews.com)
Cerita toleransi yang akan saya angkat dalam Ramadan bercerita 2024 hari 21 ini berkisar pada penerapan prinsip toleransi oleh Rasulullah berdasarkan literatur sejarah Islam yang saya baca. Dari cerita tersebut, menjadi jelas bahwa toleransi yang diajarkan oleh Nabi Muhammad mengandung semangat rahmatan lil 'alamin yang disebarkan kepada seluruh makhluk di muka bumi ini. 

Sebagai ajaran yang menghormati keberagaman manusia dan keyakinannya, Islam mendorong umatnya untuk memperlakukan sesama dengan toleransi dan menghargai perbedaan. Ini tercermin dalam Al-Qur'an, di mana Allah SWT menyatakan bahwa jika Dia menghendaki, niscaya Dia menjadikan umat manusia satu umat saja, namun Dia menciptakan mereka beragam agar saling mengenal dan belajar satu sama lain (QS. Al-Hujurat: 13).


Dalam sejarah Islam, terdapat banyak contoh bagaimana toleransi menjadi tiang utama dalam membangun hubungan yang harmonis antara umat beragama. Rasulullah Muhammad SAW sendiri memberikan contoh nyata dalam kehidupannya, baik dalam berinteraksi dengan pemeluk Islam maupun non-Muslim. Beliau menunjukkan toleransi yang tinggi terhadap pemeluk agama lain, baik dalam urusan agama maupun kehidupan sehari-hari.

Pada masa Khulafaur Rasyidin , para pemimpin Muslim saat itu memastikan bahwa umat Islam memberikan perlindungan dan hak-hak yang sama kepada komunitas non-Muslim dalam wilayah kekuasaan mereka. Mereka menanamkan bahwa toleransi dalam Islam bukanlah sekadar sikap pasif atau toleransi yang semu, tetapi merupakan sikap proaktif untuk memahami dan menghormati perbedaan.

Toleransi juga tercermin dalam sikap ketika menanggapi konflik dan perbedaan pendapat. Dalam konflik, Islam mendorong untuk menunjukkan sikap toleransi dan keadilan kepada semua pihak. Islam mengajarkan umatnya untuk menyelesaikan perbedaan dengan cara yang damai dan penuh hikmah.

Dengan demikian, toleransi tidak hanya menjadi bagian dari ajaran Islam, tetapi juga menjadi pondasi utama bagi pembangunan hubungan yang harmonis dalam masyarakat yang multikultural. Dengan menghayati prinsip toleransi, umat Islam dapat menjadi contoh yang baik dalam menjalankan prinsip rahmatan lil 'alamin, menjadikan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam, dan memperkuat ikatan persaudaraan di antara umat manusia.

Konsep Rahmatan lil 'Alamin

Islam rahmatan lil 'alamin adalah Islam yang kehadirannya di tengah kehidupan masyarakat mampu mewujudkan kedamaian dan kasih sayang bagi manusia maupun alam semesta. Di dalam al Quran, Allah menisbatkan rahmatan lil 'alamin kepada sosok Rasulullah SAW sebagaimana firmanNya dalam surah al Anbiya ayat 107, yaitu :

"Dan tiadalah kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam."

Ilustrasi nama Nabi Muhammad SAW (Sumber: Liputan6.com)
Ilustrasi nama Nabi Muhammad SAW (Sumber: Liputan6.com)
Firman tersebut menguatkan kedudukan Rasulullah bukan saja sebagai nabi, tetapi juga hadiah rahmat dan kasih sayang Allah kepada seluruh alam semesta. Hanya Nabi Muhammad yang Allah juluki secara lugas dalam al Quran sebagai rahmat, dan hanya beliau pula yang Allah sifati dengan sifatnya yang ar Rahim.

Rahmatan lil alamin menunjukkan bahwa kehadiran Rasulullah di tengah kehidupan masyarakat mewujudkan rasa kedamaian dan ketenteraman bagi alam semesta dan manusia tanpa membedakan agama, suku, dan ras. Rasulullah menjadi rahmat bagi semesta, termasuk di dalamnya adalah hewan, tumbuhan, dan lingkungan.

Konsep rahmatan lil 'alamin menggambarkan bahwa ajaran Islam dan umat Islam seharusnya menjadi rahmat atau berkah bagi seluruh makhluk dan alam semesta, bukan hanya bagi pemeluknya saja. Kaum Muslim diharapkan untuk menyebarkan kasih sayang, kedamaian, keadilan, dan kebaikan kepada seluruh manusia serta lingkungan sekitarnya.

Suri Tauladan Nabi

Nabi Muhammad merupakan suri tauladan bagi umatnya dalam menegakkan prinsip rahmatan lil 'alamin melalui ajaran agama yang dibawanya yaitu Islam. Semasa hidupnya Nabi Muhammad selalu memberikan contoh perilaku yang merefleksikan rahmat dan kasih sayang Allah kepada semua manusia yang ada di kota Mekah atau Madinah, baik yang sudah menjadi pengikutnya maupun belum.

Perilaku rahmatan lil 'alamin yang paling nyata adalah toleransi nabi terhadap semua perbedaan sosial yang terdapat pada penduduk di kedua kota tersebut. Nabi Muhammad adalah sosok pemaaf terhadap siapa saja, termasuk musuhnya. Sifat ini bisa dilihat dari kebijakan amnesti yang diberikan kepada penduduk Mekah yang sebelum Penaklukan Mekah (Fathul Makkah) adalah musuhnya. Beliau memaafkan mereka tanpa memperhitungkan kesalahan masa lalu mereka, menunjukkan sikap yang penuh toleransi dan perdamaian.

Sebagai pemimpin politik Rasulullah juga memberikan jaminan keamanan dan perlindungan kepada penduduk non-Muslim di Madinah. Hal ini terlihat dalam Piagam Madinah di mana beliau menjamin hak-hak mereka dan menetapkan bahwa mereka memiliki kebebasan beragama dan kebebasan untuk menjalankan kehidupan mereka tanpa campur tangan yang tidak diinginkan.

Ilustrasi kehidupan masyarakat Arab di zaman Nabi Muhammad SAW (Sumber: Sindonews.com)
Ilustrasi kehidupan masyarakat Arab di zaman Nabi Muhammad SAW (Sumber: Sindonews.com)
Meskipun beliau sangat dibenci oleh orang Yahudi Nabi secara aktif terus berinteraksi dengan kaum Yahudi di Madinah. Beliau menjalin perjanjian dan kesepakatan dengan mereka untuk memastikan keamanan dan keadilan bagi semua pihak. Meskipun terdapat konflik di antara umat Muslim dan Yahudi pada beberapa titik, Rasulullah tetap memperlakukan mereka dengan adil dan toleran, mencoba untuk menjaga perdamaian dan kerukunan antaragama.

Nabi Muhammad adalah contoh pelindung manusia terbaik yang Allah turunkan ke dunia. Rasulullah SAW memberikan perlindungan kepada beberapa individu non-Muslim yang mencari perlindungan dari kekerasan atau ketidakadilan di tengah-tengah konflik sosial. Beliau tidak memandang agama atau suku ketika memberikan perlindungan, melainkan melihat mereka sebagai sesama manusia yang layak mendapat perlakuan adil dan belas kasih.

Rasulullah sendiri mencela siapa pun yang menzalimi orang non-Muslim yang tinggal di negerinya. Siapa pun yang menzalimi mereka maka Nabi akan menjadi musuhnya pada hari kiamat. Beliau menunjukkan kesabaran, kebaikan hati, dan sikap yang inklusif dalam memperlakukan orang-orang yang berbeda keyakinan atau suku dengan cara yang penuh kasih sayang dan hormat.

Untuk memperkaya tema Ramadan bercerita 2024 ini, Saya juga ingin mengetengahkan sifat toleran Rasulullah SAW sebagai pribadi Muslim, selain kedudukannya sebagai pemimpin umat Islam. Dalam beberapa momen pribadi, Nabi selalu memperlakukan Ahli Kitab dari Yahudi dan Nasrani dengan hormat dan mulia. Nabi menerima hadiah dari mereka dan juga memberikan hadiah kepada mereka. Bahkan, Nabi menjenguk jika ada di antara mereka yang sakit.

Nabi pernah menerima rombongan kaum Nasrani Bani Najran di dalam masjid selepas salaa Asar. Mereka masuk masjid dan salat di sana. Nabi tidak melarang mereka salat, malah Nabi sendiri yang melarang orang-orang yang hendak melarang rombongan ini salat di dalam masjid.

Contoh lainnya, suatu hari jenazah seorang Yahudi lewat di depan Nabi. Lalu beliau berdiri. Para sahabat berkata, "Itu adalah jenazah Yahudi!," beliau menjawab, "Bukankah dia juga manusia?" Nabi Muhammad SAW juga diriwayatkan pernah mengeluarkan sedekah kepada keluarga orang Yahudi, dan menjenguk orang Yahudi lalu beliau mengajaknya untuk masuk Islam hingga dia masuk Islam.

Dalam sebuah hadis, Al-Bukhori meriwayatkan, ketika Rasulullah SAW wafat, baju perangnya masih digadaikan kepada orang Yahudi untuk memberi nafkah keluarganya. Beliau hanya ingin memberikan pelajaran kepada umatnya, bahwa beliau menerima hadiah dari non-Muslim, selama mereka tidak berbuat jahat dan makar, dalam keadaan damai maupun perang.

Penekanan Nabi Muhammad SAW terhadap toleransi dalam berbagai praktik baik tersebut mencerminkan upayanya untuk mewujudkan kedamaian dan ketenteraman masyarakat dengan segala perbedaannya. Sikap toleran mendorong sikap kasih sayang terhadap sesama umat manusia, pun sesama agama, juga mereka yang berbeda agama.

Piagam Madinah

Di tengah masyarakat kota Madinah yang multikultural dan sering terlibat konflik sosial, Nabi Muhammad terlibat secara aktif dalam mediasi dan penyelesaian konflik antara suku-suku Arab di jazirah Arab. Beliau menggunakan pendekatan yang penuh dengan toleransi dan kebijaksanaan untuk meredakan ketegangan antara pihak-pihak yang bertikai, dengan tujuan untuk mencapai perdamaian dan rekonsiliasi. Pendekatan yang paling cerdas adalah inisiatifnya menggunakan perjanjian tertulis, yaitu Mitsaq al Madinah atau Piagam Madinah.

Ilustrasi Piagam Madinah (Sumber: Eramuslim.com)
Ilustrasi Piagam Madinah (Sumber: Eramuslim.com)
Piagam Madinah atau juga dikenal sebagai Konstitusi Madinah merupakan tonggak penting dalam sejarah Islam yang mencerminkan prinsip toleransi yang dipraktikkan secara langsung oleh Rasulullah Muhammad SAW. Piagam Madinah dibuat tahun 622 Masehi setelah Hijrah (pindahnya Rasulullah dan para pengikutnya dari Makkah ke Madinah) dan menjadi landasan bagi pembentukan masyarakat Islam yang pertama di Madinah.

Dalam Piagam Madinah, Rasulullah SAW membentuk sebuah perjanjian antara suku-suku Arab dan kaum Muslimin yang tinggal di Madinah. Dokumen ini mengatur hubungan antara suku-suku tersebut dan menetapkan prinsip-prinsip dasar bagi masyarakat yang sedang berkembang di sana.

Salah satu aspek utama dari Piagam Madinah adalah penegasan prinsip toleransi terhadap semua agama dan suku. Dokumen ini menjamin kebebasan beragama bagi semua warga Madinah, termasuk kaum Muslimin, Yahudi, dan suku-suku Arab lainnya. Hal ini tercermin dalam pasal-pasal Piagam Madinah yang mengatur perlindungan terhadap hak-hak minoritas, penyelesaian konflik secara adil, serta kerja sama dalam menghadapi ancaman eksternal.

Dengan Piagam Madinah, Rasulullah SAW secara langsung membimbing umatnya untuk mempraktikkan toleransi, menghormati perbedaan, dan membangun masyarakat yang inklusif di Madinah. Rasulullah memberikan contoh nyata bagaimana prinsip toleransi diimplementasikan dalam praktik kehidupan sehari-hari, sebagai komitmen untuk membangun hubungan yang harmonis antara umat beragama yang berbeda, di tengah-tengah masyarakat Madinah yang multikultural.

Toleransi

Sikap toleransi yang ditunjukkan Nabi Muhammad ketika menetap di Madinah pasca-hijrah, dilatarbelakangi oleh realitas Madinah sebagai kota yang majemuk, baik agama maupun suku-suku yang tinggal di dalamnya. Kemajemukan itu dapat menjadi sumber persoalan dan rentan konflik. Piagam Madinah merupakan inisiatif cerdas yang didorong Rasulullah sebagai perjanjian yang dapat mendamaikan dan menyatukan berbagai perbedaan itu. Perjanjian ini menjadi embrio perjanjian antar bangsa, seperti Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Magna Charta.

Kelahiran Piagam Madinah yang diinisiasi Rasulullah memberi hikmah kepada umat Islam agar bersikap toleran terhadap berbagai perbedaan. Prinsip-prinsip toleransi sudah ditunjukkan Rasulullah di dalam naskah perjanjian yaitu adanya keterbukaan dan saling menghormati perbedaan yang ada, sebagai landasan dalam kebebasan beragama bagi pemeluk agama, pembelaan bagi kaum yang lemah, serta kewajiban bela negara.

Peristiwa penaklukan Makkah (fathu Makkah) yang terjadi pada tahun 8 H/630 M, merupakan peristiwa toleransi paling agung dalam sejarah Islam. Nabi yang pernah dikuya-kuya, disakiti, bahkan diusir dari tanah airnya oleh penduduk Makkah, tidak sedikit pun menaruh dendam sehingga tidak ada pertumpahan darah sama sekali. Kaum Quraisy yang beda agama dilindungi, diperlakukan dengan sangat baik dan dijamin keamanannya.

Rasulullah memberikan jaminan perlindungan kepada umat Kristiani untuk melaksanakan ibadah sesuai agama mereka. Bahkan, Nabi Muhammad SAW mengizinkan mereka untuk membangun rumah tangga beda agama di antara mereka, tanpa mengganggu kepercayaannya.

Dari suri tauladan toleransi yang ditunjukkan oleh Nabi Muhammad, kita bisa mengambil hikmah bahwa toleransi merupakan sikap berani untuk menghormati dan menghargai perbedaan sosial agar hidup tetap rukun dan damai. Penekanan Nabi terhadap toleransi mencerminkan upayanya untuk mewujudkan kedamaian dan ketenteraman masyarakat dengan segala perbedaannya. Sikap toleran mendorong sikap kasih sayang terhadap sesama umat manusia sebagai tiang dari Islam rahmatan lil 'alamin.

Rahmatan Lil 'Alamin Pasca-Rasulullah SAW

Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, penerapan konsep rahmatan lil 'alamin menjadi tanggung jawab umat Islam untuk diteruskan dan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Kaum  Muslim harus mengamalkan ajaran Islam secara menyeluruh dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam hubungan sosial, ekonomi, politik, maupun lingkungan. Ajaran-ajaran tersebut mencakup ibadah, etika, dan moralitas yang menggambarkan kasih sayang, keadilan, dan perdamaian.

Umat Islam, khususnya dari Indonesia perlu menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi dan inklusivitas. Umat Islam diharapkan untuk menunjukkan toleransi yang tinggi terhadap perbedaan keyakinan, budaya, dan suku bangsa. Mereka harus memperlakukan semua orang dengan hormat dan kasih sayang tanpa memandang agama atau latar belakang mereka. Hindari tindakan persekusi agama terhadap kelompok mayoritas, sebaliknya tunjukkan rasa hormat terhadap perbedaan keyakinan yang ada.

Sebagai kelompok mayoritas umat Islam di Indonesia bisa menjadi agen perubahan positif yang membawa kebaikan dalam masyarakat. Kita bisa berperan aktif dalam upaya penyelesaian konflik, mengadvokasi keadilan sosial, serta menjaga lingkungan hidup. Melakukan amal saleh, berbagi rezeki dengan sesama, dan memberikan bantuan kepada yang membutuhkan tanpa pamrih.

Ilustrasi toleransi antar warga ketika lebaran (Sumber: Kompas.com)
Ilustrasi toleransi antar warga ketika lebaran (Sumber: Kompas.com)
Umat Islam juga bisa menjadi pelopor dalam menjaga kelestarian alam dan lingkungan sesuai perintah Allah. Manusia diciptakan sebagai khalifah dalam rangka mengemba tugas Allah untuk mengelola alam agar bermanfaat untuk kemakmuran seluruh makhluk. Umat Islam harus mempromosikan praktik-praktik ramah lingkungan, pengelolaan sumber daya secara berkelanjutan, dan perlindungan terhadap ekosistem.

Dengan menegakkan toleransi sebagai konsistensi ajaran Islam dalam menjalankan prinsip rahmatan lil 'alamin, kita memperpanjang cahaya kasih sayang dan kebaikan yang telah diterangi oleh Nabi Muhammad SAW. Meskipun beliau telah wafat, warisan ajaran-Nya tentang toleransi dan inklusivitas tetap menjadi fondasi yang kokoh bagi umat Islam dalam membangun masyarakat yang berlandaskan perdamaian, keadilan, dan harmoni. Dengan menghidupkan nilai-nilai ini, kita menjadikan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam, memancarkan cahaya kasih yang membebaskan dan menginspirasi seluruh umat manusia.

Depok, 31 Maret 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun